Agar Hafal 30 Juz Seperti Al-Fatihah | PUSTAKA SYABAB
Agar Hafal 30 Juz Seperti Al-Fatihah DOWNLOAD PDF OR WORD TAHAPAN MENGHAFAL 1. Fokus Juz Amma Manfaat mendahulukan juz ke-30 (juz Amm...
Agar Hafal 30 Juz Seperti Al-Fatihah
TAHAPAN MENGHAFAL
1. Fokus Juz Amma
Manfaat
mendahulukan juz ke-30 (juz Amma) adalah:
(1) menguatkan
akidah, karena juz Amma berisi tentang hari Kiamat, Surga, dan Neraka,
(2) lebih mudah
dihafal dari juz-juz lainnya, karena ayatnya pendek-pendek,
(3) sering
digunakan dalam shalat, majlis ilmu, dan wirid harian,
(4) lebih ringan
dalam murojaah (mengulang hafalan), karena ayat dan suratnya pendek-pendek, dan
hal ini membantu menghilangkan rasa malas dalam memurojaah hafalan.
Bagilah juz Amma
menjadi tiga bagian: (1) An-Naba sampai Al-Insyiqoq, (2) Al-Buruj sampai
Al-Lail, dan (3) Adh-Dhuha sampai An-Nas.
Hafalkan bagian
terakhir terlebih dahulu, karena pendeknya ayat dan surat akan meringankan
beban menghafal dan menumbuhkan semangat. Jika Adh-Dhuha sampai An-Nas sudah
hafal, ulangi sampai 70x.
Jangan menambah
bagian kedua kecuali sudah memurojaah bagian ketiga minimal 70x. Jika sudah
selesai 70x maka hafalan Anda begitu kuat dan sudah siap ditinggal menuju hafalan
berikutnya. Memang nanti akan menemukan keraguan saat memurojaah pada ayat-ayat
tertentu tetapi ini normal dan tidak sulit untuk mengingatnya kembali karena
sudah pernah hataman 70x.
Usai itu
dilanjutkan dengan bagian kedua (Al-Buruj sampai Al-Lail) dengan metode yang
sama dengan sebelumnya. Jika sudah hafal, dilanjutkan dengan murojaah 70x. Usai
itu, ia digabung dari Al-Buruj sampai An-Nas, dan dimurojaah 70x lagi. Di
tingkat ini, hafalan Anda semakian kuat.
Usai itu
dilanjutkan dengan bagian ketiga (An-Naba sampai Al-Insyiqoq) dengan metode
yang sama dengan sebelumnya. Jika sudah hafal, dilanjutkan dengan murojaah 70x.
Usai itu, ia digabung semua dari An-Naba sampai An-Nas, dan dimurojaah 70x
lagi. Di tingkat ini, kekuatan hafalan juz Amma Anda begitu tinggi.
Kenapa harus 70
kali? Jawabannya, karena itu angka yang biasa digunakan oleh ulama zaman dahulu
dalam menghafal ilmu. Al-Hafizh Ibnul Jauzi berkata: “Selayaknya seseorang
untuk mengulang-ulang hafalannya agar kokoh hafalannya. Sungguh Nabi ﷺ bersabda: ‘Perbanyaklah
murojaah Al-Quran, karena ia begitu cepat hilang dari dada seseorang melebihi
cepatnya hilang onta dari talinya.’ Dahulu Abu Ishaq Asy-Syirozi
mengulang-ngulang hafalannya hingga seratus kali, sementara Ilkiya
mengulang-ngulang hingga tujuh puluh kali.” (Al-Hatstsu Ala Hifzil Ilmi,
hal. 43)
Setelah Anda
hafal Juz Amma dan telah murojaah 70x, maka Anda bisa melanjutkan langkah
kedua. Akan tetapi kami menasihatkan untuk memiliki wirid juz Amma, misalnya ia
selalu dibaca sehari sekali atau tiga hari sekali. Hataman juz Amma rata-rata
membutuhkan 30-45 menit dengan bacaan santai. Di sini Anda akan merasa senang
dan ringan membaca wirid juz Amma, karena kuatnya hafalan Anda. Untuk tujuan
inilah, kenapa Anda diminta menguatkan juz Amma sebelum menambah hafalan baru.
Alangkah banyaknya orang yang hafal juz Amma tetapi malas menjadikannya wirid
harian karena hafalannya yang lemah.
2. Menghafal Surat-Surat Penting
Yaitu surat-surat
yang ada anjuranya dari Nabi ﷺ
untuk dirutinkan dibaca pada hari dan waktu tertentu.
Ingat, kita
menghafal Al-Qur’an agar kita lebih mudah dalam mewiridkannya tiap hari.
Sehingga kita butuh menghafal surat khusus terlebih dahulu agar kita baca
setiap malam atau hari atau sepekan sekali. Manfaat kedua, dengan hafal surat-surat
khusus ini, murojaah bisa lebih semangat dan rutin dibaca. Di antara sebab
lemahnya hafalan para hafizh adalah kurang murojaah. Kurang murojaah ini
sebabnya karena malas dan hafalan yang lemah.
Berikut ini
beberapa surat yang perlu dihafal:
1) Al-Mulk, karena Nabi ﷺ biasa membacanya di malam hari.
Diriwayatkan
Jabir ﭬ,
ia berkata: “Nabi ﷺ
tidak tidur kecuali sudah membaca Al-Mulk dan As-Sajdah.” (HR. At-Tirmidzi no. 3404
dengan sanad shohih)
Juga berdasarkan
ucapan Abdullah bin Mas’ud ﭬ:
“Siapa membaca surat Al-Mulk setiap malam, maka Allah akan menghalanginya dari
siksa kubur. Kami di masa Rasulullah ﷺ menamakan surat tersebut Al-Mani’ah (penghalang dari siksa
kubur). Dia adalah salah satu surat di
dalam Kitabullah. Siapa membacanya setiap malam, maka ia telah memperbanyak amal
shalih.” (HR. An-Nasai no. 10479 dalam Al-Kubrō)
2) As-Sajdah
dan Al-Insan, karena ada
anjuran dibaca dalam shalat Subuh di hari Jumat, berdasarkan hadits dari Abu
Hurairah ﭬ:
“Nabi ﷺ
pada hari Jum’at dalam shalat
Fajar (Shubuh) rutin membaca surat As-Sajdah dan Al-Insan.” (HR. Al-Bukhari,
no. 891)
3) Al-Kahfi, karena ada anjuran dibaca tiap hari
Jumat, berdasarkan hadits:
«مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ، أَضَاءَ
لَهُ مِنَ النُّورِ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيقِ»
“Siapa
yang membaca surat Al-Kahfi di malam Jumat, maka cahaya akan meneranginya
antara dirinya hingga Baitul Atiq (Ka’bah).” (HR. Ad-Darimi no. 3450)
«مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ
الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ»
“Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi di hari Jumat, maka dia akan
diterangi cahaya antara dua Jum’at.” (HR. Al-Baihaqi no. 5996)
Imam Syafii
berkata: “Telah sampai dalil kepadaku bahwa orang yang membaca surat Al-Kahfi
akan terjaga dari fitnah Dajjal. Dan aku menyukai seseorang itu memperbanyak
shalawat kepada Nabi ﷺ
di setiap waktu dan di hari
Jum’at, sementara malam Jum’at lebih ditekankan lagi anjurannya. Dan aku juga
menyukai seseorang itu membaca surat Al-Kahfi pada malam dan hari Jum’at karena
terdapat dalil mengenai hal ini.” (Al-Umm, 1/208)
4) Al-Isro dan
Az-Zumar, karena Nabi ﷺ merutinkannya di malam hari
sebelum tidur, berdasarkan ucapan Aisyah ڤ: “Nabi ﷺ
sebelum tidur biasa membaca
surat Bani Isroil (Al-Isro) dan Az-Zumar.” (HR. At-Tirmizi no. 2920 dengan
sanad shohih)
5) Al-Baqoroh
dan Ali Imron, karena
keduanya akan memberi syafaat kepada penghafalnya para hari Kiamat kelak,
berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Bacalah
Al-Qur’an karena ia akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi
yang membacanya. Bacalah Az-Zahrowain (dua surat cahaya) yaitu surat Al-Baqoroh
dan Ali Imron karena keduanya datang pada hari Kiamat seperti dua awan atau
seperti dua cahaya sinar matahari atau seperti dua ekor burung yang
membentangkan sayapnya (bersambung satu dengan yang lainnya), keduanya akan
menjadi pembela bagi yang gemar membaca dua surat tersebut. Bacalah surat
Al-Baqoroh, karena menghafalnya adalah keberkahan dan meninggalkannya adalah
kerugiaan, dan para tukang sihir tidak mampu melawannya.” (HR. Muslim no. 804)
Hafalkan tiap
surat ini dengan metode sebelumnya dengan dimurojaah 70x setelah hafal. Sabar
menambah dan murojaah, pelan dan lambat tidak mengapa sambil membaca terjemahnya,
tafsirnya, dan mengamalkannya. Demikian ini adalah metode kaum Salaf terdahulu.
Setelah Anda
menghafal semua surat ini, maka sekali lagi kami mengingatkan untuk
menjadikannya sebagai wirid (bacaan rutin). Adapun orang yang hanya fokus
menambah hafalan dan menjadi hafizh, dikhawatirkan salah niat, yakni niatnya
hanya ingin disebut sebagai qori/hafiz, atau mencari keuntungan duniawi. Hal
ini sangat berbahaya, karena adanya beberapa hadits yang mengancamnya, seperti
hadits shahih tentang tiga kelompok manusia yang untuk mereka pertama kalinya
Neraka dinyalakan. Salah satu dari tiga orang tersebut adalah para penghafal Al-Quran
yang niatlah salah, ia menghafal agar disebut sebagai qori/hafizh demi mendapat
pujian dan keuntungan duniawi. Nabi ﷺ bercerita: “Allah berfirman kepadanya: ‘Kamu bohong! Kamu
menghafal Al-Quran agar disebut sebagai qori dan kamu pun sudah dipuji.’ Lalu
Malaikat diperintahkan menelungkup wajahnya ke bawah kaki lalu dilempar ke
Neraka.” (HR. Muslim no. 1905)
Juga sabda Nabi ﷺ:
«مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ
عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ
يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ»
“Siapa yang
mempelajari suatu ilmu (agama) yang seharusnya dicari karena mengharap Wajah
Allah, tetapi ia mempelajarinya hanyalah untuk mencari keuntungan dunia, maka
dia tidak akan mencium aroma Surga pada hari Kiamat[1].” (HR. Abu Dawud no. 3664 dengan sanad shohih)
3. Menghafal Surat yang Disukai Atau Sedang Dikaji
Berikutnya adalah
menghafal surat yang disukai, dan biasanya seseorang menyukai sebuah surat
karena alasan tertentu, misalkan seorang wanita yang belum dikaruniai anak
perempuan dan sangat mengharapkan diberi Allah anak perempuna. Lalu ia pun
menghafal surat Maryam sebagai wujud kerinduannya kepada anak perempuan dan
sekaligus doa meminta putri sholihah seperti Maryam.
Juga ia bisa
menghafal surat yang sedang dikaji oleh ustadznya. Misalkan kajian tafsir di
masjidnya adalah surat An-Nahl, lalu ia mulai menghafalnya. Metode seperti ini
lebih menumbuhkan semangat.
Begitu juga ia
menghafal surat khusus karena alasan atau momen khusus, misalnya menghafal
surat Al-Ahzab, karena sedang menyimak setoran anaknya surat Al-Ahzab.
4. Menyempurnakan 30 Juz
Tahapan ini bisa
dimulai dari belakang, yaitu juz 29 lalu 28 lalu 27 hingga surat An-Nisa. Cara
ini lebih mudah dibanding dari depan, karena lebih menumbuhkan semangat dan
lebih pendek surat-surat yang dihafalnya.
Metode menghafal
ini sama dengan sebelumnya yaitu dimurojaah 70x setiap selesai satu surat.
Hafalkan dengan tenang, santai, dan tidak terburu-buru, meski memerlukan 30
tahun. Tidak masalah. Bahkan ia adalah anugrah, mengisi hari-hari bersama
Al-Quran hingga ajal menjemput.
Diriwayatkan
secara shohih dari Maimun, ia berkata: “Ibnu Umar mempelajari surat Al-Baqoroh
dalam waktu empat tahun.” (At-Thobaqoot Al-Kubro, 4/164, Ibnu Sa’ad)
Az-Zarqoni
berkata: “Yang demikian itu bukan berarti karena lambannya hafalan mereka –Kita
berlindung kepada Allah akan hal ini– akan tetapi mereka para Sahabat juga mempelajari
apa saja yang diwajibkan, hukum-hukumnya, dan hal-hal yang berkaitan dengan
ayat-ayat tersebut. Diriwayatkan bahwasannya Nabi ﷺ melarang menyegerakan dan
mempercepat dalam menghafal Al-Qur’an tanpa memahaminya, dan bisa jadi Ibnu Umar tatkala menghafal surat Al-Baqoroh
beliau juga mencampur dengan mendalami ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya, yang
demikian itu karena ada kekhawatiran akan kesalahan dalam memahami Al-Qur’an.”
(Syarh Az-Zarqoni lil Muwattho’ Malik, 2/27)
/
HAFALAN PARA SAHABAT
Tidak semua
Sahabat hafal Al-Qur’an, dan orang yang hafal di antara mereka menjadi mulia di
mata Nabi ﷺ
dan para Sahabat lainnya. Mereka lebih didahulukan dalam mengajar, imam sholat,
komandan perang, menikah, jabatan, sampai didahulukan dikubur.
Ibnu Abbas ﭭ hafal surat mufashol (Qof
sampai An-Nas) ketika Nabi ﷺ
wafat, dan saat itu usianya belum baligh. Lalu ia menyempurnakan hafalannya
kepada para Sahabat senior. Lalu menjadi pakar tafsir. Itu artinya Ibnu Abbas
menghafalnya tahunan.
Apakah para
Sahabat menghafal Qur’an berurutan suratnya? Jawabannya, tidak, karena Al-Quran
diturunkan tidak urut, bahkan tidak selalu satu surat penuh dalam satu waktu.
Ini artinya menghafal tidak mesti urut seperti di mushaf. Bahkan dengan metode
mendahulukan yang mudah dan penting, menjadikan hati lebih menerimanya,
sebagaimana firman Allah:
وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَوۡلَا نُزِّلَ
عَلَيۡهِ ٱلۡقُرۡءَانُ جُمۡلَةٗ وَٰحِدَةٗۚ كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِۦ
فُؤَادَكَۖ وَرَتَّلۡنَٰهُ تَرۡتِيلٗا
“Orang-orang kafir
berkata: ‘Kenapa Al-Qur’an tidak diturunkan sekali saja (30 juz)?’ Demikianlah,
agar Kami kokohkan hatimu dan Kami membacakannya dengan tartil.”[2]
(QS. Al-Furqon: 32)
/
PAKAI SATU MUSHAF
Sangat dianjurkan
memakai satu mushaf saja, tidak gonta-ganti karena hal itu bisa melemahkan
hafalan.
Mana yang lebih
utama, memakai mushaf lokal terbitan Kemenag atau mushaf standar Utsmani? Jika
ia orang awam, baiknya memakai mushaf lokal[3].
Namun, jika ia seorang tholib (pelajar/santri) sangat dianjurkan memakai mushaf
Utsmani. Mushaf Utsmani pun ada beberapa edisi khotnya (gaya tulisannya), yang
terkadang beda edisi beda posisi ayat dalam sebuah halaman.
/
HAFALAN DI MANA SAJA DENGAN SEMUA MEDIA
Seseorang akan
cepat hafal Al-Qur’an jika mereka membawa Al-Qur’an seperti membawa gadget
(hp). Ia membawanya setiap saat dan dibuka setiap waktu: saat di jalan,
ngantri, di ruang tamu, di kamar tidur, di sekolah, di tempat belanja, dan di
mana-mana. Manfaatkan waktu luang untuk membaca, menghafal, dan mengulang.
Manfaatkan
murottal (rekaman qori), terutama ketika di jalan dan saat tidur.
/
CARI GURU & PARTNER
Ilmu itu bukan
sekedar hafalan dan maklumat, tetapi barokah. Ilmu akan masuk ke dalam hati
jika dibacakan oleh guru atau didengarkan oleh guru, bukan sedekar membaca
sendiri. Jika ilmu masuk ke hati maka ia akan barokah dan banyak manfaatnya.
Keberadaan guru
akan menambah semangat, mengurangi kesalahan hafalan, mempercepat tujuan.
Yang tidak kalah penting
adalah partner menghafal, entah pasangan hidup (pasutri), teman, rekan
kerja, maupun lainnya, karena hal ini bisa menumbuhkan semangat dan membuat
lingkungan yang kondusif dalam menghafal.
/
KUATKAN DENGAN BAHASA & TAFSIR
Bahasa Arab itu
mudah dan ia memudahkan Al-Qur’an untuk dibaca, dihafal, dan dipahami.
Ibaratnya, seandainya menghafal itu butuh 3 tahun, maka bahasa Arab akan
memangkasnya menjadi 3 bulan.
Anda bisa belajar
bahasa Arab dengan kitab apapun asal dengan guru, karena itu lebih cepat. Jika
tidak memungkinkan, Anda bisa mendowload buku Bahasa Arab Khusus Untuk
Memahami Qur’an dan Hadits di www.terjemahmatan.com
Adapun kajian
tafsir, usahakan selalu hadir di majlis terdekat. Jika belum memungkinkan,
manfaatkan daring seperti via Zoom maupun Youtube.
/
MENGHAFAL SEUMUR HIDUP
Mana yang lebih
utama? Hafalan kuat sehingga ia merasa tidak butuh mengulang hafalannya atau
yang hafalannya lemah sehingga diulang seumur hidup? Yang kedua lebih utama,
karena Al-Qur’an itu seperti penasihat kehidupan, yang kita sangat butuh
mendengar nasihat setiap hari sampai mati.
Bahkan, termasuk
musibah yang menimpa hafiz Qur’an adalah jarang mengulang dan membacanya,
dengan alasan hafalannya sudah kuat. Ini musibah. Karena dikhawatirkan dia
salah niat, niatnya agar disebut hafiz/qori, dan kita berlindung kepada Allah
dari musibah ini.
Hafalkan Qur’an
ayat demi ayat, dan tidak masalah selesai 30 juz dalam 30 tahun bahkan lebih
dari itu. Yang penting kita selalu dekat dengan Al-Qur’an sampai bertemu Allah.
/
METODE MUROJAAH SAHABAT
Para Sahabat
tidak mengenal maupun juz sebagaimana yang umum terdapat dalam Mushaf
sekarang. Itu hasil ijtihad dari seorang gubernur dari daulah Umawiyah bernama
Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqofi yang dikenal cinta Al-Qur’an.
Adapun para
Sahabat Rodhiyallahu ‘Anhum, mereka membagi Al-Qur’an berdasarkan surat,
bukan selainnya. Mereka membaginya menjadi 7 bagian, dan hatam dalam sepekan.
Aus bin Hudzaifah
bertanya kepada para Sahabat Rosulullah ﷺ, bagaimana mereka membagi Al-Qur’an? Lalu mereka menjawab:
ثَلَاثٌ، وَخَمْسٌ، وَسَبْعٌ، وَتِسْعٌ، وَإِحْدَى عَشْرَةَ،
وَثَلَاثَ عَشْرَةَ، وَحِزْبُ الْمُفَصَّلِ وَحْدَهُ
“3 surat, 5
surat, 7 surat, 9 surat, 11 surat, 13 surat, lalu mufashol.”[4]
Makna 3 surat
adalah Al-Baqoroh sampai An-Nisa, dan Al-Fatihah tidak dihitung karena jumlah
ayatnya yang sangat sedikit dibanding 3 surat tersebut.
Makna 5 surat
adalah Al-Ma’idah sampai At-Taubah. Dahulu Al-Anfal dan At-Taubah dianggap satu
surat, sehingga tidak diberi basmalah pada At-Taubah, karena tema bahasannya
sama, tentang peperangan.
Makna 7 surat
adalah Yunus sampai An-Nahl.
Makna 9 surat
adalah Al-Isro sampai Al-Furqon.
Makna 11 surat
adalah Asy-Syuara sampai Yasin.
Makna 13 surat
adalah Ash-Shoffat sampai Al-Hujurot.
Makna mufashol
adalah Qof sampai An-Nas.
Pembagian ini
disingkat menjadi فَمِي بِشَوْقٍ yang secara harfiyah artinya “bibirku rindu (membaca Qur’an)”,
di mana tiap huruf melambangkan surat.
ف
yakni Al-Fatihah; مـ
yakni Al-Ma’idah; ي
yakni Yunus; ب
yakni Bani Isroil (Isro); ش yakni Asy-Syu’aro; و yakni Ash-Shoffat (والصافات); ق yakni Qof.
Di antara Sahabat
yang menggunakan metode ini adalah Utsman bin Affan, Ubay bin Ka’ab, Tamim
Ad-Dari, Abdullah bin Mas’ud, Zaid bin Tsabit, dan lain-lain. Adapun dari
generasi berikutnya adalah Abul Aliyah, Ibrohim An-Nakhoi, Alqomah bin Qois,
Muhammad bin Sirin, Ahmad bin Hanbal, dan lain-lain. Sebagian kaum menyukai
mengawali di hari Jum’at dan selesai di hari Kamis.
Jika Anda hendak
mencobanya, maka itu kebaikan, meskipun dengan membaca mushaf, sebagai latihan.
Jika Anda tidak mampu, maka hataman/murojaah sesuai kemampuan. Sebagian ulama
menilai makruh belum hatam dalam sebulan, seperti Syaikh Sholih Fauzan
Al-Fauzan.
Hanya ini yang
bisa penulis sampaikan. Apa yang benar dari Allah dan apa yang salah dari diri
penulis pribadi. Semoga Allah mengampuni kesalahan kita dan menerima kebaikan
kita.
Semoga sholawat
dan salam tercurah kepada Rosulullah ﷺ, keluarganya, dan para Sahabatnya.
Akhir risalah.
[1]
Yakni tidak masuk Surga langsung,
tetapi diancam masuk Neraka.
[2]
Yakni beransur-ansur turunnya dan
tidak urut sebagaimana dalam Mushaf.
[3] Mushaf lokal adalah mushaf Utsmani
yang dimodifikasi Kemenag beberapa tanda bacanya, seperti hamzah washol diberi
harokat, tanda waqof diperbanyak, ditambahi alif berdiri sebagai isyarat nada
panjang, dan lain-lain. Hal ini sangat membantu sekali orang awam yang belum
mendalami ilmu tajwid dan ghorib.
[4]
Hasan: HR. Abu Dawud no. 1988. Dinilai jayyid
oleh pentahqiq Al-Adab Asy-Syar’iyyah 2/280 Ibnu Muflih, dan dinilai
hasan Ibnu Hajar dalam Natāij Al-Afkār 3/165 dan Al-Futuhāt
Ar-Robbāniyah 3/229.