28 Cara Membangun Istana di Surga - Nor Kandir | PUSTAKA SYABAB
28 Cara Membangun Istana di Surga - Nor Kandir DOWNLOAD PDF ATAU WORD Sabda Nabi ﷺ : “Siapa yang melakukan ini dan itu maka Allah membangu...
28 Cara Membangun Istana di Surga - Nor Kandir
Sabda Nabi ﷺ: “Siapa yang melakukan ini dan itu maka Allah membangunkan
untuknya bait di Surga.”
Bait (بيت)
arti asalnya adalah rumah, dan ia juga digunakan untuk arti قَصْرٌ istana. Hal ini diperkuat dengan
lafazh hadits yang secara jelas menyebut qosr:
«بَنَى اللهُ لَهُ قَصْرًا فِي الْجَنَّةِ»
“... maka Allah membangunkan untuknya sebuah qosr (istana) di
Surga.”
Disebutkan dalam Tājul Arūs: baitul rojul artinya qosr
(istana), seperti ucapan Jibril kepada Khodijah ڤ: “Beri kabar gembira kepada
Khodijah dengan sebuah bait (yakni istana) terbuat dari mutiara
berongga.”[1]
Berikut hadits-hadits yang menyebutkan amalan yang berbuah istana di Surga:
1. Membaca Doa Masuk Pasar
Dari Abdullah bin Umar ﭭ,
bahwa Rosulullah ﷺ
bersabda:
«مَنْ قَالَ فِي السُّوقِ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ
لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ حَيٌّ لَا يَمُوتُ،
بِيَدِهِ الخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، كَتَبَ اللَّهُ لَهُ أَلْفَ
أَلْفِ حَسَنَةٍ، وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ، وَبَنَى لَهُ بَيْتًا فِي
الجَنَّةِ»
“Siapa yang masuk pasar berdoa: ‘Tidak ada yang berhak disembah selain
Allah, ia semata tanpa ada sekutu bagi-Nya, hanya milik-Nya semua kerajaan,
hanya milik-Nya segala pujian, Dia menghidupkan dan Dia mematikan, Dia hidup
dan tidak akan mati, hanya di Tangan-Nya segala kebaikan, dan hanya Dia yang
Mahakuasa atas segala sesuatu,’ maka Allah akan menulis untuknya satu juta kebaikan,
menghapus darinya satu juta dosa, dan membangunkan sebuah istana untuknya di
Surga.”[2]
Syarah
Rosulullah ﷺ
bersabda:
«أَحَبُّ الْبِلَادِ
إِلَى اللهِ مَسَاجِدُهَا، وَأَبْغَضُ الْبِلَادِ إِلَى اللهِ أَسْوَاقُهَا»
“Tempat yang paling Allah cintai adalah Masjid, dan tempat yang paling
Allah benci adalah pasar.”[3]
Pasar menjadi tempat paling Allah benci karena di sana orang-orang lalai
dari berdzikir kepada-Nya, curang, menipu, dan bersumpah untuk melariskan
dagangan. Setan nenancapkan benderanya di sana untuk menyesatkan manusia. Orang
yang terburuk dari mereka adalah yang paling pertama masuk pasar dan yang
paling terakhir keluar darinya.[4]
Karena banyaknya orang lalai ketika di pasar, maka Allah memuji dan memberi
pahala istana bagi siapa yang mengingat Allah dengan membaca doa tersebut.
Dikatakan bahwa Abu Zur’ah Ar-Rozi tidak mengetahui ada hadits dengan
imbalan pahala lebih banyak dari hadits ini.
Allah memuji para pedagang dan pembeli di pasar yang tidak menjadikan
mereka lalai dari sholat dan berdzikir kepadanya:
﴿رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ
اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ﴾
“Mereka adalah para lelaki yang perniagaan dan jual beli tidak melalaikan
mereka dari mengingat Allah, menegakkan sholat, dan menunaikan zakat.” (QS.
An-Nur: 37)
/
2. Membaca Al-Ikhlas 10 Kali
Dari Muadz bin Anas Al-Juhani ﭬ, dari Nabi ﷺ,
beliau bersabda:
«مَنْ قَرَأَ: ﴿قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ﴾ حَتَّى يَخْتِمَهَا عَشْرَ مَرَّاتٍ، بَنَى اللهُ
لَهُ قَصْرًا فِي الْجَنَّةِ»
“Siapa yang membaca surat Al-Ikhlas 10 kali, maka Allah akan membangunkan
sebuah istana untuknya di Surga.”
Umar berkata: “Kalau begitu kami akan memperbanyak membacanya wahai
Rosulullah.” Rosulullah ﷺ
bersabda: “Allah juga akan memperbanyak pahala dan tentu balasan-Nya jauh lebih
baik.”[5]
Dari Sa’id bin Musayyib At-Tābi’ī, bahwa Nabi ﷺ bersabda:
«مَنْ
قَرَأَ ﴿قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ﴾ عَشْرَ مَرَّاتٍ، بُنِيَ لَهُ بِهَا قَصْرٌ فِي
الْجَنَّةِ، وَمَنْ قَرَأهاَ عِشْرِينَ مَرَّةً، بُنِيَ لَهُ بِهَا قَصْرَانِ فِي الْجَنَّةِ،
وَمَنْ قَرَأَهَا ثَلَاثِينَ مَرَّةً، بُنِيَ لَهُ بِهَا ثَلَاثَةُ قُصُورٍ فِي الْجَنَّةِ»
“Siapa yang membaca surat Al-Ikhlas 10 kali, Allah akan membangunkan sebuah
istana untuknya di Surga. Siapa yang membacanya 20 kali, Allah akan membangunkan
dua istana untuknya di Surga. Siapa yang membacanya 30 kali, Allah akan
membangunkan untuknya tiga istana di Surga.”[6]
Syarah
Surat ini berpahala besar karena berisi tentang keesaan Allah dalam Dzat,
Nama, dan Sifat-Nya. Dia esa, tidak beranak, dan tidak pula diperanakkan.
Seorang Sahabat menjadi imam dan sering membacanya sebelum ruku karena
cinta kepada surat ini, lalu dikabarkan oleh Nabi ﷺ bahwa Allah mencintainya. Juga
surat ini menyamai sepertiga Al-Qur’an.
Zhohir hadits tidak mengikat kapan membacanya, sehingga ia berlaku umum
dibaca kapanpun. Seandainya seseorang membacanya dalam sholat, dzikir bakda
sholat, dzikir pagi dan sore, dan dzikir sebelum tidur, mudah-mudahan sudah
tercakup dalam hadits tersebut.
/
3. Mengisi Kekosongan Shof Sholat
Dari Aisyah ڤ,
ia berkata: Rosulullah ﷺ
bersabda:
«مَنْ
سَدَّ فُرْجَةً فِي صَفٍّ، رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً، وَبَنَى لَهُ بَيْتًا
فِي الْجَنَّةِ»
“Siapa yang mengisi kekosongan celah pada shof sholat, maka Allah akan
mengangkat derajatnya dan membangunkan untuknya sebuah istana di Surga.”[7]
Syarah
Sholat adalah amal paling agung setelah mentauhidkan Allah, karena semua
syariat diturunkan lewat Jibril kecuali sholat, di mana Nabi ﷺ diundang langsung naik bertemu
Allah di langit.
Salah satu penyempurna sholat adalah rapat dan lurusnya shof. Allah
menyukai shofnya Malaikat yang berbaris saat menghadap Allah. Shof mereka
adalah rapat dan lurus.
Rapatnya shof bukan syarat sah sholat. Ia hanya anjuran dan penyempurna
sholat. Jika ada halangan untuk rapat, seperti karena wabah dan semisalnya,
maka tidak mengapa renggang. Akan tetapi jika ada shof yang kosong, hendaknya
ia bergeser untuk mengisinya.
/
4-5. Mengunjungi Orang Sakit dan Saudara Karena Allah
Dari Abu Huroiroh ﭬ,
ia berkata: Rosulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ
عَادَ مَرِيضًا أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ فِي اللَّهِ، نَادَاهُ مُنَادٍ: أَنْ طِبْتَ،
وَطَابَ مَمْشَاكَ، وَتَبَوَّأْتَ مِنَ الجَنَّةِ مَنْزِلًا»
“Siapa yang menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah,
maka Malaikat berseru: ‘Beruntung kamu, beruntung perjalananmu, dan kamu sudah
menyiapkan sebuah istana di Surga.”[8]
Syarah
Hadits ini berisi balasan istana bagi dua jenis orang, yaitu:
1) Mengunjungi Saudaranya yang Sakit
Orang yang mengunjungi orang sakit karena Allah, terutama orang
terdekatnya, balasannya adalah sebuah istana di Surga.
Di samping itu 70.000 Malaikat mendoakannya agar Allah mengampuninya,
sebagaimana dalam hadits:
«مَا مِنْ مُسْلِمٍ
يَعُودُ مُسْلِمًا غُدْوَةً إِلَّا صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى
يُمْسِيَ، وَإِنْ عَادَهُ عَشِيَّةً إِلَّا صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ
حَتَّى يُصْبِحَ، وَكَانَ لَهُ خَرِيفٌ فِي الجَنَّةِ»
“Siapapun dari Muslim yang menjenguk saudara sesama Muslim di waktu pagi,
maka 70.000 Malaikat mendoakannya hingga sore. Jika ia menjenguknya di waktu
sore, maka 70.000 Malaikat mendoakannya hingga pagi, serta ia mendapatkan
sebuah kebun di Surga.”[9]
Seolah-olah dia sedang memetik buah-buahan di kebunnya tersebut di Surga.
Nabi ﷺ
bersabda:
«إِنَّ المُسْلِمَ
إِذَا عَادَ أَخَاهُ المُسْلِمَ لَمْ يَزَلْ فِي خُرْفَةِ الجَنَّةِ»
“Apabila seorang Muslim menjenguk saudaranya sesama Muslim, maka ia sedang
memetik buah-buahan Surga.”[10]
2) Mengunjungi Saudaranya Karena Allah
Dua orang yang saling mencintai karena Allah mendapatkan banyak keutamaan,
selain mendapatkan istana di Surga. Di antaranya, ia mendapatkan cinta Allah,
sebagaiman dalam hadits:
«إِنَّ رَجُلًا زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى، فَأَرْصَدَ
اللهُ لَهُ، عَلَى مَدْرَجَتِهِ، مَلَكًا فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ، قَالَ: أَيْنَ تُرِيدُ؟
قَالَ: أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ، قَالَ: هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ
نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا؟ قَالَ: لَا، غَيْرَ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي اللهِ عَزَّ وَجَلَّ،
قَالَ: فَإِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكَ، بِأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ
فِيهِ»
“Ada seseorang yang mengunjungi saudaranya di sebuah desa lalu Allah
mengirim Malaikat untuk menyusulnya. Ketika telah bertemu, ia berkata: ‘Hendak
ke mana kamu?’ Jawabnya: ‘Mengunjungi saudaraku di desa ini.’ Tanya Malaikat:
‘Apakah kamu ada tujuan lain yang hendak kamu inginkan?’ Jawabnya: ‘Tidak, akan
tetapi aku mencintainya karena Allah.’ Malaikat berkata: ‘Aku adalah utusan
Allah, dan Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintainya karena-Nya.’”[11]
Mereka mendapatkan naungan dari bawah Arsy, di saat matahari didekatkan
sejarak satu mil, sebagaimana dalam hadits Qudsi:
«أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ
بِجَلَالِي، الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّي»
“Di manakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada
hari ini, Aku naungi mereka di bawah naungan-Ku pada hari tidak ada naungan
selain naungan dari-Ku.’”[12]
Juga sabda Nabi ﷺ:
«سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ
إِلَّا ظِلُّهُ: رَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا
عَلَيْهِ»
“Tujuh orang yang akan dinaungi Allah pada hari tidak ada naungan kecuali
dari-Nya: (di antaranya) dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka
bertemu dan berpisah karena Allah.’”[13]
/
6. Sholat Dhuha dan Qobliyah Zhuhur 4 Rokaat
Dari Abu Musa ﭬ,
Rosulullah ﷺ
bersabda:
«مَنْ
صَلَّى الضُّحَى أَرْبَعًا، وَقَبْلَ الْأُولَى أَرْبَعًا، بُنِيَ لَهُ بِهَا بَيْتٌ
فِي الْجَنَّةِ»
“Siapa yang sholat Dhuha 4 rokaat dan sebelum Zhuhur 4 rokaat, maka akan
dibangunkan untuknya sebuah istana di Surga.”[14]
Syarah
Mengerjakan 4 rokaat Dhuha berserta 4 rokaat qobliyah Zhuhur berpahala
sebuah istana di Surga.
1) Empat Rokaat Dhuha
Awal Dhuha adalah ketika matahari terbit dan sudah meninggi sekitar
setinggi tombak (sekitar 15 menit dari terbit [syuruq]) dan berakhir
sampai mendekati Zhuhur (sekitar 15 menit sebelum Zhuhur). Minimal 2 rokaat dan
maksimal tanpa batas. Aisyah ڤ
berkata: “Rosulullah ﷺ
sholat Dhuha 4 rokaat dan terkadang menambah rokaatnya sesuai kehendak Allah.”[15]
Nabi ﷺ
pernah sholat Dhuha 12 rokaat, juga pernah 4, 6, dan 8 rokaat. Beliau
mengerjakannya dengan ringan, tetapi tetap menjaga tuma’niah (tenang
dalam pergerakan). Berbeda dengan sholat malam yang dipanjangkan masa berdiri,
ruku, dan sujudnya.
Empat rokaat Dhuha juga memiliki keutamaan lain, seperti dalam hadits qudsi
berikut:
«ابْنَ آدَمَ ارْكَعْ
لِي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ، أَكْفِكَ آخِرَهُ»
“Wahai anak Adam, sholatlah 4 rokaat untuk-Ku di awal pagi, maka Aku akan
mencukupi keperluanmu sampai sore hari.”[16]
Empat rokaat Dhuha dan qobliyah Zhuhur ini dikerjakan dua rokaat dua
rokaat.
2) Empat Rokaat Qobliyah Zhuhur
Empat rokaat qobliyah Zhuhur ini juga memiliki keutamaan lain, seperti
dalam hadits Ummu Habibah ﭭ
berikut:
«مَنْ حَافَظَ عَلَى
أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ، وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا، حَرُمَ عَلَى النَّارِ»
“Siapa yang merutinkan 4 rokaat sebelum Zhuhur dan 4 rokaat setelahnya,
maka ia diharomkan atas Neraka.”[17]
/
7. Berangkat Ke Masjid
Dari Abu Huroiroh ﭬ,
dari Nabi ﷺ,
beliau bersabda:
«مَنْ
غَدَا إِلَى المَسْجِدِ وَرَاحَ، أَعَدَّ اللَّهُ لَهُ نُزُلَهُ مِنَ الجَنَّةِ، كُلَّمَا
غَدَا أَوْ رَاحَ»
“Siapa yang berangkat ke Masjid di pagi hari maupun di sore hari, maka
Allah menyiapkan tempat persinggahan untuknya, setiap kali ia berangkat di pagi
hari maupun di sore hari.”[18]
Syarah
Allah menjanjikan sebuah penginapan dan tempat istirahat yang menyenangkan
di istana Surga bagi yang berangkat ke Masjid, baik di pagi hari maupun sore
hari. Di pagi hari, berangkat untuk menunaikan shalat Shubuh dan Zhuhur, dan di
sore hari untuk menunaikan sholat Asar, Mghrib, dan Isya.
Tiap langkah mereka juga mengangkat satu derajat, dan langkah berikutnya
menghapus satu dosa, begitu seterusnya sampai ia sampai ke Masjid, sebagaimana
dalam sabda Nabi ﷺ
berikut:
«لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً،
وَحَطَّ عَنْهُ خَطِيئَةً، حَتَّى يَدْخُلَ المَسْجِدَ»
“Tidaklah ia melangkah sekali melainkan Allah mengangkatnya satu derajat
dan menghapus satu dosanya, sampai ia masuk Masjid.”[19]
Tiap langkah tersebut juga bernilai sedekah. Yakni nikmat Allah berupa kaki
perlu disyukuri dengan sedekah, dan jika ia tidak mampu maka diayunkannya langkah
tersebut ke Masjid sebagai pengganti sedekah darinya. Nabi ﷺ bersabda:
«كُلُّ خَطْوَةٍ يَمْشِيهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ»
“Setiap langkah yang diayunkan menuju sholat adalah sedekah.”[20]
Jika kakinya sampai diterpa debu atau hujan demi mendatangi Masjid untuk
sholat, maka kaki tersebut diharomkan masuk Neraka, sebagaimana dalam hadits
bahwa Abayah bin Rifa’ah bertemu Sahabat Nabi Abu Abs Abdurrohman bin Jabr ﭬ saat berangkat ke Masjid, lalu beliau berkata
untuk menghiburnya: aku mendengar Nabi ﷺ bersabda:
«مَنِ اغْبَرَّتْ
قَدَمَاهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ»
“Siapa yang kedua kakinya terkena debu di jalan Allah, maka Allah haromkan
ia atas Neraka.”[21]
/
8. Mengucapkan Istirja
Dari Abu Musa Al-Asy’ari ﭬ,
bahwa Rosulullah ﷺ
bersabda:
«إِذَا مَاتَ وَلَدُ العَبْدِ قَالَ اللَّهُ لِمَلَائِكَتِهِ:
قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، فَيَقُولُ: قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ
فُؤَادِهِ؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، فَيَقُولُ: مَاذَا قَالَ عَبْدِي؟ فَيَقُولُونَ:
حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ، فَيَقُولُ اللَّهُ: ابْنُوا لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الجَنَّةِ،
وَسَمُّوهُ بَيْتَ الحَمْدِ»
“Jika anak seseorang meninggal, Allah berfirman kepada para Malaikat-Nya:
‘Kalian telah mencabut nyawa anak hamba-Ku?’ Mereka menjawab: ‘Benar.’ Allah
berfirman: ‘Kalian mencabut buah hatinya?’ Jawab mereka: ‘Benar.’ Allah
berfirman: ‘Apa yang diucapkan hamba-Ku?’ Mereka menjawab: ‘Ia memuji-Mu dan
membaca istirja.’ Allah berfirman: ‘Bangunkan sebuah istana di Surga untuk
hamba-Ku tersebut, dan berilah nama Istana Pujian.”[22]
Dari Ibnu Abbas ﭭ,
bahwa anak Shofiyyah bibi Rosulullah ﷺ wafat lalu ia menangis dan menjerit lalu Nabi ﷺ mendatanginya dan berkata
kepadanya: “Wahai bibi, kenapa Anda menangis?” Jawabnya: “Anakku wafat.” Beliau
bersabda:
«يَا عَمَّةُ: مَنْ تُوُفِّيَ لَهُ وَلَدٌ فِي
الإِسْلامِ فَصَبَرَ، بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ»
“Wahai bibi, siapa yang anaknya wafat dalam Islam lalu ia bersabar, maka
Allah akan bangunkan untuknya sebuah istana di Surga.” Maka Shofiyyah diam.[23]
Syarah
Allah menyukai jika hamba-Nya ridho atas musibah yang menimpanya, karena
itu pertanda hamba tersebut tahu bahwa musibah ini datangnya dari Allah dan ia
berharap pahala dari-Nya. Lalu Allah membalasnya dengan Surga beserta istana
untuknya. Nabi ﷺ
bersabda:
«مَا لِعَبْدِي المُؤْمِنِ عِنْدِي جَزَاءٌ، إِذَا قَبَضْتُ صَفِيَّهُ
مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا ثُمَّ احْتَسَبَهُ، إِلَّا الجَنَّةُ»
“Tidak ada balasan bagi hamba-Ku yang beriman, jika aku ambil nyawa dari
orang yang dicintainya dari penduduk dunia lalu ia bersabar dan mengharap
pahala, selain Surga.”[24]
Hamba tersebut melakukan dua hal, yang pertama memuji Allah dengan
mengucapkan alhmadulillāh. Hal ini mengandung makna:
1) Dia memuji Allah
karena musibah yang menimpanya lebih ringan dari musibah yang menimpa orang
lain.
2) Musibahnya
menggugurkan dosa-dosanya.
3) Musibahnya tidak
menimpa agamanya.
4) Musibahnya bukti
Allah mencintainya.
5) Musibahnya
mendatangkan ganti yang lebih baik.
Ummu Salamah ڤ
mendengar sabda Nabi ﷺ:
“Siapa yang tertimpa musibah lalu ia mengucapkan:
«{إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ}، اللّٰهُمَّ أْجُرْنِي
فِي مُصِيبَتِي، وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا»
‘Kami milik Allah dan kami hanya akan kembali
kepada-Nya. Ya Allah, berilah aku pahala atas musibahku ini dan berilah aku
ganti dengan yang lebih baik,’ melainkan pasti Allah memberinya pahala dan akan memberinya ganti dengan
yang lebih baik.’”
Lalu ketika Abu Salamah wafat, Ummu Salamah membaca doa ini dan Allah
memberi ganti untuk Ummu Salamah suami yang lebih baik dari Abu Salamah. Ia
dilamar Rosulullah ﷺ.[25]
/
9. Sholat Sunnah Rowatib 12 Rokaat
Dari Nu’man bin Salim, dari Amr bin Aus, dari Anbasah bin Abi Sufyan, dari
Ummu Habibah ڤ,
istri Nabi ﷺ,
ia berkata: aku mendengar Rosulullah ﷺ bersabda:
«مَا
مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّي لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا،
غَيْرَ فَرِيضَةٍ، إِلَّا بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ»
“Siapapun dari Muslim yang sholat karena Allah setiap hari 12 rokaat sholat
sunnah bukan fardhu, Allah akan bangunkan untuknya sebuah istana di Surga.”
Ummu Habibah berkata: “Semenjak itu aku selalu merutinkannya.” Amr dan
Nu’man juga berkata: “Semenjak itu aku selalu merutinkan-nya.”[26]
“Yaitu 4 rokaat sebelum Zhuhur, 2 rokaat setelahnya, 2 rokaat setelah
Maghrib, 2 rokaat setelah Isya, dan 2 rokaat sebelum sholat Shubuh.”[27]
Syarah
Siapa yang mengerjakan sholat-sholat Sunnah Rowatib ini, maka ia akan
diberi istana di Surga. Jika ia mengerjakannya lagi di hari berikutnya, maka
dia mendapatkan istana lagi.
Di samping itu, sholat-sholat ini juga mengandung keutamaan-keutamaan lain.
Keutamaan 4 rokaat dari qobliyah dan bakdiyah Zhuhur:
«مَنْ حَافَظَ عَلَى
أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ، وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا، حَرُمَ عَلَى النَّارِ»
“Siapa yang rajin sholat sebelum Zhuhur 4 rokaat dan setelahnya 4 rokaat,
ia diharomkan atas Neraka.”[28]
Tentang 4 rokaat qobliyah Ashar:
«رَحِمَ اللَّهُ
امْرَأً صَلَّى قَبْلَ العَصْرِ أَرْبَعًا»
“Allah menyayangi orang yang sholat qobliyah Ashar 4 rokaat.”[29]
Yakni dikerjakan dua rokaat salam, dua rokaat salam.
Tentang 2 rokaat qobliyah Subuh:
«رَكْعَتَا الْفَجْرِ
خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا»
“Dua rokaat qobliyah Subuh lebih baik dari dunia seisinya.”[30]
/
10. Membangun Masjid
Ketika orang-orang mempermasalahkan kebijakan Utsman bin Affan ﭬ meluaskan Masjid Nabawi, ia
berkata: kalian banyak berbicara, sungguh aku mendengar Rosulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ بَنَى مَسْجِدًا يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللَّهِ،
بَنَى اللَّهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الجَنَّةِ»
“Siapa yang membangun Masjid karena mencari Wajah Allah, maka Allah akan
membangun sebuah istana untuknya di Surga.”[31]
Dari Jabir bin Abdillah ﭭ,
bahwa Rosulullah ﷺ
bersabda:
«مَنْ
بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ، أَوْ أَصْغَرَ، بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا
فِي الْجَنَّةِ»
“Siapa membangun Masjid karena Allah meskipun sebesar tempat untuk telur
burung atau lebih kecil lagi, Allah akan membangunkan sebuah istana untuknya di
Surga.”[32]
Syarah
Siapa yang membangun Masjid utuh atau iuran semampunya, maka akan
dibangunkan untuknya sebuah istana di Surga.
Di antara kemurahan Allah adalah menerima iuran yang sedikit sesuai
kemampuannya dan disamakan dengan orang kaya dalam balasan istana. Hal ini
serupa dengan Sabda Nabi ﷺ:
«سَبَقَ دِرْهَمٌ
مِائَةَ أَلْفِ دِرْهَمٍ» قَالُوا: وَكَيْفَ؟
قَالَ: «كَانَ لِرَجُلٍ دِرْهَمَانِ تَصَدَّقَ بِأَحَدِهِمَا، وَانْطَلَقَ رَجُلٌ
إِلَى عُرْضِ مَالِهِ، فَأَخَذَ مِنْهُ مِائَةَ أَلْفِ دِرْهَمٍ فَتَصَدَّقَ بِهَا»
“Satu dirham mengalahkan 100.000 dirham.” Orang-orang bertanya: “Bagaimana
bisa begitu wahai Rosulullah?” Jawab beliau: “Si A hanya memiliki 2 dirham lalu
1 dirhamnya ia sedekahkan, sementara si B mengambil dari hartanya yang sangat
banyak senilai 100.000 dirham untuk disedekahkan.”[33]
Di samping itu, ia juga mendapatkan pahala tambahan selama Masjid itu
digunakan untuk ibadah: sholat, itikaf, baca Qur’an, taklim, dan kegiatan
kemaslahatan umat lainnya.
/
11-13. Meninggalkan Debat dan Dusta, serta Berhias Akhlak Mulia
Dari Abu Umamah ﭬ,
ia berkata: Rosulullah ﷺ
bersabda:
«أَنَا
زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا،
وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا،
وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ»
“Aku menjamin sebuah istana di tepi Surga bagi yang meninggalkan debat
meskipun pendapatnya benar. Aku menjamin sebuah istana di tengah Surga bagi
yang meninggalkan bohong meskipun candaan. Aku juga menjamin sebuah istana di
Surga tertinggi bagi yang akhlaknya mulia.”[34]
Syarah
Hadits ini mengandung tiga balasan untuk tiga macam orang, yaitu orang yang:
1) Meninggalkan Debat
Hal ini dikarenakan debat bisa membuat ragu setelah ia yakin atas kebenaran,
merenggangkan persaudaraan, dan menjadikan hati menjadi keras. Nabi ﷺ bersabda:
«مَا ضَلَّ قَوْمٌ
بَعْدَ هُدًى كَانُوا عَلَيْهِ إِلَّا أُوتُوا الجَدَلَ»
“Tidaklah seseorang tersesat setelah berada di atas petunjuk, kecuali
karena mereka suka berdebat.”[35]
2) Meninggalkan Dusta Meski Candaan
Istana yang didapatkan oleh orang ini lebih baik dari orang sebelumnya,
karena meninggalkan dusta lebih berat dari meninggalkan debat. Nabi ﷺ mencela orang yang gemar
berdusta dalam cerita:
«وَيْلٌ لِلَّذِي
يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ، وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ»
“Celaka orang yang bercerita bohong untuk membuat orang-orang tertawa.
Celaka dia, celaka dia.”[36]
3) Berakhlak Mulia
Balasan untuk orang ini lebih tinggi dari dua golongan sebelumnya, karena
berakhlak mulia itu lebih berat dari keduanya, dan manfaatnya lebih banyak
juga. Nabi ﷺ
bersabda:
«مَا مِنْ شَيْءٍ
أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ»
“Tidak ada amal apapun yang lebih memberatkan Timbangan selain akhlak yang
mulia.”[37]
Yakni setelah iman dan kewajiban.
/
14. Hijroh
Dari Fudholah bin Ubaid ﭬ,
ia berkata: aku mendengar Rosulullah ﷺ bersabda:
«أَنَا
زَعِيمٌ لِمَنْ آمَنَ بِي، وَأَسْلَمَ وَهَاجَرَ، بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ،
وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ»
“Aku menjamin bagi siapa yang beriman kepadaku, masuk Islam, dan berhijroh,
dengan sebuah istana di tepi Surga, di tengah Surga, atau di Surga tertinggi.”[38]
Syarah
Sabda ini tentang para Sahabat yang masuk Islam lalu hijroh ke Madinah
meninggalkan harta dan rumah mereka. Lalu Nabi ﷺ menghibur mereka dengan istana di Surga. Jika ikhlasnya semakin
kuat dan kesulitannya sangat berat, maka balasannya juga lebih tinggi yaitu
istana di Surga tertinggi. Allah berfirman:
﴿وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا
لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَلَأَجْرُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ
كَانُوا يَعْلَمُونَ﴾
“Orang-orang yang berhijroh karena Allah setelah mereka dizolimi, sungguh
Kami sediakan untuk mereka tempat yang terbaik di dunia, sementara balasan di
Akhirat jauh lebih besar, andai mereka tahu.” (QS. An-Nahl: 41)
Hijroh dengan arti khusus adalah pindah dari negeri kafir ke negeri Muslim,
sebagaimana kaum Muhajirin. Hijroh dalam arti umum adalah meninggalkan maksiat
kepada taubat dan ketaatan. Nabi ﷺ bersabda:
«المُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ»
“Orang yang hijroh sejati adalah siapa yang meninggalkan apa saja yang
Allah larang.”[39]
/
15. Berjihad
Dari Fudholah bin Ubaid ﭬ,
ia berkata: aku mendengar Rosulullah bersabda:
«أَنَا زَعِيمٌ لِمَنْ آمَنَ بِي، وَأَسْلَمَ،
وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ، وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ
الْجَنَّةِ، وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى غُرَفِ الْجَنَّةِ»
“Aku menjamin bagi siapa saja yang beriman kepadaku, masuk Islam, dan
berjihad di jalan Allah, dengan istana di tepi Surga, di tengah Surga, dan di
Surga tertinggi.”[40]
Syarah
Hadits ini menghimpun tiga istana, dan balasan ini sesuai dengan ketulusan
mujahidin dan semangatnya dalam berjuang serta kesabarannya dalam menghadapi
kesulitan.
Hadits ini didukung dengan firman Allah:
﴿يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ
تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ * تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ
تَعْلَمُونَ * يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ﴾
“Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu
perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? Yaitu kamu
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan
harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui,
niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam Surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan ke tempat-tempat tinggal yang baik
di dalam Surga ‘Adn. Itulah kemenangan yang agung.” (QS. As-Shof: 10-12)
/
16-19. Bertutur
Kata Lembut, Memberi Makan, Gemar Berpuasa dan Tahajud
Dari Ali ﭬ,
Nabi ﷺ
bersabda:
«إِنَّ
فِي الجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا»، فَقَامَ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ: لِمَنْ
هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «لِمَنْ أَطَابَ الكَلَامَ، وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ، وَأَدَامَ
الصِّيَامَ، وَصَلَّى بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ»
“Di Surga terdapat kamar-kamar yang bagian luarnya terlihat dari dalam dan
bagian dalamnya terlihat dari luarnya.” Tiba-tiba orang Baduwi berdiri dan
bertanya: “Untuk siapa itu wahai Rosulullah?” Jawab beliau: “Untuk siapa saja
yang lembut dalam berbicara, suka memberi makan, rajin puasa, dan gemar sholat
malam ketika orang-orang tidur.”[41]
Syarah
Mendapatkan kamar-kamar di Surga, berarti mendapatkan istananya juga.
Karena kamar di Surga adalah istana besar yang berongga terbuat dari bongkahan lu’lu
(mutiara), sebagaimana dalam hadits:
«الخَيْمَةُ دُرَّةٌ،
مُجَوَّفَةٌ طُولُهَا فِي السَّمَاءِ ثَلاَثُونَ مِيلًا، فِي كُلِّ زَاوِيَةٍ مِنْهَا
لِلْمُؤْمِنِ أَهْلٌ لاَ يَرَاهُمُ الآخَرُونَ»
“Istana di Surga berupa mutiara durroh (lu’lu) berongga,
tingginya 30 (dalam riwayat lain: 60) mil ke atas. Tiap-tiap sudut dari istana
tersebut terdapat bidadari-bidadari, istri seorang Mukmin. Sesama bidadari
tidak saling melihat.”[42]
Ungkapan “bagian luarnya terlihat dari dalam dan bagian dalamnya terlihat
dari luarnya” maksudnya saking indahnya. Ia begitu indah dipandang, baik dari
luar maupun dari dalam.
Orang yang beruntung ini menghimpun sifat-sifat mulia sewaktu di dunia, ia
baik kepada Allah dengan ibadah berupa sholat dan puasa, serta ia baik kepada
manusia dengan akhlak yang mulia seperti memberi dan bertutur kata yang baik.
/
BAGIAN
HADITS
LEMAH
Mencari hadits-hadits terkait istana di Surga
cukup sulit dan penulis baru mendapatkan 19 amalan saja. Selebihnya adalah
hadits-hadits lemah: sebagiannya lemahnya ringan hingga dihasankan sebagian
ahli hadits, dan sebagian lagi matannya didukung oleh hadits shohih.
Sengaja penulis mencantumkan hadits-hadits lemah ini untuk menyemangati
beramal, dan barangkali menjadi sebab pula Allah mengabulkan pengharapan kita.
Cara menyikapi hadits lemah dalam beramal adalah:
1. Beramal tanpa
menyakini ia sabda Nabi ﷺ.
2. Landasan ia beramal
adalah perintah umum dalam hadits shohih.
3. Hadits ini hanya
dijadikan sarana untuk menyemangati beramal saja.
20. Puasa Rabu, Kamis, dan Jum’at
Dari Abu Umamah ﭬ,
ia berkata: aku mendengar Rosulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ
صَامَ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ وَالْخَمِيسِ وَالْجُمُعَةِ، بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا
فِي الْجَنَّةِ، يُرَى ظَاهِرُهُ مِنْ بَاطِنِهِ وَبَاطِنُهُ مِنْ ظَاهِرِهِ»
“Siapa yang berpuasa hari Rabu, Kamis, dan Jum’at, maka Allah akan
bangunkan sebuah istana untuknya di Surga, yang bagian luarnya terlihat dari
dalamnya, dan bagian dalamnya terlihat dari luarnya.”[43]
/
21. Membaca Surat Ad-Dukhon
Dari Abu Umamah ﭬ,
ia berkata: Rosulullah ﷺ
bersabda:
«مَنْ
قَرَأَ حم الدُّخَانَ فِي لَيْلَةِ جُمُعَةٍ، أَوْ يَوْمَ جُمُعَةٍ، بَنَى اللهُ لَهُ
بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ»
“Siapa yang membaca surat Ad-Dukhon pada malam Jum’at (Kamis malam Jum’at)
atau hari Jum’at, maka Allah akan bangunkan untuknya sebuah istana di Surga.”[44]
/
22-25. Empat Sifat
Dari Abdullah bin Amr bin Ash ﭭ, ia berkata:
«أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا
فِي الْجَنَّةِ: مَنْ كَانَ عِصْمَةُ أَمْرِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَإِذَا أَصَابَتْهُ
مُصِيبَةٌ قَالَ: إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ، وَإِذَا أُعْطِيَ شَيْئًا
قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَإِذَا أَذْنَبَ ذَنْبًا قَالَ: أَسْتَغْفِرُ اللهَ»
“Siapa yang pada dirinya terdapat empat perkara, maka Allah akan bangunkan
untuknya sebuah istana di Surga: siapa benteng urusannya adalah lā ilāha
illallāh, (2) apabila ditimpa musibah ia mengucapkan innā lillāhi wa
innā ilaihi rōji’ūn, (3) apabila ia diberi sesuatu ia mengucapkan alhamdulillāh,
(4) apabila ia berbuat dosa ia mengucapkan astaghfirullāh.”[45]
/
26. Membersihkan Masjid
Dari Abu Sa’id Al-Khudri ﭬ,
Rosulullah ﷺ
bersabda:
«مَنْ
أَخْرَجَ أَذًى مِنَ الْمَسْجِدِ، بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ»
“Siapa yang mengeluarkan gangguan atau kotoran dari Masjid, maka Allah akan
bangunkan untuknya sebuah istana di Surga.”[46]
/
27. Sholat Dhuha 12 Rokaat
Dari Anas bin Malik ﭬ,
ia berkata: Rosulullah ﷺ
bersabda:
«مَنْ
صَلَّى الضُّحَى ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً، بَنَى اللَّهُ لَهُ قَصْرًا مِنْ ذَهَبٍ
فِي الجَنَّةِ»
“Siapa yang sholat Dhuha 12 rokaat, maka Allah akan membangunkan untuknya
sebuah istana dari emas di Surga.”[47]
/
28. Share Ebook Ini
Dari Abu Huroiroh ﭬ,
bahwa Rosulullah ﷺ
bersabda:
«مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى، كَانَ لَهُ
مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ
شَيْئًا»
“Siapa yang mengajak kepada petunjuk maka ia mendapatkan pahala seperti
pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun.”[48]
Syarah
Di antara karunia Allah kepada umat ini adalah memberi pahala tambahan
meskipun ia sudah meninggal dan tidak bisa lagi beramal, yaitu pahala jariyah.
Contohnya adalah mengajak kepada kebaikan dan petunjuk, maka ia mendapat pahala
dakwah. Lalu jika ajakannya itu diterima dan dikerjakan, maka ia mendapatkan
pahala tambahan persis seperti orang yang mengerjakannya, tanpa mengurangi
pahala mereka sedikitpun. Jika yang mengerjakannya banyak orang, maka sebanyak
itu pula pelipatan pahalanya.
Maka orang yang menyebar buku ini, lalu menjadi sebab ada orang yang
mengamalkannya, maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang mengerjakannya,
yaitu istana-istana yang banyak di Surga.
Semoga Allah menerima amal kita semua. Semoga sholawat dan salam tercurah
atas Rosulullah, keluarganya, dan para Sahabatnya.
Akhir risalah.
/
[1]
Tājul Arūs, 4/458, Murtadhō Az-Zabīdī.
[2]
HR. At-Tirmidzi no. 3429 dengan
sanad hasan.
[3]
HR. Muslim no. 671.
[4]
Kedua kalimat ini berdasarkan hadits
shohih yang tercantum di Alamul Jin was Syayāthīn karya Prof. Dr. Umar
Sulaiman Al-Asyqor.
[5]
HR. Ahmad no. 15610 dan dihasankan
dalam Ash-Shohīhah no. 589.
[6]
HR. Ad-Darimi no. 3472 dan sanadnya
shohih sampai ke Sa’id bin Musayyib seorang Tabiin senior dan utama. Akan
tetapi sanadnya terputus, tanpa menyebut Sahabat.
[7]
HR. Ath-Thobaroni no. 5797 dengan
sanad shohih dalam Ash-Shohīhah no. 1892.
[8]
HR. At-Tirmidzi no. 2008 dengan
sanad hasan.
[9]
HR. At-Tirmidzi no. 969 dengan sanad
shohih.
[10]
HR. At-Tirmidzi no. 967 dengan sanad
shohih.
[11]
HR. Muslim no. 2567.
[12]
HR. Muslim no. 2566.
[13]
HR. Al-Bukhori no. 660 dan Muslim
no. 1031.
[14]
HR. Ath-Thobaroni no. 4753 dan
dihasankan dalam Ash-Shohīhah no. 2349.
[15]
Shohīhul Jāmi’ no. 4959 dengan sanad shohih.
[16]
HR. At-Tirmidzi no. 475 dengan sanad
shohih.
[17]
HR. Abu Dawud no. 1269 dengan sanad
shohih.
[18]
HR. Al-Bukhori no. 662 dan Muslim
no. 669. Ibnu Hajar menjelaskan makna nuzul, yaitu tempat singgahan
beserta jamuannya.
[19]
HR. Al-Bukhori no. 477 dan Muslim
no. 649.
[20]
HR. Al-Bukhori no. 2891.
[21]
HR. Al-Bukhori no. 907.
[22]
HR. At-Tirmidzi no. 1021 dengan
sanad hasan. Memuji Allah adalah ucapan alhamdulillāh, dan istirja
adalah ucapan innā lillāhi wa innā ilaihi rōji’ūn (kami milik Allah dan
kami hanya kembali kepada-Nya).
[23]
HR. Ath-Thobaroni, dan Al-Haitsami
melemahkannya dalam Majma Zawaid 8/219.
[24]
HR. Al-Bukhori no. 6424.
[25]
Lihat HR. Muslim no. 918.
[26]
HR. Muslim no. 728.
[27]
HR. At-Tirmidzi no. 414 dengan sanad
shohih.
[28]
HR. Abu Dawud no. 1269 dengan sanad
shohih.
[29]
HR. At-Tirmidzi no. 430 dengan sanad
hasan.
[30]
HR. Muslim no. 725.
[31]
HR. Al-Bukhori no. 450 dan Muslim
no. 533.
[32]
HR. Ibnu Majah no. 738 dengan sanad
shohih.
[33]
HR. An-Nasai no. 2527 dengan sanad
hasan.
[34]
HR. Abu Dawud no. 4800 dengan sanad
hasan.
[35]
HR. At-Tirmidzi no. 3253.
[36]
HR. Abu Dawud no. 4990 dengan sanad
hasan.
[37]
HR. Abu Dawud no. 4799 dengan sanad
shohih.
[38]
HR. An-Nasai no. 3133 dengan sanad
shohih.
[39]
HR. Al-Bukhori no. 6484.
[40]
HR. An-Nasai no. 3133 dengan sanad
shohih.
[41]
HR. At-Tirmidzi no. 1984 dengan
sanad hasan.
[42]
HR. Al-Bukhori no. 3243 dan Muslim
no. 2838.
[43]
HR. Ath-Thobaroni no. 7981 dalam Al-Kabīr
dengan sanad lemah.
[44]
HR. Ath-Thobaroni no. 8026 dalam Al-Kabīr
dengan sanad lemah.
[45]
HR. Al-Baihaqi no. 9243 dengan sanad
lemah.
[46] HR. Ibnu Majah no. 757. Dilemahkan
Al-Albani, As-Suyuthi, Ibnu Katsir, Adz-Dzahabi, Ibnu Hibban, Ad-Dimyathi, dan
Ibnul Qoisarōnī. Tetapi Al-Mundziri berkata dalam At-Targhib: “Sanadnya
mungkin hasan.” Alauddin Mughlathowi berkata: “Sanadnya shohih.”
[47]
HR. At-Tirmidzi no. 473 dengan sanad
lemah.
[48]
HR. Muslim no. 2674.