44 Faidah 10 Awal Dzulhijjah - Syaikh Muhammad Al-Munajjid - PUSTAKA SYABAB
44 Faidah 10 Awal Dzulhijjah - Syaikh Muhammad Al-Munajjid - PUSTAKA SYABAB Download PDF or Word 44 Faidah 10 Awal Dzulhijjah 1. Allah men...
44 Faidah 10 Awal Dzulhijjah - Syaikh Muhammad Al-Munajjid - PUSTAKA SYABAB
44 Faidah 10 Awal Dzulhijjah
1. Allah
menjadikan sebagian makhluk-Nya lebih utama dari makhluk lainnya, mengangkat
kedudukan sebagian makhluk-Nya atas makhluk lainnya. Allah menjadikan sebagian
hari dan bulan lebih utama dari selainnya, lalu menjadikan 10 awal Dzulhijjah
lebih utama dari semua hari, lalu menjadikan hari terbaik adalah hari Nahr
(hari Qurban/ Idul Adha/ 10 Dzulhijjah), dan menjadikan hari Jum’at sebagai
hari terbaik dalam sepekan. Sementara malam terbaik adalah 10 akhir Romadhon,
dan malam terbaik dari 10 tersebut adalah Lailatul Qodr (Malam Kemuliaan).
2. Pada hari-hari
sepanjang tahun, Allah memiliki hari-hari istimewa yang dikaruniakan kepada
hamba-hamba-Nya yang bertauhid, yaitu 10 awal Dzulhijjah, yang merupakan musim
besar untuk ketaatan, yang orang-orang beriman mendekatkan dirinya kepada
Allah, yang dirindukan oleh hamba-hamba Allah yang bertauhid, untuk menaikkan
derajat, menutup kekosongan, mengisi kekurangan, dan mengganti apa yang
terluput. Maka kita harus bersungguh-sungguh di hari-hari tersebut dan harus
mencari rohmat Allah yang banyak.
3. Sepuluh awal
Dzulhijjah merupakan hari terbaik sepanjang tahun secara mutlak. Disebutkan
dalam hadits:
«مَا مِنْ أَيَّامٍ العَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ
أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ العَشْرِ»
“Tidak ada
hari-hari sepanjang tahun yang amal sholih lebih dicintai Allah pada hari-hari
tersebut melebihi 10 awal Dzulhijjah?”
Para Shohabat
bertanya: “Wahai Rosulullah, tidak pula jihad di jalan Allah?” Jawab beliau:
«وَلَا الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، إِلَّا
رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ»
“Tidak pula jihad
di jalan Allah, kecuali seseorang yang keluar berjihad membawa jiwa dan
hartanya dan tidak ada yang kembali pulang[1].”[2]
Dalam riwayat
lain: “Tidak ada amal yang paling utama.” Dalam riwayat lain: “... yang paling
diharapkan pahalanya (أَرْجَى).”
Dalam riwayat lain: “... yang lebih suci (أَزْكَى).”
4. Amal fardhu
pada 10 hari ini lebih utama dari amal fardhu di hari selainnya, dan pelipatan
pahalanya jauh lebih besar. Begitu juga amal sunnah di 10 hari ini lebih utama
dari amal sunnah di hari selainnya. Akan tetapi amal sunnah tetap tidak bisa
lebih utama dari amal fardhu, meskipun dikerjakan di 10 hari ini.
5. Maka sholat di
10 hari ini lebih utama dari sholat di hari manapun sepanjang tahun. Demikian
pula puasa, membaca Al-Quran, berdzikir, berdoa, merendah kepada Allah,
berbakti kepada orang tua, menyambung tali rahim, menyelesaikan hajat manusia,
mengunjungi orang sakit, mengiringi jenazah, berbuat baik kepada tetangga,
memberi makan, dan amal-amal sosial lainnya.
6. Keutamaan 10
hari ini dan amal sholih di dalamnya, mencakup di siang hari maupun malam hari.
Akan tetapi 10 akhir malam[3]
Romadhon lebih utama dari 10 awal siang[4]
Dzulhijjah, karena mengandung Laulatul Qodr. Sementara siang dari 10 awal
Dzulhijjah lebih utama karena mengandung hari Nahr (hari ke-10), hari Arofah
(ke-9), dan hari Tarwiyah (ke-8).
7. Pada 10 awal
Dzulhijjah terkumpul berbagai jenis ibadah besar yang tidak ada pada hari-hari
selainnya yaitu haji dan kurban, disamping sholat, puasa, dan sedekah.
8. Di antara
keutamaan 10 Dzulhijjah adalah Allah bersumpah dengan malam-malamnya yang
utama:
﴿وَالْفَجْرِ
(1) وَلَيَالٍ عَشْرٍ﴾
“Demi fajar[5]
dan demi 10 malam (Dzulhijjah).” (QS. Al-Fajr: 1-2)
Yang dimaksud 10
malam adalah 10 malam Dzulhijjah, menurut pendapat jumhur (mayoritas) ulama
Salaf dan ahli tafsir.
9. Termasuk
keutamaan 10 Dzulhijjah adalah ayyāmul ma’lūmāt (hari-hari yang telah
diketahui), penuh barokah yang Allah perintahkan untuk memperbanyak dzikir
padanya, atas karunia kurban binatang ternak (unta, sapi, kambing), sebagaimana
firman Allah:
﴿لِيَشْهَدُوا
مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا
رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ﴾
“Agar mereka
menyaksikan manfaat (karunia) Allah untuk mereka, dan agar mereka berdzikir
(menyebut) nama Allah pada hari-hari yang sudah diketahui, atas binatang
ternak yang dikaruniakan kepada mereka.” (QS. Al-Hajj: 28)
Yang dimaksud hari-hari
yang diketahui adalah 10 awal Dzulhijjah, menurut jumhur (mayoritas) ulama
dan ahli tafsir.
10. Sepuluh
Dzulhijjah ini merupakan penutup bulan yang dimaklumi yaitu bulan haji, yang
Allah berfirman:
﴿الْحَجُّ
أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ﴾
“Haji
(dilaksanakan pada) bulan-bulan yang sudah dimaklumi.” (QS. Al-Baqoroh: 197)
Yaitu Syawwal,
Dzulqo’dah, dan 10 Dzulhijjah[6],
sebagaimana yang diriwayatkan dari banyak Shohabat, seperti Umar, Abdullah bin
Umar, Ali, Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, dan lain-lain, dan ini
pendapat mayoritas Tabiin[7].
11. Termasuk
keutamaan 10 Dzulhijjah adalah terdapat hari Arofah, yang pada hari itu Allah
menyempurnakan agama Islam dan menyempurnakan nikmat atas kaum Muslimin,
sebagaimana firman-Nya:
﴿الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي
وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا﴾
“Pada hari ini
(Arofah, 9 Dzulhijjah) telah Aku sempurnakan agama untukmu, Aku sempurnakan
nikmat-Ku atasmu, dan Aku ridhoi Islam sebagai agama bagimu.” (QS. Al-Maidah:
3)
12. Termasuk
keutamaan 10 Dzulhijjah adalah terdapat hari Nahr (hari kurban), yaitu hari
Haji Akbar, dan ia merupakan hari terbaik di sisi Allah, seperti disebutkan
dalam hadits:
«إِنَّ أَعْظَمَ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ تَبَارَكَ
وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ، ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ»
“Sungguh hari
paling agung di sisi Allah adalah hari Nahr lalu hari Qorr[8].”[9]
13. Amal sholih
pada 10 Dzulhijjah lebih utama dari selainnya, karena keutamaan waktu bagi
manusia, dan keutamaan waktu dan tempat bagi jamaah haji di Baitul Harom.
14. Dahulu para
Salaf sangat bersungguh-sungguh mengisi 10 Dzulhijjah dengan berbagai ketaatan.
Mereka sangat mengagungkannya.
Sa’id bin Jubair $ apabila memasuki 10 Dzulhijjah sangat
bersungguh-sungguh hingga hampir ia tidak mampu (menambah ibadah lagi). Ia
mendorong orang-orang untuk mengisi 10 malam Dzulhijjah dengan berkata:
«لَا تُطْفِئُوا سُرُجَكُمْ لَيَالِي الْعَشْرِ»
“Kalian jangan
memadamkan lampu pada malam-malam 10 Dzulhijjah.”[10]
Abu Utsman
An-Nahdi $ berkata:
«كَانُوا
يُعَظِّمُونَ ثَلَاثَ عَشَرَاتٍ: الْعَشْرُ الْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ،
وَالْعَشْرُ الْأُوَلُ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ، وَالْعَشْرُ الْأُوَلُ مِنَ الْمُحَرَّمِ»
“Dahulu
orang-orang (di masa Shohabat) mengagungkan tiga yang 10 hari, yaitu 10 akhir
Romadhon, 10 awal Dzulhijjah, dan 10 awal Muharrom.”[11]
15. Hendaknya
Muslim bersegera memanfaatkan 10 Dzulhijjah ini baik siang maupun malamnya,
dengan ibadah dan amal sholih, serta mengisi waktu-waktunya dengan berbagai
ketaatan dan ibadah.
Aneh sekali, kita
sangat semangat beramal pada Romadhon lalu malas beramal pada 10 Dzulhijjah,
padahal ia lebih utama dari siang Romadhon, amal pada hari-hari itu lebih
dicintai dan lebih agung di sisi Allah.
16. Waspadalah
dari menyia-nyiakan waktu di 10 Dzulhijjah ini dengan tidur dan ngrumpi, serta
disibukkan menyaksikan potongan video dan medsos, karena musim tersebut
merupakan ghonimah (harta berharga) dan kesempatan yang tidak ada gantinya.
17. Amal terbaik
di 10 Dzulhijjah adalah haji mabrur, dan:
«الحَجُّ
المَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الجَنَّةُ»
“Tidak ada
balasan atas haji mabrur selain Surga.”[12] Terutama
jika itu haji wajib (haji pertama).
Ia telah
melaksanakan amal sholih yang sempurna, baik berupa melaksanakan kewajiban,
menjauhi larangan, ditambah dengan berbuat baik kepada manusia, menyebarkan
salam, memberi makan, ditambah dengan banyak berdzikir kepada Allah serta
mengeraskan bacaan ketika talbiyah dan menggiring binatang hadyu.
18. Disunnahkan
memperbanyak dzikir kepada Allah, pada setiap waktu dan semua keadaan, baik
dalam keadaan berdiri, duduk, berbaring, berkendara maupun berjalan.
19. Hendaknya
memperbanyak membaca tahlil (لاإله إلا الله), takbir (الله أكبر), dan tahmid (للهِ الحَمْدُ).[13]
Nabi ﷺ
bersabda:
«فَأَكْثِرُوا
فِيهِنَّ مِنَ التَّهْلِيلِ، وَالتَّكْبِيرِ، وَالتَّحْمِيدِ»
“Perbanyaklah
pada hari-hari itu membaca tahlil, takbir, dan tahmid.”[14]
Allah berfirman
tentang jamaah haji Baitul Harom: “Agar mereka menyaksikan manfaat (karunia) Allah
untuk mereka, dan agar mereka berdzikir (menyebut) nama Allah pada hari-hari
yang sudah diketahui, atas binatang ternak yang dikaruniakan kepada mereka.”
(QS. Al-Hajj: 28)
20. Takbir yang
disertai tasbih, tahmid, dan tahlil merupakan bāqiyātus shōlihāt (amal
sholih yang kekal pahalanya), tanaman Surga, kalimat yang paling Allah cintai,
lebih dicintai Nabi ﷺ
dari apa yang matahari terbit atasnya (dunia dan seisinya). Dianjurkan
mengeraskan dzikir pada hari-hari ini baik dalam keadaan berdiri maupun duduk,
berkendara maupun berjalan, di rumah maupun di jalan, di pasar maupun di tempat
kerja.
21. Dianjurkan
bagi orang-orang yang ditokohkan maupun masyarakat awam untuk menampakkan
takbir di perkumpulan, bus, dan rumah. Tidak mengapa mengumumkannya dengan
bantuan alat elektronik (medsos) yang bisa menjangkau tempat-tempat yang
berbeda.
22. Dahulu Ibnu
Umar dan Abu Huroiroh ﭫ
keluar ke pasar pada 10 Dzulhijjah dengan bertakbir, lalu orang-orang ikut
bertakbir mengikuti takbir keduanya.[15]
Maimun bin Mihron
$ berkata:
“Aku menjumpai
orang-orang bertakbir pada 10 Dzulhijjah, hingga aku menyerupakannya dengan
gelombang karena saking banyaknya.”
23. Saat
bertakbir di 10 Dzulhijjah ini, kita menghadirkan kegembiraan akan dekatnya
pertolongan Allah. Dengan takbir, ditaklukannya Khoibar dan ditaklukannya kota
lain, dikalahkannya musuh, dengan izin Allah.
24. Takbir ada
dua, yaitu mutlak[16]
dan muqoyyad. Takbir mutlak bisa
dilaksanakan pada setiap hari dari 10 Dzulhijjah dan berakhir pada akhir hari
Tasyriq[17],
boleh dilaksanakan kapanpun, bagaimanapun, dan di manapun. Di tempat manapun
boleh berdzikir kepada Allah, dengan suara keras. Allah berfirman: “Agar mereka
menyaksikan manfaat (karunia) Allah untuk mereka, dan agar mereka berdzikir
(menyebut) nama Allah pada hari-hari yang sudah diketahui, atas binatang ternak
yang dikaruniakan kepada mereka.” (QS. Al-Hajj: 28)
25. Takbir
muqoyyad dilaksanakan setiap selesai sholat fardhu, dimulai dari fajar hari
Arofah bagi selain jamaah haji[18]
dan berakhir setelah Ashar[19]
pada tanggal 13 Dzulhijjah.
26. Lafazh takbir
mutlak maupun muqoyyad berdasarkan atsar yang beragam dari Shohabat Rosulullah ﷺ dan ulama Salaf. Contoh lafazh
yang terkenal berdasarkan atsar adalah:
«اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ
أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ
الْحَمْدُ»
Lafazh-lafazh
takbir ada kelonggaran (boleh dengan lafazh selain ini, asal shohih).
27. Dianjurkan
puasa 9 hari Dzulhijjah atau terserah berapa hari yang mudah baginya. Anjuran
ini terdapat dalam beberapa hadits dan tsabit (ada riwayatnya) dari
beberapa Salaf.
Puasa menghapus
dosa-dosa, tameng dari Neraka dan dosa, dan:
«مَنْ صَامَ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ، بَعَّدَ
اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا»
“Siapa yang berpuasa
sehari di jalan Allah, maka Allah menjauhkan wajahnya dari Neraka sejarak 70
tahun.”[20]
28. Puasa Arofah,
bagi selain jamaah haji, merupakan sunnah Nabi ﷺ dan ghonimah agung. Ia menghapus dosa dua tahun:
«صِيَامُ
يَوْمِ عَرَفَةَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ،
وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ»
“Aku berharap
kepada Allah puasa Arofah menghapus dosa setahun sebelumnya dan setahun
setelahnya.”[21]
29. Yang lebih
utama dalam puasa sunnah yang telah ditentukan —contohnya puasa Arofah— adalah
berniat di malam hari, agar pahalanya sempurna, tanpa dikurangi.
30. Dianjurkan
memerintahkan istri, anak, dan siapa saja yang di bawah kuasanya, agar berpuasa
di hari Arofah. Dahulu Sa’id bin Jubair $ berkata:
«أَيْقِظُوا خَدَمَكُمْ يَتَسَحَّرُونَ لِصَوْمِ
يَوْمِ عَرَفَةَ»
“Bangunkan
pembantu kalian agar sahur untuk puasa hari Arofah.”[22]
31. Berusaha agar
dosa-dosanya ditenggelamkan pada hari Arofah bersama dengan tenggelamnya
matahari.
32. Termasuk
perdagangan menguntungkan pada 10 Dzulhijjah adalah menghatamkan Al-Quran 30
juz, disertai tadabbur dan memahami. Karena Allah memberi pahala pada tiap
hurufnya sampai 10 kali lipatnya. Bahkan pelipatan pahala di hari-hari ini
sangat banyak sekali dibanding hari-hari selainnya.
33. Sholat terbaik
setelah sholat fardhu adalah sholat malam. Semestinya Muslim tidak membatasi
semangatnya hanya pada 10 akhir malam Romadhon saja, tetapi juga menghidupkan
10 malam Dzulhijjah juga.
34. Hendaknya
kamu memiliki kesempatan pada 10 Dzulhijjah seperti firman Allah:
﴿وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ﴾
“... dan
orang-orang yang meminta ampun di waktu sahur.” (QS. Ali Imrōn: 17)
Dan firman-Nya:
﴿كَانُوا
قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ (17) وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ﴾
“Mereka sedikit sekali
tidur di malam hari. Mereka memohon ampun di waktu sahur.” (QS. Adz-Dzāriyāt:
18)
Waktu sahur
(akhir malam) adalah waktu turunnya Allah, diterimanya istighfar, dijawabnya
doa, diberinya permintaan. Ya Allah, janganlah Engkau halangi kami dari karunia-Mu.
35. Sedekah
termasuk ketaatan paling mulia. Ia bukti iman pelakunya. Ia menjadi naungan
untuk pelakunya pada hari Kiamat. Ia menjaga pelakunya dari bahaya. Ia
menghapus dosa-dosa. Ia memadamkan murka Allah. Ia sebab barokahnya harta dan
bertambahnya rizki. Allah akan mengganti sedekahnya. Sedekah di 10 Dzulhijjah
lebih utama dari sedekah di hari-hari selainnya.
36. Termasuk amal
yang dicintai Allah adalah memasukkan kebahagiaan kepada orang Islam, dengan
silaturohim, sedekah, maupun membantu keperluannya. Lantas bagaimana
(pahalanya) jika dilakukan di 10 Dzulhijjah?
37. Termasuk
kebaikan adalah menjamu jamaah haji, berbuat baik kepada mereka, merawat
anak-anaknya.
«مَنْ جَهَّزَ حَاجًّا أَوْ خَلَفَهُ فِي أَهْلِهِ
كَانَ لَهُ مِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْتَقِصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ»
“Siapa yang
menyiapkan bekal haji atau merawat keluarga yang ditinggalkannya, maka ia
mendapatkan pahala seperti pahalanya, tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun.”[23]
38. Termasuk
ibadah agung di 10 Dzulhijjah adalah sholat Id, lalu mendekatkan diri kepada
Allah dengan berkurban. Keduanya termasuk sunnah petunjuk. Allah berfirman:
﴿فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَانْحَرْ﴾
“Maka sholatlah
(Id) kepada Allah dan berkurbanlah.” (QS. Al-Kautsar: 2)
39. Pada 10
Dzulhijjah tidak memotong kuku bagi yang ingin berkurban, sebagai ibadah yang
dimulai dari tenggelamnya matahari pada akhir bulan Dzulqo’dah. Disebutkan
dalam hadits:
«إِذَا رَأَيْتُمْ هِلَالَ ذِي الْحِجَّةِ، وَأَرَادَ
أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّيَ، فَلْيُمْسِكْ عَنْ شَعْرِهِ وَأَظْفَارِهِ»
“Jika kalian
melihat hilal (awal bulan) Dzulhijjah dan ingin berkurban, maka tahanlah
dirinya dari memotong rambut/bulu atau kuku.”[24]
Dalam riwayat lain ada tambahan: “... sampai ia menyembelih.”
40. Siapa yang
mengenali apa yang ia buru maka akan mudah baginya meraihnya. Ketahuilah bahwa
dagangan Allah itu mahal, dan dagangan Allah adalah Surga. Hendaknya kita
bersegera beramal sholih, bertaubat kepada Allah dengan taubat nasuha (jujur), dengan meninggalkan dosa dan
maksiat, berhenti darinya, menyesalinya, dan bertekad kuat tidak mengulanginya.
Tentunya disertai mengembalikan hak yang ia zolimi kepada pemiliknya, jika
memang dosanya berkaitan dengan hak manusia. Kita berusaha menjadikan 10
Dzulhijjah sebagai babak baru berjanji kepada Allah:
﴿يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ
عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ﴾
“Wahai
orang-orang beriman, bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat nasuha.
Mudah-mudahan Rob kalian mengampuni dosa-dosa kalian dan memasukkan kalian ke
Surga-Surga yang sungat-sungai mengalir di bawahnya (bawah istana dan
tamannya).” (QS. At-Tahrīm: 8)
41. Termasuk
tingginya pemahaman seorang Muslim adalah ia menggabungkan antara ibadah khusus
seperti dzikir dan sholat, dengan ibadah sosial pada 10 Dzulhijjah, agar
bertambah manfaat dan pahalanya.
42. Di samping
beramal sholih pada 10 Dzulhijjah, juga meninggalkan maksiat. Hal ini akan
mendidik seorang Muslim untuk mengagungkan syiar Allah, menjaga batasan-Nya,
karena ia salah satu bulan harom[25]
yang Allah firmankan:
﴿فَلَا
تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ﴾
“Maka janganlah
kamu menzholimu dirimu sendiri pada bulan-bulan tersebut.” (QS. At-Taubah: 36)
Allah berfirman:
﴿وَمَنْ
يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ﴾
“Siapa yang
mengagungkan syiar-syiar Allah maka itu berasal dari taqwa hatinya.” (QS.
Al-Hajj: 32)
Allah juga
berfirman:
﴿وَمَنْ
يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ عِنْدَ رَبِّهِ﴾
“Siapa yang
mengagungkan harom-harom Allah[26]
maka itu lebih baik baginya di sisi Rob-nya.” (QS. Al-Hajj: 30)
43. Beramal
sholih pada 10 Dzulhijjah ditambah ketaatan dan kebaikan serta memanfaatkan
kesempatan yang tidak berulang dalam setahun, merupakan didikan terbaik untuk
jiwa agar di senantiasa atas ketaatan kepada Allah dan menambah iman, agar ia
mendorongnya beramal sholih sepanjang tahun.
44. Istri dan
anak-anak adalah amanah di lehar kita, sebagaimana dalam hadits:
«كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ»
“Setiap kalian
adalah pemimpin, dan setiap kaian akan diminta pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya.”[27]
Maka hendaknya
kita bersungguh-sungguh mendidik anak-anak kita untuk mengagungkan 10
Dzulhijjah, memotifasinya beramal di dalamnya, melatihnya demikian, serta
mengajari mereka keutamannya sebelum masuk bulan agar mereka bisa bersiap-siap,
serta kita berusaha menjadi teladan bagi mereka dalam mengagungkannya.
Inilah ghonimah
sejati dan hendaknya kita segera beramal sebelum ajal tiba.
Kita memohon
kepada Allah agar memberi taufiq (pertolongan) kepada kita dan kaum Muslimin
untuk memanfaatkan musim kebaikan ini, menolong kita untuk senantiasa
mengingat-Nya, bersyukur kepada-Nya, dan beribadah terbaik kepada-Nya.
Segala puji milik
Allah Rob seluruh alam.[]
[1] Yakni hartanya dibawa untuk biaya perang dan
dirinya mati syahid.
[2] HR. Al-Bukhori dan ini lafazh At-Tirmidzi no. 757.
[3] Awal malam tenggelamnya matahari dan berakhir sampai
terbitnya fajar.
[4] Maksud siang di sini adalah dari terbitnya fajar
sampai tenggelamnya matahari.
[5] Yakni fajar hari Nahr, di mana orang-orang akan
melaksanakan sholat Idul Adha.
[6] Dahulu orang-orang melakukan safar haji dari
Syawwal, karena jauhnya perjalanan menggunakan unta atau jalan kaki. Adapun
hari haji hanya lima hari yaitu tanggal 8 Dzulhijjah sampai 12 Dzulhijjah.
[7] Ulama dari generasi setelah Shohabat.
[8] Artinya menetap, yaitu hari-hari setelah hari
kurban, yang bisa dikenal hari-hari Tasyriq (11, 12, 13 Dzulhijjah). Ia disebut
qorr (menetap), karena jamaah haji menepat di Mina, setelah selesai Thowaf
Ifadhoh, berkurban, dan beristirahat.
[9] HR. Abu Dawud no. 1765 dengan sanad shohih.
[10] Hilyatul Auliyā, 4/281, Abu Nu’aim.
[11] Mukhtashor Qiyāmil Lail, hal. 247, Muhammad Nashr Marwazi.
[12] HR. Al-Bukhori no. 1773 dan Muslim no. 1349.
[13] Tiga lafazh ini jika digabung maka menjadi
takbiran yang kita kenal:
«اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ،
اللَّهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ،
وَلِلَّهِ الْحَمْدُ»
[14] HR. Ahmad no. 5444 dengan sanad shohih.
[15] Yakni mengajari orang-orang pasar agar bertakbir,
bukan memipin takbir berjamaah. Takbiran dikerjakan sendiri-sendiri, meskipun
berjamaah, dan tanpa dipimpin.
[16] Yakni tanpa terikat bilangan, waktu, dan tempat.
Berbeda dengan muqoyyad yang ditentukan waktunya.
[17] Tenggelamnya matahari pada tanggal 13 Dzulhijjah.
[18] Adapun jamaah haji memulai dari waktu zuhur pada
hari Nahr (kurban).
[19] Yakni tenggelamnya matahari, akhir Ashar.
[20] HR. Al-Bukhori no. 2840 dan Muslim no. 1153.
[21] HR. Muslim no. 1162.
[22] Hilyatul Auliyā, 4/281, Abu Nu’aim.
[23] HR. Ibnu Khuzaimah 2064 dengan sanad shohih.
[24] HR. Muslim no. 1977.
[25] Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharrom, dan Rojab.
[26] Yaitu batasan-batasan Allah berupa menjauhi
larangan-Nya.
[27] HR. Al-Bukhori no. 893.