Kitab Pengobatan - Shohih Al-Bukhori | Pustaka Syabab
Kitab Pengobatan - Shohih Al-Bukhori Download PDF atau WORD 1. Bab: Allah Tidak Menurunkan Penyakit Kecuali Menurunkan Juga Obatnya 5678...
Kitab Pengobatan - Shohih Al-Bukhori
1. Bab: Allah Tidak Menurunkan Penyakit
Kecuali Menurunkan Juga Obatnya
5678 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭬ، عَنِ
النَّبِيِّ ﷺ، قَالَ: «مَا أَنْزَلَ اللَّهُ دَاءً
إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً»
5678.
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallōhu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: “Allah
tidak menurunkan penyakit kecuali menurunkan juga obatnya.”
2. Bab: Bolehkah Lelaki Mengobati Wanita atau
Sebaliknya?
5679 - عَنْ رُبَيِّعَ بِنْتِ مُعَوِّذِ
ابْنِ عَفْرَاءَ ڤ، قَالَتْ: «كُنَّا نَغْزُو مَعَ
رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، نَسْقِي القَوْمَ وَنَخْدُمُهُمْ، وَنَرُدُّ القَتْلَى
وَالجَرْحَى إِلَى المَدِينَةِ»
5679.
Dari Rubayyi’ binti Mu’awwidz bin Afro Rodhiyallōhu ‘Anhuma, dia
berkata: “Kami dahulu ikut berperang bersama Rasulullah ﷺ. Kami bertugas memberi minum
pasukan dan melayani (mengobati) mereka. Pasukan yang terbunuh dan terluka kami
bawa ke Madinah.”
3. Bab: Kesembuhan Pada Tiga Hal
5680 - عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ﭭ، قَالَ: «الشِّفَاءُ فِي
ثَلاَثَةٍ: شَرْبَةِ عَسَلٍ، وَشَرْطَةِ مِحْجَمٍ، وَكَيَّةِ نَارٍ، وَأَنْهَى
أُمَّتِي عَنِ الكَيِّ»
رَفَعَ الحَدِيثَ
5680.
Dari Ibnu Abbas Rodhiyallōhu ‘Anhuma, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Kesembuhan ada
pada tiga hal, yaitu meminum madu, menyayat dengan bekam, dan kay dengan api
(menempelkan besi panas pada bagian yang luka), dan aku melarang umatku dari
kay.”[1]
5681 - عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ﭭ،
عَنِ النَّبِيِّ ﷺ، قَالَ: «الشِّفَاءُ فِي ثَلاَثَةٍ: فِي شَرْطَةِ مِحْجَمٍ، أَوْ شَرْبَةِ
عَسَلٍ، أَوْ كَيَّةٍ بِنَارٍ، وَأَنَا أَنْهَى أُمَّتِي عَنِ الكَيِّ»
5681.
Dari Ibnu Abbas Rodhiyallōhu ‘Anhuma, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: “Kesembuhan
ada pada tiga hal, yaitu pada sayatan bekam, meminum madu, dan kay dengan api,
dan aku melarang umatku dari kay.”
4. Bab: Berobat dengan Madu
5682 - عَنْ عَائِشَةَ ڤ، قَالَتْ: «كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يُعْجِبُهُ الحَلْوَاءُ وَالعَسَلُ»
5682.
Dari ‘Aisyah Rodhiyallōhu ‘Anha, dia berkata: “Rasulullah ﷺ suka manisan dan madu.”
5683 –
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ﭭ، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: «إِنْ كَانَ فِي شَيْءٍ
مِنْ أَدْوِيَتِكُمْ - أَوْ: يَكُونُ فِي شَيْءٍ مِنْ أَدْوِيَتِكُمْ - خَيْرٌ،
فَفِي شَرْطَةِ مِحْجَمٍ، أَوْ شَرْبَةِ عَسَلٍ، أَوْ لَذْعَةٍ بِنَارٍ تُوَافِقُ
الدَّاءَ، وَمَا أُحِبُّ أَنْ أَكْتَوِيَ»
5683.
Dari Jabir bin Abdillah Rodhiyallōhu ‘Anhuma, ia berkata: Aku mendengar
Nabi ﷺ
bersabda: “Jika ada dari obat kalian yang dapat menyembuhkan, maka itu
terdapat pada sayatan bekam, meminum madu, atau mengecos besi panas yang
mengenai luka, dan aku tidak menyukai kay.”
5684 - عَنْ أَبِي سَعِيدٍ ﭬ:
أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَ: أَخِي يَشْتَكِي بَطْنَهُ، فَقَالَ: «اسْقِهِ عَسَلًا». ثُمَّ أَتَى الثَّانِيَةَ،
فَقَالَ: «اسْقِهِ عَسَلًا». ثُمَّ
أَتَاهُ الثَّالِثَةَ فَقَالَ: «اسْقِهِ عَسَلًا».
ثُمَّ أَتَاهُ فَقَالَ: قَدْ فَعَلْتُ، فَقَالَ: «صَدَقَ
اللَّهُ، وَكَذَبَ بَطْنُ أَخِيكَ، اسْقِهِ عَسَلًا»، فَسَقَاهُ
فَبَرَأَ
5684.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri Rodhiyallōhu ‘Anhu, bahwa seseorang mendatangi
Nabi ﷺ
lalu berkata: “Saudaraku sakit perut.” Jawab beliau: “Minumkanlah ia madu.”
Kemudian dia datang untuk kedua kalinya, lalu beliau menyuruh lagi: “Minumkanlah
ia madu.” Kemudian dia datang untuk ketiga kalinya, lalu beliau menyuruh
lagi: “Minumkanlah ia madu.” Kemudian dia datang lagi dan berkata:
“Sudah kulakukan (tetapi belum sembuh).” Beliau bersabda: “Allah benar dan
perut saudaramu bohong, minumkanlah dia madu lagi.” Lalu dia memberinya
minum lagi dan sembuh.[2]
5. Bab: Berobat dengan Susu Unta
5685 - عَنْ أَنَسٍ ﭬ:
أَنَّ نَاسًا كَانَ بِهِمْ سَقَمٌ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ! آوِنَا
وَأَطْعِمْنَا، فَلَمَّا صَحُّوا، قَالُوا: إِنَّ المَدِينَةَ وَخِمَةٌ،
فَأَنْزَلَهُمُ الحَرَّةَ فِي ذَوْدٍ لَهُ، فَقَالَ: «اشْرَبُوا
أَلْبَانَهَا»، فَلَمَّا صَحُّوا قَتَلُوا رَاعِيَ النَّبِيِّ ﷺ
وَاسْتَاقُوا ذَوْدَهُ، فَبَعَثَ فِي آثَارِهِمْ، فَقَطَعَ أَيْدِيَهُمْ
وَأَرْجُلَهُمْ، وَسَمَرَ أَعْيُنَهُمْ، فَرَأَيْتُ الرَّجُلَ مِنْهُمْ يَكْدِمُ
الأَرْضَ بِلِسَانِهِ حَتَّى يَمُوتَ. قَالَ سَلَّامٌ: فَبَلَغَنِي أَنَّ الحَجَّاجَ
قَالَ لِأَنَسٍ: حَدِّثْنِي بِأَشَدِّ عُقُوبَةٍ عَاقَبَهُ النَّبِيُّ ﷺ،
فَحَدَّثَهُ بِهَذَا فَبَلَغَ الحَسَنَ، فَقَالَ: وَدِدْتُ أَنَّهُ لَمْ
يُحَدِّثْهُ بِهَذَا
5685.
Dari Anas bin Malik Rodhiyallōhu ‘Anhu, bahwa sekelompok orang yang
tertimpa penyakit demam (karena cuaca Madinah) berkata: “Wahai Rasulullah! Berilah
kami tempat menginap dan jamuan makan.” Setelah sehat, mereka berkata: “Cuaca
Madinah tidak cocok dengan kami.” Maka beliau menyuruh mereka tinggal di piggiran
Madinah bersama beberapa onta (3-9 ekor), seraya bersabda: “Silahkan minum
susunya.” Setelah sehat, mereka membunuh penggembala Nabi ﷺ dan menggiring unta-untanya.
Maka beliau mengirim pasukan untuk melacak jejak mereka. (Setelah ditangkap)
pasukan disuruh untuk memotong tangan-tangan dan kaki-kai mereka, dan
mencongkel mata-mata mereka. Aku melihat salah satu dari mereka menjulurkan lidahnya
ke tanah (kehausan) hingga mati.
Sallam
(perawi) berkata: Telah sampai kabar kepadaku bahwa Al-Hajjaj bin Yusuf berkata
kepada Anas: “Sampaikan kepadaku hukuman paling berat yang pernah diterapkan
Nabi ﷺ,”
lalu Anas menyampaikan hadits ini, lalu hal ini sampai kepada Al-Hasan
Al-Bashri lalu ia berkata: “Aku sangat berharap Anas tidak menceritakan hadits
ini kepadanya.”[3]
6. Bab: Berobat dengan Kencing Unta
5686 - عَنْ أَنَسٍ ﭬ: «أَنَّ نَاسًا اجْتَوَوْا فِي المَدِينَةِ، فَأَمَرَهُمُ
النَّبِيُّ ﷺ أَنْ يَلْحَقُوا بِرَاعِيهِ - يَعْنِي الإِبِلَ - فَيَشْرَبُوا مِنْ
أَلْبَانِهَا وَأَبْوَالِهَا، فَلَحِقُوا بِرَاعِيهِ، فَشَرِبُوا مِنْ
أَلْبَانِهَا وَأَبْوَالِهَا، حَتَّى صَلَحَتْ أَبْدَانُهُمْ، فَقَتَلُوا
الرَّاعِيَ وَسَاقُوا الإِبِلَ، فَبَلَغَ النَّبِيَّ ﷺ، فَبَعَثَ فِي طَلَبِهِمْ
فَجِيءَ بِهِمْ ، فَقَطَعَ أَيْدِيَهُمْ وَأَرْجُلَهُمْ، وَسَمَرَ أَعْيُنَهُمْ».
5686.
Dari Anas bin Malik Rodhiyallōhu ‘Anhu, bahwa beberapa orang terkena
demam karena cuaca Madinah, lalu Nabi ﷺ memerintahkan mereka untuk
menyusul penggembala unta agar bisa minum air susu dan air kencing unta-untanya
(sebagai obat). Mereka pun menyusul penggembalanya dan meminum air susu dan air
kencingnya hingga menjadikan mereka sehat. Lalu mereka membunuh penggembala dan
menggiring unta-untanya. Kabar itu sampai kepada Nabi ﷺ sehingga beliau mengutus pasukan
untuk melacak mereka. Lalu tangan dan kaki mereka dipotong (secara bersilang)
dan mata mereka dicongkel.
7. Bab: Habbatus Sauda (Jinten Hitam)[4]
5687 - عَنْ خَالِدِ بْنِ سَعْدٍ، قَالَ:
خَرَجْنَا وَمَعَنَا غَالِبُ بْنُ أَبْجَرَ فَمَرِضَ فِي الطَّرِيقِ، فَقَدِمْنَا
المَدِينَةَ وَهُوَ مَرِيضٌ، فَعَادَهُ ابْنُ أَبِي عَتِيقٍ، فَقَالَ لَنَا:
عَلَيْكُمْ بِهَذِهِ الحُبَيْبَةِ السَّوْدَاءِ، فَخُذُوا مِنْهَا خَمْسًا أَوْ
سَبْعًا فَاسْحَقُوهَا، ثُمَّ اقْطُرُوهَا فِي أَنْفِهِ بِقَطَرَاتِ زَيْتٍ، فِي
هَذَا الجَانِبِ وَفِي هَذَا الجَانِبِ، فَإِنَّ عَائِشَةَ حَدَّثَتْنِي: أَنَّهَا
سَمِعَتِ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: «إِنَّ هَذِهِ
الحَبَّةَ السَّوْدَاءَ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ، إِلَّا مِنَ السَّامِ»،
قُلْتُ: وَمَا السَّامُ؟ قَالَ: المَوْتُ
5687.
Dari Kholid bin Sa’ad, dia berkata: Kami keluar safar bersama Gholib bin Abjar
lalu ia jatuh sakit di jalan. Ketika sampai di Madinah dia masih sakit, lalu Ibnu
Abi Athiq menjenguknya, lalu ia berkata kepada kami: “Berobatlah dengan
Habbatus Sauda, ambillah lima atau tujuh biji lalu tumbuklah lalu teteskanlah
ke hidungnya disertai beberapa tetes minyak (Zaitun), di bagian ini dan bagian
itu, karena ‘Aisyah menyampaikan kepadaku: Aku mendengar Nabi ﷺ bersabda: “Sesungguhnya
Habbatus Suada ini adalah obat segala penyakit kecuali sām.” Aku bertanya:
“Apa itu sām?” Jawab beliau: “Kematian.”[5]
5688 –
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭬ،
أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: «فِي
الحَبَّةِ السَّوْدَاءِ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ، إِلَّا السَّامَ»
5688.
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallōhu ‘Anhu, bahwa dia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Pada Habbatus
Sauda terdapat obat segala penyakit kecuali kematian.”
8. Bab: Talbinah Untuk Orang Sakit[6]
5689 - عَنْ عَائِشَةَ ڤ، أَنَّهَا كَانَتْ
تَأْمُرُ بِالتَّلْبِينِ لِلْمَرِيضِ وَلِلْمَحْزُونِ عَلَى الهَالِكِ، وَكَانَتْ
تَقُولُ: إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: «إِنَّ
التَّلْبِينَةَ تُجِمُّ فُؤَادَ المَرِيضِ، وَتَذْهَبُ بِبَعْضِ الحُزْنِ»
5689.
Dari ‘Aisyah Rodhiyallōhu ‘Anha, bahwa dia menyuruh agar memakan talbinah
untuk orang yang sakit dan orang yang dilanda kesedihan dari kematian, dan dia
berkata: Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya
talbinah menyegarkan hati orang yang sakit dan menghilangkan sebagian rasa
sedih.”
5690 - عَنْ عَائِشَةَ ڤ،
أَنَّهَا كَانَتْ تَأْمُرُ بِالتَّلْبِينَةِ وَتَقُولُ: «هُوَ
البَغِيضُ النَّافِعُ»
5690.
Dari ‘Aisyah Rodhiyallōhu ‘Anha, bahwa dia menyuruh memakan talbinah
dan berkata: “Dia dibenci tetapi bermanfaat.”
9. Bab: Obat Tetes Hidung
5691 - عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ﭭ، عَنِ
النَّبِيِّ ﷺ: «احْتَجَمَ وَأَعْطَى الحَجَّامَ
أَجْرَهُ، وَاسْتَعَطَ»
5691.
Dari Ibnu Abbas Rodhiyallōhu ‘Anhuma, dari Nabi ﷺ, bahwa beliau berbekam dan
memberi tukang bekam upahnya, dan melakukan pengobatan tetes hidung.
10. Bab: Berobat Tetes Hidung dengan Qushthul
Hindi dan Qushthul Bahri
5692 - عَنْ أُمِّ قَيْسٍ بِنْتِ مِحْصَنٍ ڤ،
قَالَتْ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: «عَلَيْكُمْ بِهَذَا
العُودِ الهِنْدِيِّ، فَإِنَّ فِيهِ سَبْعَةَ أَشْفِيَةٍ: يُسْتَعَطُ بِهِ مِنَ
العُذْرَةِ، وَيُلَدُّ بِهِ مِنْ ذَاتِ الجَنْبِ»
5692.
Dari Ummu Qois binti Mihson Rodhiyallōhu ‘Anhuma, dia berkata: Aku
mendengar Nabi ﷺ
bersabda: “Berobatlah dengan kayu Hindia, karena di dalamnya terdapat tujuh
macam obat, (di antaranya) untuk mengobati amandel dengan ditetaskan/dioleskan,
dan untuk mengobati radang selaput dada dengan dioleskan.”
5693 - وَدَخَلْتُ عَلَى النَّبِيِّ
ﷺ بِابْنٍ لِي لَمْ يَأْكُلِ الطَّعَامَ، فَبَالَ عَلَيْهِ، فَدَعَا بِمَاءٍ
فَرَشَّ عَلَيْهِ
5693.
“Dan aku menemui Nabi ﷺ
membawa putraku yang belum makan apa-apa (masih bayi) lalu mengencingi beliau.
Beliau meminta diambilkan air lalu memercikkannya pada bagian tersebut.”
11. Bab: Kapan Waktu Berbekam?
5694 - عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ﭭ،
قَالَ: «احْتَجَمَ النَّبِيُّ ﷺ وَهُوَ صَائِمٌ»
5694.
Dari Ibnu Abbas Rodhiyallōhu ‘Anhuma, dia berkata: “Nabi ﷺ berbekam saat berpuasa.”
12. Bab: Berbekam Ketika Safar dan Ihrom
5695 - عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ﭭ،
قَالَ: «احْتَجَمَ النَّبِيُّ ﷺ وَهُوَ مُحْرِمٌ»
5695.
Dari Ibnu Abbas Rodhiyallōhu ‘Anhuma, dia berkata: “Nabi ﷺ berbekam saat ihrom.”
13. Bab: Berbekam dari Penyakit
5696 - عَنْ أَنَسٍ ﭬ، أَنَّهُ سُئِلَ عَنْ
أَجْرِ الحَجَّامِ، فَقَالَ: احْتَجَمَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ، حَجَمَهُ أَبُو
طَيْبَةَ، وَأَعْطَاهُ صَاعَيْنِ مِنْ طَعَامٍ، وَكَلَّمَ مَوَالِيَهُ فَخَفَّفُوا
عَنْهُ، وَقَالَ: «إِنَّ أَمْثَلَ مَا
تَدَاوَيْتُمْ بِهِ الحِجَامَةُ، وَالقُسْطُ البَحْرِيُّ» وَقَالَ: «لاَ تُعَذِّبُوا صِبْيَانَكُمْ بِالْغَمْزِ مِنَ
العُذْرَةِ، وَعَلَيْكُمْ بِالقُسْطِ»
5696.
Dari Anas bin Malik Rodhiyallōhu ‘Anhu, bahwa dia ditanya tentang upah
tukang bekam lalu menjawab: Rasulullah ﷺ pernah dibekam Abu Thoybah dan
memberinya upah dua sho’ (sekitar 5 kg) makanan. Beliau menyarankan agar
budak-budak yang dimerdekakannya diringankan (kewajiban-kewajiban kepada mantan
majikan). Beliau bersabda: “Obat kalian yang paling mujarab adalah bekam dan
kayu Hindia.” Beliau juga bersabda: “Kalian jangan menyiksa anak-anak
kalian yang sakit amandel dengan menekankan jari-jari ke kerongkongannya. Akan
tetapi obatilah dengan kayu Hindia.”
5697 –
عَنْ عَاصِمِ بْنِ عُمَرَ بْنِ قَتَادَةَ: أَنَّ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ ﭭ
عَادَ المُقَنَّعَ ثُمَّ قَالَ: لاَ أَبْرَحُ حَتَّى تَحْتَجِمَ، فَإِنِّي
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: «إِنَّ فِيهِ
شِفَاءً»
5697.
Dari Ashim bin Umar bin Qotadah, bahwa Jabir bin Abdillah Rodhiyallōhu
‘Anhuma menjenguk Al-Muqonna’ lalu ia berkata: Aku tidak akan pulang hingga
kamu berbekam, karena aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya
padanya ada kesembuhan.”
14. Bab: Membekam Bagian Atas Kepala
5698 –
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ابْنِ بُحَيْنَةَ ﭬ،
قَالَ: «أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ احْتَجَمَ بِلَحْيِ جَمَلٍ مِنْ طَرِيقِ
مَكَّةَ، وَهُوَ مُحْرِمٌ، فِي وَسَطِ رَأْسِهِ»
5698.
Dari Abdullah bin Buhainah Rodhiyallōhu ‘Anhu, dia berkata: Rasulullah ﷺ berbekam di Lahyi Jamal di jalan
Makkah saat ihrom, di tengah kepala.
5699 - عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ ﭭ: «أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
ﷺ احْتَجَمَ فِي رَأْسِهِ»
5699.
Dari Ibnu Abbas Rodhiyallōhu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah ﷺ berbekam di kepalanya.
15. Bab: Berbekam Karena Migren dan Pusing
5700 - عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ﭭ:
«احْتَجَمَ النَّبِيُّ ﷺ فِي رَأْسِهِ وَهُوَ
مُحْرِمٌ، مِنْ وَجَعٍ كَانَ بِهِ، بِمَاءٍ يُقَالُ لَهُ لُحْيُ جَمَلٍ»
5700.
Dari Ibnu Abbas Rodhiyallōhu ‘Anhuma, bahwa Nabi ﷺ membekam kepalanya saat ihrom,
karena penyakit yang menimpa beliau dengan air bernama Luhyu Jamal.
5701 - عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ ﭭ:
«أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ احْتَجَمَ وَهُوَ مُحْرِمٌ فِي رَأْسِهِ،
مِنْ شَقِيقَةٍ كَانَتْ بِهِ»
5701.
Dari Ibnu Abbas Rodhiyallōhu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah berbekam di
kepalanya saat ihrom, karena migren (sakit kepala sebelah) yang menimpanya.
5702 - عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ﭭ،
قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: «إِنْ
كَانَ فِي شَيْءٍ مِنْ أَدْوِيَتِكُمْ خَيْرٌ: فَفِي شَرْبَةِ عَسَلٍ، أَوْ
شَرْطَةِ مِحْجَمٍ، أَوْ لَذْعَةٍ مِنْ نَارٍ، وَمَا أُحِبُّ أَنْ أَكْتَوِيَ»
5702.
Dari Jabir bin Abdillah Rodhiyallōhu ‘Anhuma, dia berkata: Aku mendengar
Nabi ﷺ
bersabda: “Jika ada dari obat kalian yang mujarab maka itu terdapat pada
meminum madu, sayatan bekam, atau cosan besi panas, dan aku tidak menyukai
kay.”
16. Bab: Mencukur Rambut Kepala Karena Sakit
5703 - عَنْ كَعْبٍ هُوَ ابْنُ عُجْرَةَ ﭬ،
قَالَ: أَتَى عَلَيَّ النَّبِيُّ ﷺ زَمَنَ الحُدَيْبِيَةِ، وَأَنَا أُوقِدُ تَحْتَ
بُرْمَةٍ، وَالقَمْلُ يَتَنَاثَرُ عَنْ رَأْسِي، فَقَالَ: «أَيُؤْذِيكَ هَوَامُّكَ؟» قُلْتُ: نَعَمْ ،
قَالَ: «فَاحْلِقْ، وَصُمْ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ،
أَوْ أَطْعِمْ سِتَّةً، أَوِ انْسُكْ نَسِيكَةً»
5703.
Dari Ka’ab bin Ujroh Rodhiyallōhu ‘Anhu, dia berkata: Nabi ﷺ mendatangiku pada saat
Hudaibiyah (umroh Qodho), sementara aku menyalakan api di bawah periuk, dan
kutu-kutu berjatuhan dari kepalaku lalu beliau bersabda: “Apakah kutu-kutumu
ini mengganggumu?” Jawabku: “Iya.” Beliau bersbada: “Cukurlah rambutmu,
dan puasalah tiga hari atau memberi makan enam orang miskin atau menyembelih
kambing (sebagai fidyah).”
17. Bab: Orang yang Melakukan Kay atau
Menerapkannya Pada Orang Lain dan Keutamaan Orang yang Tidak Melakukan Kay
5704 –
عَنْ جَابِرٍ ﭬ، عَنِ
النَّبِيِّ ﷺ، قَالَ: «إِنْ كَانَ فِي شَيْءٍ مِنْ
أَدْوِيَتِكُمْ شِفَاءٌ: فَفِي شَرْطَةِ مِحْجَمٍ، أَوْ لَذْعَةٍ بِنَارٍ، وَمَا
أُحِبُّ أَنْ أَكْتَوِيَ»
5704.
Dari Jabir Rodhiyallōhu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: “Jika ada sesuatu
yang menyembuhkan dari obat-obatan kalian, maka itu terdapat pada sayatan
bekam, pengecosan besi panas, dan aku tidak suka melakukan kay (pengecosan besi
panas).”
5705 - عَنْ عَامِرٍ، عَنْ عِمْرَانَ
بْنِ حُصَيْنٍ ﭭ، قَالَ: «لاَ رُقْيَةَ إِلَّا مِنْ عَيْنٍ أَوْ حُمَةٍ»، فَذَكَرْتُهُ لِسَعِيدِ بْنِ
جُبَيْرٍ، فَقَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ عَبَّاسٍ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «عُرِضَتْ عَلَيَّ
الأُمَمُ، فَجَعَلَ النَّبِيُّ وَالنَّبِيَّانِ يَمُرُّونَ مَعَهُمُ الرَّهْطُ،
وَالنَّبِيُّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ، حَتَّى رُفِعَ لِي سَوَادٌ عَظِيمٌ، قُلْتُ:
مَا هَذَا؟ أُمَّتِي هَذِهِ؟ قِيلَ: بَلْ هَذَا مُوسَى وَقَوْمُهُ، قِيلَ: انْظُرْ
إِلَى الأُفُقِ، فَإِذَا سَوَادٌ يَمْلَأُ الأُفُقَ، ثُمَّ قِيلَ لِي: انْظُرْ هَا
هُنَا وَهَا هُنَا فِي آفَاقِ السَّمَاءِ، فَإِذَا سَوَادٌ قَدْ مَلَأَ الأُفُقَ،
قِيلَ: هَذِهِ أُمَّتُكَ، وَيَدْخُلُ الجَنَّةَ مِنْ هَؤُلاَءِ سَبْعُونَ أَلْفًا
بِغَيْرِ حِسَابٍ».
ثُمَّ دَخَلَ وَلَمْ يُبَيِّنْ لَهُمْ، فَأَفَاضَ القَوْمُ، وَقَالُوا: نَحْنُ
الَّذِينَ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاتَّبَعْنَا رَسُولَهُ، فَنَحْنُ هُمْ، أَوْ
أَوْلاَدُنَا الَّذِينَ وُلِدُوا فِي الإِسْلاَمِ، فَإِنَّا وُلِدْنَا فِي
الجَاهِلِيَّةِ، فَبَلَغَ النَّبِيَّ ﷺ فَخَرَجَ، فَقَالَ: «هُمُ الَّذِينَ لاَ يَسْتَرْقُونَ، وَلاَ يَتَطَيَّرُونَ،
وَلاَ يَكْتَوُونَ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ». فَقَالَ عُكَاشَةُ
بْنُ مِحْصَنٍ: أَمِنْهُمْ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «نَعَمْ». فَقَامَ آخَرُ فَقَالَ: أَمِنْهُمْ
أَنَا؟ قَالَ: «سَبَقَكَ بِهَا عُكَّاشَةُ»
5705.
Dari Amir, dari Imron bin Hushoin Rodhiyallōhu ‘Anhu, dia berkata:
“Ruqyah hanya diterapkan pada penyakit ain dan sengatan berbisa.” Aku sampaikan
hadits itu kepada Sa’id bin Jubair lalu dia berkata: Ibnu Abbas menceritakan
kepadaku: Rasulullah ﷺ
bersabda: “Umat-umat ditampakkan kepadaku, ternyata ada seorang Nabi atau
dua Nabi berjalan bersama beberapa orang pengikutnya, ada pula seorang Nabi
tanpa pengikut satupun, hingga ditampakkan kepadaku sekelompok manusia yang
banyak sekali dan aku bertanya: ‘Siapa mereka? Apakah mereka umatku?’ Ada yang
menjawab: ‘Bahkan mereka adalah Musa dan kaumnya. Akan tetapi lihatlah ke ufuk
sana.’ Ternyata nampak sekelompok manusia yang menutupi ufuk (saking
banyaknya). Lalu dikatakan kepadaku: ‘Lihatlah apa yang di ufuk sana dan sana.’
Ternyata ada sekelompok manusia banyak sekali hingga menutupi ufuk. Ada yang
menyeru: ‘Mereka ini adalah umatmu berserta 70.000 dari mereka yang masuk Surga
tanpa hisab.” Kemudian beliau masuk rumahnya dan belum menjelaskan siapakah
mereka yang 70.000 itu. Perbincangan para Sahabat didengar beliau, hingga
beliau keluar dan menjelaskan: “Mereka adalah orang-orang yang tidak meminta
ruqyah, tidak menyakini ada kesialan, tidak melakukan kay, dan hanya bertawakal
kepada Allah.” Lalu Ukasyah bin Mihshon berkata: “Apakah aku termasuk
mereka wahai Rasulullah?” Jawab beliau: “Benar.” Lalu orang lain berdiri
dan bertanya yang sama lalu dijawab beliau: “Kamu sudah didahului Ukkasyah.”
18. Bab: Menggunakan Itsmid dan Celak Karena
Sakit Mata
5706 - عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ ڤ: أَنَّ
امْرَأَةً تُوُفِّيَ زَوْجُهَا، فَاشْتَكَتْ عَيْنَهَا، فَذَكَرُوهَا لِلنَّبِيِّ
ﷺ، وَذَكَرُوا لَهُ الكُحْلَ، وَأَنَّهُ يُخَافُ عَلَى عَيْنِهَا، فَقَالَ: «لَقَدْ كَانَتْ
إِحْدَاكُنَّ تَمْكُثُ فِي بَيْتِهَا فِي شَرِّ أَحْلاَسِهَا - أَوْ: فِي
أَحْلاَسِهَا فِي شَرِّ بَيْتِهَا - فَإِذَا مَرَّ كَلْبٌ رَمَتْ بَعْرَةً،
فَهَلَّا، أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا»
5706.
Dari Ummu Salamah Rodhiyallōhu ‘Anha, bahwa ada seorang wanita yang
ditinggal wafat suaminya lalu bengkak matanya (karena banyak menangis). Orang-orang
memberitahukan hal itu kepada Nabi ﷺ dan mereka meminta izin untuk
bercelak karena mengkhawatirkan matanya, lalu beliau bersabda: “Sungguh
salah seorang wanita (di masa Jahiliyah) berdiam di rumahnya dengan pakaiannya
yang paling jelek —atau: dengan mengenakan pakaian terjelek di rumah terjelek—.
Apabila ada anjing yang lewat, dia lempari dengan kotoran. Tunggulah sampai
empat bulan sepuluh hari.”[7]
19. Bab: Kusta
5707 –
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭬ،
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «لاَ عَدْوَى
وَلاَ طِيَرَةَ، وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ، وَفِرَّ مِنَ المَجْذُومِ كَمَا
تَفِرُّ مِنَ الأَسَدِ»
5707.
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallōhu ‘Anhu, dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak ada penyakit
menular, tidak ada kesialan, tidak ada hantu, tidak ada bulan Shofar yang sial,
dan larilah dari kusta seperti larimu dari singa.”[8]
20. Bab: Mann Mengobati Penyakit Mata
5708 –
عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدٍ ﭬ،
قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: «الكَمْأَةُ
مِنَ المَنِّ، وَمَاؤُهَا شِفَاءٌ لِلْعَيْنِ»
5708.
Dari Sa’id bin Zaid Rodhiyallōhu ‘Anhuma, ia berkata: Aku mendengar Nabi
ﷺ
bersabda: “Kam’ah termasuk mann (pemberian), dan airnya bisa digunakan untuk
mengobati mata.”[9]
21. Bab: Memasukkan Obat Lewat Mulut
5709 –
عَائِشَةَ ڤ: «أَنَّ أَبَا بَكْرٍ ﭬ قَبَّلَ النَّبِيَّ ﷺ وَهُوَ
مَيِّتٌ»
5709.
Dari ‘Aisyah Rodhiyallōhu ‘Anha, dia berkata: “Abu Bakar mencium Nabi ﷺ saat wafat.”
5712 - قَالَتْ عَائِشَةُ ڤ:
لَدَدْنَاهُ فِي مَرَضِهِ فَجَعَلَ يُشِيرُ إِلَيْنَا: «أَنْ لاَ تَلُدُّونِي»، فَقُلْنَا: كَرَاهِيَةُ المَرِيضِ
لِلدَّوَاءِ، فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ: «أَلَمْ
أَنْهَكُمْ أَنْ تَلُدُّونِي؟» قُلْنَا: كَرَاهِيَةَ المَرِيضِ
لِلدَّوَاءِ، فَقَالَ: «لاَ يَبْقَى فِي البَيْتِ
أَحَدٌ إِلَّا لُدَّ وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَّا العَبَّاسَ، فَإِنَّهُ لَمْ
يَشْهَدْكُمْ»
5712.
Dari ‘Aisyah Rodhiyallōhu ‘Anha, ia berkata: Kami memasukkan obat ke
mulut Rasulullah ﷺ
saat sakit dan beliau berisyarat kepada kami agar tidak melakukannya. Kami
berkata: “Kebencian orang sakit kepada obat.” Ketika beliau sudah baikan,
beliau berkata: “Bukankah aku sudah melarangmu memasukkan obat ke mulutku?”
Jawab kami: “Kukira penolakan itu karena kebiasaan orang sakit yang tidak suka
obat.” Beliau bersabda: “Tidak tersisa orang di rumah ini kecuali pernah dimasukkan
obat ke mulutnya dan aku melihatnya kecuali Al-Abbas, karena dia tidak bersama kalian.”
5713 - عَنْ أُمِّ قَيْسٍ ڤ،
قَالَتْ: دَخَلْتُ بِابْنٍ لِي عَلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، وَقَدْ أَعْلَقْتُ
عَلَيْهِ مِنَ العُذْرَةِ، فَقَالَ: «عَلَى مَا تَدْغَرْنَ أَوْلاَدَكُنَّ بِهَذَا العِلاَقِ؟
عَلَيْكُنَّ بِهَذَا العُودِ الهِنْدِيِّ، فَإِنَّ فِيهِ سَبْعَةَ أَشْفِيَةٍ،
مِنْهَا ذَاتُ الجَنْبِ: يُسْعَطُ مِنَ العُذْرَةِ، وَيُلَدُّ مِنْ ذَاتِ الجَنْبِ»
5713.
Dari Ummu Qois Rodhiyallōhu ‘Anha, dia berkata: Aku menemui Rasulullah ﷺ bersama anakku, dan pernah
kuobati penyakit amandelnya dengan memasukkan jari-jari ke mulutnya. Lalu
beliau bersabda: “Atas dasar apa kalian memaksa memasukkan jari-jari ke anak
kalian? Akan tetapi obatilah dengan kayu Hindia, karena ia mengandung tujuh
obat, di antaranya untuk mengobati radang selaput dada. Jika ditetaskan ke
hidung, mengobati penyakit amandel dan jika dimasukkan ke mulut, mengobati
penyakit radang selaput dada.”
22. Bab:
5714 –
عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ: أَنَّ عَائِشَةَ ڤ زَوْجَ النَّبِيِّ ﷺ قَالَتْ: «لَمَّا ثَقُلَ رَسُولُ
اللَّهِ ﷺ وَاشْتَدَّ وَجَعُهُ، اسْتَأْذَنَ أَزْوَاجَهُ فِي أَنْ يُمَرَّضَ فِي
بَيْتِي، فَأَذِنَّ لَهُ، فَخَرَجَ بَيْنَ رَجُلَيْنِ تَخُطُّ رِجْلاَهُ فِي
الأَرْضِ، بَيْنَ عَبَّاسٍ وَآخَرَ».
فَأَخْبَرْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ، قَالَ: هَلْ تَدْرِي مَنِ الرَّجُلُ الآخَرُ الَّذِي
لَمْ تُسَمِّ عَائِشَةُ؟ قُلْتُ: لاَ، قَالَ: هُوَ عَلِيٌّ، قَالَتْ عَائِشَةُ:
فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ بَعْدَ مَا دَخَلَ بَيْتَهَا، وَاشْتَدَّ بِهِ وَجَعُهُ: «هَرِيقُوا عَلَيَّ مِنْ سَبْعِ قِرَبٍ لَمْ تُحْلَلْ
أَوْكِيَتُهُنَّ، لَعَلِّي أَعْهَدُ إِلَى النَّاسِ». قَالَتْ:
فَأَجْلَسْنَاهُ فِي مِخْضَبٍ لِحَفْصَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ ﷺ، ثُمَّ طَفِقْنَا
نَصُبُّ عَلَيْهِ مِنْ تِلْكَ القِرَبِ، حَتَّى جَعَلَ يُشِيرُ إِلَيْنَا: «أَنْ قَدْ فَعَلْتُنَّ». قَالَتْ: وَخَرَجَ
إِلَى النَّاسِ، فَصَلَّى لَهُمْ وَخَطَبَهُمْ
5714.
Dari Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah bahwa ‘Aisyah Rodhiyallōhu ‘Anha
istri Nabi ﷺ
berkata: “Ketika sakit yang diderita Rasulullah ﷺ semakin parah, beliau meminta
izin istri-istrinya untuk dirawat di rumahku. Mereka pun menginzinkannya dan
dibopong oleh dua lelaki sambil kaki beliau tertatih menyeret tanah, salah
satunya Abbas dan lelaki lain.” Aku kabarkan cerita ini kepada Ibnu Abbas dan
ia berkata: “Apakah kamu tahu siapa nama lelaki yang tidak disebut namanya oleh
‘Aisyah?” Jawabku: “Tidak.” Katanya: “Dia adalah Ali.” ‘Aisyah melanjutkan:
“Setelah masuk rumah dan bertambah rasa sakitnya, beliau bersabda: ‘Tolong
guyurkan atasku tujuh geriba berisi air yang belum dibuka tali pengikatnya,
mudah-mudahan aku bisa menemui manusia untuk menyampaikan pesan.’ Lalu kami
dudukkan beliau di bejana milik Hafshoh istri Nabi ﷺ. Kami pelan-pelan mengguyurkan
air dari geriba tersebut atasnya hingga beliau berisyarat menyuruh kami
berhenti. Lalu beliau keluar menemui manusia, mengimami mereka dan berkhutbah
kepada mereka.
23. Bab: Sakit Amandel
5715 –
عَنْ أُمِّ قَيْسٍ بِنْتِ مِحْصَنٍ الأَسَدِيَّةَ، أَسَدَ خُزَيْمَةَ، وَكَانَتْ
مِنَ الْمُهَاجِرَاتِ الأُوَلِ اللَّاتِي بَايَعْنَ النَّبِيَّ ﷺ، وَهِيَ أُخْتُ
عُكَاشَةَ: أَنَّهَا أَتَتْ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ بِابْنٍ لَهَا قَدْ أَعْلَقَتْ
عَلَيْهِ مِنَ العُذْرَةِ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «عَلَى
مَا تَدْغَرْنَ أَوْلاَدَكُنَّ بِهَذَا الْعِلاَقِ؟ عَلَيْكُمْ بِهَذَا العُودِ
الهِنْدِيِّ، فَإِنَّ فِيهِ سَبْعَةَ أَشْفِيَةٍ، مِنْهَا ذَاتُ الجَنْبِ»
يُرِيدُ الكُسْتَ، وَهُوَ العُودُ الهِنْدِيُّ
5715.
Dari Ummu Qois binti Mihshon Al-Asadiyah —termasuk Muhajirin pertama yang
berbaiat kepada Nabi ﷺ
sekaligus saudari Ukkasyah—, dia mendatangi Rasulullah ﷺ membawa anaknya berpenyakit
amandel yang habis diobati dengan memasukkan jari-jari ke kerongkongannya.
Lantas Nabi ﷺ
bersabda: “Atas dasar apa kalian memaksa memasukkan jari-jari ini ke
anak-anak kalian? Gunakanlah kayu Hindia karena ia mengandung tujuh obat, di
antaranya adalah mengobati penyakit radang selaput dada.”
24. Bab: Obat Sakit Perut
5716 - عَنْ أَبِي سَعِيدٍ ﭬ،
قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: إِنَّ أَخِي اسْتَطْلَقَ
بَطْنُهُ، فَقَالَ: «اسْقِهِ عَسَلًا».
فَسَقَاهُ فَقَالَ: إِنِّي سَقَيْتُهُ فَلَمْ يَزِدْهُ إِلَّا اسْتِطْلاَقًا،
فَقَالَ: «صَدَقَ اللَّهُ وَكَذَبَ بَطْنُ
أَخِيكَ»
5716.
Dari Abu Said Al-Khudri Rodhiyallōhu ‘Anhu, dia berkata: Seseorang
datang mendatangi Nabi ﷺ
seraya berkata: “Saudaraku sakit perutnya.” Beliau bersabda: “Beri dia minum
madu.” Lalu diberinya ia madu lalu datang berkata lagi: “Aku sudah
memberinya minum madu tetapi justru penyakit semakin parah.” Beliau bersabda: “Allah
maha benar dan perut saudaramu bohong.”
25. Bab: Tidak Ada Penyakit yang Menyerang
Perut
5717 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭬ، قَالَ:
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: «لاَ عَدْوَى
وَلاَ صَفَرَ وَلاَ هَامَةَ». فَقَالَ أَعْرَابِيٌّ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ! فَمَا بَالُ إِبِلِي، تَكُونُ فِي الرَّمْلِ كَأَنَّهَا الظِّبَاءُ،
فَيَأْتِي البَعِيرُ الأَجْرَبُ فَيَدْخُلُ بَيْنَهَا فَيُجْرِبُهَا؟ فَقَالَ: «فَمَنْ أَعْدَى الأَوَّلَ؟»
5717.
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallōhu ‘Anhu, dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak ada penyakit
menular, tidak ada kesialan bulan Shofar, dan tidak ada hantu.” Ada Arab
Baduwi yang berkata: “Wahai Rasulullah! Bagaimana dengan untaku yang saat di
padang pasir bagaikan kijang liar (sehat) lalu setelah dikumpuli unta
berpenyakit ia pun jadi sakit?” Beliau bersabda: “Lalu siapa yang menularkan
penyakit pertama kali?”[10]
26. Bab: Radang Selaput Dada
5718 - عَنْ أُمِّ قَيْسٍ بِنْتِ مِحْصَنٍ ڤ،
وَكَانَتْ مِنَ الْمُهَاجِرَاتِ الأُوَلِ اللَّاتِي بَايَعْنَ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ،
وَهِيَ أُخْتُ عُكَّاشَةَ بْنِ مِحْصَنٍ: أَنَّهَا أَتَتْ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ
بِابْنٍ لَهَا قَدْ عَلَّقَتْ عَلَيْهِ مِنَ العُذْرَةِ، فَقَالَ: «اتَّقُوا اللَّهَ! عَلَى مَا تَدْغَرُونَ أَوْلاَدَكُمْ
بِهَذِهِ الأَعْلاَقِ؟ عَلَيْكُمْ بِهَذَا العُودِ الهِنْدِيِّ، فَإِنَّ فِيهِ
سَبْعَةَ أَشْفِيَةٍ، مِنْهَا ذَاتُ الجَنْبِ» يُرِيدُ الكُسْتَ،
يَعْنِي القُسْطَ
5718.
Dari Ummu Qois binti Mihshon Rodhiyallōhu ‘Anha —temasuk generasi
Muhajirin pertama yang berbaiat kepada Rasulullah ﷺ sekaligus saudara Ukkasyah bin
Mihshon— bahwa dia mendatangi Rasululah ﷺ membawa anaknya berpenyakit
amandel (tonsilitis) yang baru saja diobati dengan cara memasukkan
jari-jari ke kerongkongannya. Beliau bersabda: “Bertakwallah kepada Allah,
atas dasar apa kalian memasukkan jari-jari ini ke mulut anak-anak kalian? Akan
tetapi obatilah dengan kaya Hindia karena ia mengandung tujuh obat, di
antaranya adalah untuk mengobati sakit radang selaput dada (pleuritis).”[11]
5719 - عَنْ أَنَسٍ ﭬ:
«أَنَّ أَبَا طَلْحَةَ وَأَنَسَ بْنَ النَّضْرِ كَوَيَاهُ،
وَكَوَاهُ أَبُو طَلْحَةَ بِيَدِهِ»،
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ﭬ،
قَالَ: «أَذِنَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ لِأَهْلِ بَيْتٍ
مِنَ الأَنْصَارِ أَنْ يَرْقُوا مِنَ الحُمَةِ وَالأُذُنِ». قَالَ أَنَسٌ: «كُوِيتُ مِنْ ذَاتِ الجَنْبِ، وَرَسُولُ اللَّهِ ﷺ حَيٌّ،
وَشَهِدَنِي أَبُو طَلْحَةَ وَأَنَسُ بْنُ النَّضْرِ وَزَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ ،
وَأَبُو طَلْحَةَ كَوَانِي»
5719.
Dari Anas bin Malik Rodhiyallōhu ‘Anhu, bahwa Abu Tholhah dan Anas bin
An-Nadhor mengobatinya (Anas bin Malik) dengan kay, dan Abu Tholhah
mengobatinya dengan tangannya sendiri.” Anas berkata: “Rasulullah ﷺ menginzinkan salah satu keluarga
Anshor untuk meruqyah dari bisa binatang dan penyakit telinga.” Anas berkata:
“Aku pernah diobati dengan kay karena penyakit radang selaput dada saat
Rasulullah ﷺ
masih hidup, sementara Abu Tholhah, Anas bin An-Nadhor, dan Zaid bin Tsabit menyaksikannya,
dan yang mengobatiku adalah Abu Tholhah.”
27. Bab: Membakar Tikar (Penggunaan Debu)
Untuk Menyumbat Darah
5722 - عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ
السَّاعِدِيِّ ﭬ، قَالَ: «لَمَّا كُسِرَتْ عَلَى رَأْسِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ
البَيْضَةُ، وَأُدْمِيَ وَجْهُهُ، وَكُسِرَتْ رَبَاعِيَتُهُ، وَكَانَ عَلِيٌّ
يَخْتَلِفُ بِالْمَاءِ فِي المِجَنِّ، وَجَاءَتْ فَاطِمَةُ تَغْسِلُ عَنْ وَجْهِهِ
الدَّمَ، فَلَمَّا رَأَتْ فَاطِمَةُ عَلَيْهَا السَّلاَمُ الدَّمَ يَزِيدُ عَلَى
المَاءِ كَثْرَةً، عَمَدَتِ إِلَى حَصِيرٍ فَأَحْرَقَتْهَا، وَأَلْصَقَتْهَا عَلَى
جُرْحِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، فَرَقَأَ الدَّمُ»
5722.
Dari Sahal bin Sa’ad As-Saidi Rodhiyallōhu ‘Anhu, dia berkata: “Ketika topi
besi yang dipakai di kepala Rasulullah ﷺ patah, wajah beliau berdarah,
gigi seri beliau patah, sementara Ali mondar-mandir membawa dan mengambil air
di wadah dan Fathimah membersihkan darah dari wajah beliau, maka ketika
Fathimah melihat basuhan air tersebut justru menambah banyaknya darah, dia
mengambil seikat tikar lalu dibakar dan abunya dioleskan ke luka Rasulullah ﷺ. Seketika darah berhenti
mengalir.”
28. Bab: Demam Berasal dari Uap Jahannam
5723 - عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ ﭭ،
عَنِ النَّبِيِّ ﷺ، قَالَ: «الحُمَّى مِنْ فَيْحِ
جَهَنَّمَ، فَأَطْفِئُوهَا بِالْمَاءِ». قَالَ نَافِعٌ: وَكَانَ عَبْدُ
اللَّهِ يَقُولُ: «اكْشِفْ عَنَّا الرِّجْزَ»
5723.
Dari Nafi, dari Ibnu Umar, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: “Demam
berasal dari uap Jahannam, maka padamkanlah dengan air.” Nafi berkata: Ibnu
Ummar berkata: “Bebaskanlah penyakit ini dari kami (dengan menuangkan air).”
5724 - عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ
المُنْذِرِ، أَنَّ أَسْمَاءَ بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ ﭭ: كَانَتْ إِذَا أُتِيَتْ
بِالْمَرْأَةِ قَدْ حُمَّتْ تَدْعُو لَهَا، أَخَذَتِ المَاءَ، فَصَبَّتْهُ
بَيْنَهَا وَبَيْنَ جَيْبِهَا، قَالَتْ: «وَكَانَ
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَأْمُرُنَا أَنْ نَبْرُدَهَا بِالْمَاءِ»
5724.
Dari Fathimah binti Al-Mundzir bahwa Asma binti Abu Bakar apabila dibawa kepadanya
wanita demam maka ia akan mempercikkan air di keningnya dan berkata:
“Rasulullah ﷺ
menyuruh kami mendinginkannya dengan air.”
5725 - عَنْ عَائِشَةَ ڤ،
عَنِ النَّبِيِّ ﷺ، قَالَ: «الحُمَّى مِنْ فَيْحِ
جَهَنَّمَ، فَابْرُدُوهَا بِالْمَاءِ»
5725.
Dari ‘Aisyah Rodhiyallōhu ‘Anha, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: “Demam
berasal dari uap Jahannam, maka dinginkanlah dengan air.”
5726 –
عَنْ رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ ﭬ،
قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: «الحُمَّى
مِنْ فَوْحِ جَهَنَّمَ، فَابْرُدُوهَا بِالْمَاءِ»
5726.
Dari Rofi bin Khodij Rodhiyallōhu ‘Anhu, ia berkata: Aku mendengar Nabi ﷺ bersabda: “Demam berasal dari
uap Jahannam, dinginkanlah dengan air.”
29. Bab: Mengungsi dari Tempat yang Tidak
Cocok
5727 –
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍﭬ:
أَنَّ نَاسًا أَوْ رِجَالًا مِنْ عُكْلٍ وَعُرَيْنَةَ قَدِمُوا عَلَى رَسُولِ
اللَّهِ ﷺ وَتَكَلَّمُوا بِالإِسْلاَمِ، وَقَالُوا: يَا نَبِيَّ اللَّهِ! إِنَّا
كُنَّا أَهْلَ ضَرْعٍ، وَلَمْ نَكُنْ أَهْلَ رِيفٍ، وَاسْتَوْخَمُوا المَدِينَةَ،
فَأَمَرَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ بِذَوْدٍ وَبِرَاعٍ، وَأَمَرَهُمْ أَنْ
يَخْرُجُوا فِيهِ، فَيَشْرَبُوا مِنْ أَلْبَانِهَا وَأَبْوَالِهَا، فَانْطَلَقُوا
حَتَّى كَانُوا نَاحِيَةَ الحَرَّةِ، كَفَرُوا بَعْدَ إِسْلاَمِهِمْ، وَقَتَلُوا
رَاعِيَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ وَاسْتَاقُوا الذَّوْدَ، فَبَلَغَ النَّبِيَّ ﷺ، فَبَعَثَ
الطَّلَبَ فِي آثَارِهِمْ، وَأَمَرَ بِهِمْ فَسَمَرُوا أَعْيُنَهُمْ وَقَطَعُوا
أَيْدِيَهُمْ، وَتُرِكُوا فِي نَاحِيَةِ الحَرَّةِ، حَتَّى مَاتُوا عَلَى
حَالِهِمْ
5727.
Dari Anas bin Malik Rodhiyallōhu ‘Anhu, bahwa beberapa orang dari suku
‘Ukl dan ‘Uroinah mendatangi Rasulullah ﷺ dan menyatakan ke-Islamannya.
Mereka berkata: “Wahai Nabi Allah! Kami adalah para peternak dan bukan para
petani.” Mereka tertimpa demam karena cuaca Madinah lalu mereka diperintahkan
Rasulullah untuk menuju sekumpulan unta berserta penggembalaanya, dan mereka
diperintahkan keluar Madinah dan tinggal di sana minum susu dan air kencing
unta (sebagai obat). Ketika sampai di pinggiran gurun Madinah, mereka kafir setelah masuk Islam dan membunuh
penggembala Rasulullah ﷺ
dan mencuri unta-unta tersebut. Kabar itu sampai kepada Rasulullah ﷺ lalu beliau mengirim pasukan
untuk menangkap mereka. Akhirnya beliau memerintahkan agar mereka dicongkel
matanya dan dipotong tangannya dan dibiarkan di gurun pasir hingga mati dalam
kondisi seperti itu.
30. Bab: Tentang Thoun
5728 –
عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ ﭬ،
عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: «إِذَا
سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ
وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا»
5728.
Dari Usamah bin Zaid, dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda: “Jika
kalian mendengar wabah Tho’un di sebuah wilayah, jangan masuk kepadanya. Jika
ia mewabah sebuah wilayah yang kalian berada di dalamnya, maka jangan keluar
darinya.”
5729 - عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَبَّاسٍ ﭭ: أَنَّ عُمَرَ
بْنَ الخَطَّابِ ﭬ خَرَجَ إِلَى الشَّأْمِ، حَتَّى إِذَا كَانَ بِسَرْغَ لَقِيَهُ
أُمَرَاءُ الأَجْنَادِ أَبُوعُبَيْدَةَ بْنُ الجَرَّاحِ وَأَصْحَابُهُ،
فَأَخْبَرُوهُ أَنَّ الوَبَاءَ قَدْ وَقَعَ بِأَرْضِ الشَّأْمِ. قَالَ ابْنُ
عَبَّاسٍ: فَقَالَ عُمَرُ: ادْعُ لِي المُهَاجِرِينَ الأَوَّلِينَ، فَدَعَاهُمْ
فَاسْتَشَارَهُمْ، وَأَخْبَرَهُمْ أَنَّ الوَبَاءَ قَدْ وَقَعَ بِالشَّأْمِ،
فَاخْتَلَفُوا، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: قَدْ خَرَجْتَ لِأَمْرٍ، وَلاَ نَرَى أَنْ
تَرْجِعَ عَنْهُ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ: مَعَكَ بَقِيَّةُ النَّاسِ وَأَصْحَابُ
رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، وَلاَ نَرَى أَنْ تُقْدِمَهُمْ عَلَى هَذَا الوَبَاءِ،
فَقَالَ: ارْتَفِعُوا عَنِّي، ثُمَّ قَالَ: ادْعُوا لِي الأَنْصَارَ،
فَدَعَوْتُهُمْ فَاسْتَشَارَهُمْ، فَسَلَكُوا سَبِيلَ المُهَاجِرِينَ،
وَاخْتَلَفُوا كَاخْتِلاَفِهِمْ، فَقَالَ: ارْتَفِعُوا عَنِّي، ثُمَّ قَالَ: ادْعُ
لِي مَنْ كَانَ هَا هُنَا مِنْ مَشْيَخَةِ قُرَيْشٍ مِنْ مُهَاجِرَةِ الفَتْحِ،
فَدَعَوْتُهُمْ، فَلَمْ يَخْتَلِفْ مِنْهُمْ عَلَيْهِ رَجُلاَنِ، فَقَالُوا: نَرَى
أَنْ تَرْجِعَ بِالنَّاسِ وَلاَ تُقْدِمَهُمْ عَلَى هَذَا الوَبَاءِ، فَنَادَى
عُمَرُ فِي النَّاسِ: إِنِّي مُصَبِّحٌ عَلَى ظَهْرٍ فَأَصْبِحُوا عَلَيْهِ. قَالَ
أَبُوعُبَيْدَةَ بْنُ الجَرَّاحِ: أَفِرَارًا مِنْ قَدَرِ اللَّهِ؟ فَقَالَ
عُمَرُ: لَوْ غَيْرُكَ قَالَهَا يَا أَبَا عُبَيْدَةَ؟ نَعَمْ نَفِرُّ مِنْ قَدَرِ
اللَّهِ إِلَى قَدَرِ اللَّهِ، أَرَأَيْتَ لَوْ كَانَ لَكَ إِبِلٌ هَبَطَتْ
وَادِيًا لَهُ عُدْوَتَانِ، إِحْدَاهُمَا خَصِبَةٌ وَالأُخْرَى جَدْبَةٌ، أَلَيْسَ
إِنْ رَعَيْتَ الخَصْبَةَ رَعَيْتَهَا بِقَدَرِ اللَّهِ، وَإِنْ رَعَيْتَ
الجَدْبَةَ رَعَيْتَهَا بِقَدَرِ اللَّهِ؟ قَالَ: فَجَاءَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ
عَوْفٍ - وَكَانَ مُتَغَيِّبًا فِي بَعْضِ حَاجَتِهِ - فَقَالَ: إِنَّ عِنْدِي فِي
هَذَا عِلْمًا، سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: «إِذَا
سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَقْدَمُوا عَلَيْهِ، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ
وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ». قَالَ: فَحَمِدَ
اللَّهَ عُمَرُ ثُمَّ انْصَرَفَ
5729.
Dari Abdullah bin Abbas Rodhiyallōhu ‘Anhuma, bahwa Umar bin Khotob Rodhiyallōhu
‘Anhu keluar menuju Syam hingga ketika sampai di Sargho, ia ditemui oleh
beberapa pemimpin pasukan yaitu Abu Ubaidah bin Al-Jarroh dan teman-temannya
yang mengabarkan bahwa wabah telah menyerang Syam. Maka Umar berkata:
“Panggilkan kaum Muhajirin.” Lalu mereka dipanggil dan diajak musyawaroh
tentang wabah yang sudah menyerang Syam. Mereka bersilang pendapat, ada yang
berkata: “Anda keluar untuk suatu tujuan dan kami memandang Anda tidak perlu
mengurungkan niat kembali.” Yang lain berkata: “Anda membawa para Sahabat
senior dan sahabat-sahabat Rasulullah ﷺ, dan kami memandang Anda jangan
memasukkan mereka ke dalam wabah.” Umar berkata: “Silahkan kalian pergi.” Lalu
Umar berkata: “Panggillakan kaum Anshor.” Maka mereka dipanggil dan diajak
musyawaroh, dan pendapat mereka sama dengan Muhajirin, bersilang pendapat
seperti mereka. Umar berkata: “Silahkan kalian pergi.” Lalu Umar berkata:
“Panggilkan pemuka-pemuka Quroisy dari orang-orang yang berhijroh pada Fathu
Makkah.” Aku memanggil mereka dan mereka tidak ada yang berselisih kata satu
pun, mereka berkata: “Kami memandang Anda membawa rombongan balik dan tidak
memasukkan mereka ke dalam wabah.” Maka Umar mengumumkan: “Besok pagi saya akan
berkemas balik dan berkemaslah kalian.” Abu Ubaidah bin Al-Jarroh berkata:
“Apakah Anda hendak lari dari takdir Allah?” Umar berkata: “Andai yang
mengatakannya bukan kamu wahai Abu Ubaidah. Benar, kita lari dari takdir Allah
menuju takdir Allah yang lain. Bukankah jika kamu memiliki unta yang turun ke
sebuah lembah yang memiliki dua tanah, satunya subur dan satunya tandus, bukanlah
jika kamu menggembalakannya di tanah subur berarti kamu menggembalakannya
dengan takdir Allah, begitu juga di tanah tandus?” Tiba-tiba Abdurrahman bin
Auf datang, dan dia tidak hadir di awal karena ada keperluan, lalu ia berkata:
“Aku memiliki ilmu tentang masalah ini, aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Jika kalian
mendengar wabah menyerang di sebuah wilayah maka janganlah kalian memasukinya,
dan jika ia menyerang di wilayah yang kalian berada di sana maka janganlah
kalian keluar untuk kabur darinya.” Umar memuji Allah dan berpaling.
5730 - عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَامِرٍ - أَنَّ عُمَرَ خَرَجَ إِلَى الشَّأْمِ، فَلَمَّا كَانَ بِسَرْغَ بَلَغَهُ
أَنَّ الوَبَاءَ قَدْ وَقَعَ بِالشَّأْمِ - فَأَخْبَرَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ
عَوْفٍ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: «إِذَا
سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَقْدَمُوا عَلَيْهِ، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ
وَأَنْتُمْ بِهَا، فَلاَ تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ»
5730.
Dari Abdullah bin Amir bahwa Umar keluar menuju Syam, ketika sampai di Sargho,
sampai kepadanya kabar bahwa wabah Tho’un telah menimpa Syam lalu Abdurrahman
bin Auf mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Apabila kalian
mendengar wabah di sebuah wilayah maka kalian jangan memasukinya, dan jika
wabah itu menimpah wilayah yang kalian ada di sana, maka kalian jangan keluar
darinya melarikan diri.”
5731 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭬ،
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «لاَ يَدْخُلُ
المَدِينَةَ المَسِيحُ، وَلاَ الطَّاعُونُ»
5731.
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallōhu ‘Anhu, dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Dajjal tidak bisa
memasuki Madinah dan tidak pula Tho’un.”
5732 –
عَنْ حَفْصَةَ بِنْتِ سِيرِينَ، قَالَتْ: قَالَ لِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ ﭬ:
يَحْيَى بِمَ مَاتَ؟ قُلْتُ: مِنَ الطَّاعُونِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «الطَّاعُونُ شَهَادَةٌ لِكُلِّ مُسْلِمٍ»
5732.
Dari Hafshoh binti Sirin, dia berkata: Anas bin Malik berkata kepadaku: “Apakah
benar Yahya meninggal?” Jawabku: “Meninggal karena Tho’un.” Dia berkata: “Rasulullah
ﷺ
bersabda: ‘Tho’un adalah kematian syahid bagi setiap Muslim.”
5733 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭬ،
عَنِ النَّبِيِّ ﷺ، قَالَ: «المَبْطُونُ شَهِيدٌ،
وَالمَطْعُونُ شَهِيدٌ»
5733.
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallōhu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: “Orang mati
karena sakit perut adalah syahid, dan orang mati karena Tho’un juga syahid.”
31. Bab: Pahala Bagi yang Sabar Menjalani
Thoun
5734 - عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ ﷺ،
أَنَّهَا سَأَلَتْ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ عَنِ الطَّاعُونِ، فَأَخْبَرَهَا نَبِيُّ
اللَّهِ ﷺ: «أَنَّهُ كَانَ عَذَابًا يَبْعَثُهُ
اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ، فَجَعَلَهُ اللَّهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ،
فَلَيْسَ مِنْ عَبْدٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ، فَيَمْكُثُ فِي بَلَدِهِ صَابِرًا،
يَعْلَمُ أَنَّهُ لَنْ يُصِيبَهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ، إِلَّا كَانَ
لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيدِ»
5734.
Dari ‘Aisyah istri Nabi ﷺ, bahwa ia bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang Tho’un lalu Nabi ﷺ menjawab: “Dia adalah adzab
yang Allah kirim kepada siapa yang Dia kehendaki (dari orang-orang kafir), dan
menjadikannya rahmat bagi orang-orang beriman. Siapa saja dari hamba yang
terserang Tho’un lalu tetap tinggal di negerinya dengan sabar seraya meyakini
bahwa apa yang menimpanya sudah ditulis Allah untuknya, niscaya dia mendapatkan
seperti pahala orang mati syahid.”
32. Bab: Meruqyah dengan Al-Quran dan
Muawwidzat
5735 - عَنْ مَعْمَرٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ،
عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ ڤ: «أَنَّ النَّبِيَّ
ﷺ كَانَ يَنْفُثُ عَلَى نَفْسِهِ فِي المَرَضِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ
بِالْمُعَوِّذَاتِ، فَلَمَّا ثَقُلَ كُنْتُ أَنْفِثُ عَلَيْهِ بِهِنَّ، وَأَمْسَحُ
بِيَدِ نَفْسِهِ لِبَرَكَتِهَا». فَسَأَلْتُ الزُّهْرِيَّ: كَيْفَ يَنْفِثُ؟
قَالَ: «كَانَ يَنْفِثُ عَلَى يَدَيْهِ، ثُمَّ
يَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ»
5735.
Dari Ma’mar, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari ‘Aisyah Rodhiyallōhu ‘Anha,
“Nabi ﷺ
meniup (meruqyah) diri sendiri saat sakit yang mengantarkannya kepada kematian
dengan Muawwidzât. Ketika sakit beliau bertambah parah, aku yang meniupkan
untuknya dan mengusap menggunakan tangannya sendiri karena berbarokah.” Aku
(Ma’mar) bertanya kepada Az-Zuhri: “Bagaimana cara meniupnya?” Dia menjawab:
“Beliau meniupnya di kedua tangannya lalu mengusapkannya ke wajahnya.”[12]
33. Bab: Meruqyah dengan Al-Fatihah
5736 - عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ ﭬ
أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ ﷺ أَتَوْا عَلَى حَيٍّ مِنْ أَحْيَاءِ
العَرَبِ فَلَمْ يَقْرُوهُمْ، فَبَيْنَمَا هُمْ كَذَلِكَ، إِذْ لُدِغَ سَيِّدُ
أُولَئِكَ، فَقَالُوا: هَلْ مَعَكُمْ مِنْ دَوَاءٍ أَوْ رَاقٍ؟ فَقَالُوا:
إِنَّكُمْ لَمْ تَقْرُونَا، وَلاَ نَفْعَلُ حَتَّى تَجْعَلُوا لَنَا جُعْلًا،
فَجَعَلُوا لَهُمْ قَطِيعًا مِنَ الشَّاءِ، فَجَعَلَ يَقْرَأُ بِأُمِّ القُرْآنِ،
وَيَجْمَعُ بُزَاقَهُ وَيَتْفِلُ، فَبَرَأَ، فَأَتَوْا بِالشَّاءِ، فَقَالُوا: لاَ
نَأْخُذُهُ حَتَّى نَسْأَلَ النَّبِيَّ ﷺ، فَسَأَلُوهُ فَضَحِكَ وَقَالَ: «وَمَا أَدْرَاكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ؟ خُذُوهَا وَاضْرِبُوا
لِي بِسَهْمٍ»
5736.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri Rodhiyallōhu ‘Anhu, bahwa beberapa Sahabat Nabi
ﷺ
mendatangi sebuah perkampungan Arob tetapi mereka tidak mau menjamu tamu. Dalam
kondisi seperti itu, tiba-tiba kepala suku mereka tersengat kalajengking lalu
mereka berkata: “Apakah kalian membawa obat atau peruqyah?” Para Sahabat
menjawab: “Kalian tidak mau menjamu kami, dan kami tidak akan mengobati kecuali
kalian memberi kami upah.” Mereka berjanji memberikan beberapa kambing. Maka
salah seorang dari Sahabat (yakni Abu Sa’id) meruqyah dengan Ummul Qur’an
(Al-Fatihah), dengan meludahi bagian yang sakit tersebut, lalu ia pun sembuh. Mereka
memberi beberapa kambing, tetapi para Sahabat berkata: “Kita tidak akan
mengambilnya hingga bertanya kepada Nabi ﷺ.” Mereka bertanya kepada beliau
dan beliau tertawa dan bersabda: “Dari mana kalian tahu bahwa ia adalah
ruqyah? Ambil kambing-kambing itu dan beri aku bagiannya.”
34. Bab: Meruqyah dengan Syarat Beberapa
Kambing
5737 - عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ﭭ:
أَنَّ نَفَرًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ ﷺ مَرُّوا بِمَاءٍ، فِيهِمْ لَدِيغٌ أَوْ
سَلِيمٌ، فَعَرَضَ لَهُمْ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ المَاءِ، فَقَالَ: هَلْ فِيكُمْ مِنْ
رَاقٍ، إِنَّ فِي المَاءِ رَجُلًا لَدِيغًا أَوْ سَلِيمًا، فَانْطَلَقَ رَجُلٌ
مِنْهُمْ، فَقَرَأَ بِفَاتِحَةِ الكِتَابِ عَلَى شَاءٍ، فَبَرَأَ، فَجَاءَ
بِالشَّاءِ إِلَى أَصْحَابِهِ، فَكَرِهُوا ذَلِكَ وَقَالُوا: أَخَذْتَ عَلَى
كِتَابِ اللَّهِ أَجْرًا؟ حَتَّى قَدِمُوا المَدِينَةَ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ
اللَّهِ! أَخَذَ عَلَى كِتَابِ اللَّهِ أَجْرًا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «إِنَّ أَحَقَّ مَا أَخَذْتُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا كِتَابُ
اللَّهِ»
5737.
Dari Ibnu Abbas Rodhiyallōhu ‘Anhuma, bahwa beberapa Sahabat Nabi ﷺ melewati sebuah pemukiman yang
salah seorang dari mereka tersengat bisa atau sakit. Salah seorang dari
perkampungan itu menghadap dan berkata: “Apakah di antara kalian ada peruqyah?
Di perkampungan kami ada seseorang yang terkena sengatan bisa atau sakit.” Maka
seorang dari Sahabat pergi untuk meruqyahnya menggunakan surat Al-Fatihah lalu
sembuh. Akhirnya mereka mengupahi beberapa kambing kepada para Sahabat, tetapi
mereka tidak menyukainya dan berkata: “Apakah kamu mengambil upah dari
Kitabullah?” Ketika tiba di Madinah, mereka berkata: “Wahai Rasulullah! Dia
mengambil upah dari Kitabullah.” Beliau menjawab: “Upah yang paling berhak
kalian ambil adalah Kitabullah.”
35. Bab: Meruqyah Karena Ain[13]
5738 - عَنْ عَائِشَةَ ڤ، قَالَتْ: «أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ ﷺ أَوْ أَمَرَ أَنْ يُسْتَرْقَى
مِنَ العَيْنِ»
5738.
Dari ‘Aisyah Rodhiyallōhu ‘Anha, dia berkata: “Rasulullah ﷺ menyuruhku atau menyuruh
mencarikan peruqyah untuk orang yang terkena penyakit Ain.”[14]
5739 - عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ ڤ: أَنَّ
النَّبِيَّ ﷺ رَأَى فِي بَيْتِهَا جَارِيَةً فِي وَجْهِهَا سَفْعَةٌ، فَقَالَ: «اسْتَرْقُوا لَهَا، فَإِنَّ بِهَا النَّظْرَةَ»
5739.
Dari Ummu Salamah Rodhiyallōhu ‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ melihat seorang budak wanita di
rumahnya berwajah hitam kekuningan (pucat) lalu bersabda: “Carikan peruqyah untuknya,
karena dia tekena Ain.”
36. Bab: Ain Benar Adanya
5740 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭬ، عَنِ
النَّبِيِّ ﷺ، قَالَ: «العَيْنُ حَقٌّ»
وَنَهَى عَنِ الوَشْمِ
5740.
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallōhu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: “Ain benar
adanya,” dan beliau melarang tato.
37. Bab: Meruqyah Karena Gigitan Ular dan
Kalajengking
5741 - عَنِ الأَسْوَدِ، قَالَ: سَأَلْتُ
عَائِشَةَ، عَنِ الرُّقْيَةِ مِنَ الحُمَةِ، فَقَالَتْ: «رَخَّصَ
النَّبِيُّ ﷺ الرُّقْيَةَ مِنْ كُلِّ ذِي حُمَةٍ»
5741.
Dari Al-Aswad, dia berkata: Aku bertanya ‘Aisyah tentang meruqyah karena
sengatan berbisa lalu ia berkata: “Nabi ﷺ mengizinkan meruqyah dari semua
binatang berbisa.”
38. Bab: Ruqyah Nabi ﷺ
5742 - عَنْ عَبْدِ العَزِيزِ، قَالَ:
دَخَلْتُ أَنَا وَثَابِتٌ عَلَى أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، فَقَالَ ثَابِتٌ: يَا أَبَا
حَمْزَةَ! اشْتَكَيْتُ، فَقَالَ أَنَسٌ: أَلاَ أَرْقِيكَ بِرُقْيَةِ رَسُولِ
اللَّهِ ﷺ؟ قَالَ: بَلَى، قَالَ: «اللَّهُمَّ
رَبَّ النَّاسِ، مُذْهِبَ البَاسِ، اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي، لاَ شَافِيَ إِلَّا
أَنْتَ، شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا»
5742.
Dari Abdul Aziz, dia berkata: Aku dan Tsabit Al-Bunani menemui Anas bin Malik
lalu Tsabit berkata: “Wahai Abu Hamzah (Anas)! Aku sedang sakit.” Anas berkata:
“Maukah kamu kuruqyah dengan ruqyah Rasulullah ﷺ?” Jawabnya: “Mau.” Dia membaca: “Wahai
Robb manusia, penghilang penyakit, sembuhkanlah, Engkau Maha Penyembuh, tidak
ada penyembah kecuali Engkau, kesembuhan tanpa meninggalkan penyakit lain (efek
samping).”
5743 - عَنْ عَائِشَةَ ڤ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ
كَانَ يُعَوِّذُ بَعْضَ أَهْلِهِ، يَمْسَحُ بِيَدِهِ اليُمْنَى وَيَقُولُ: «اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ البَاسَ، اشْفِهِ
وَأَنْتَ الشَّافِي، لاَ شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ
سَقَمًا»
5743.
Dari ‘Aisyah Rodhiyallōhu ‘Anha, bahwa Nabi ﷺ biasa menjenguk keluarganya
(yang sakit) sambil mengusap dengan tangan kanannya dan berdoa: “Wahai Robb
manusia, hilangkanlah penyakit ini, sembuhkanlah dia, dan Engkau Maha
Penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan tanpa
meninggalkan penyakit lain (efek samping).”
5744 - عَنْ عَائِشَةَ ڤ،
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ كَانَ يَرْقِي يَقُولُ: «امْسَحِ
البَاسَ رَبَّ النَّاسِ، بِيَدِكَ الشِّفَاءُ، لاَ كَاشِفَ لَهُ إِلَّا أَنْتَ»
5744.
Dari ‘Aisyah Rodhiyallōhu ‘Anha, bahwa Rasulullah ﷺ biasa meruqyah dengan membaca: “Hilangkanlah
penyakit ini wahai Robb manusia, hanya di Tangan-Mu kesembuhan, tidak ada yang
menyembuhkannya kecuali Engkau.”
5745 - عَنْ عَائِشَةَ ڤ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ
كَانَ يَقُولُ لِلْمَرِيضِ: «بِسْمِ اللَّهِ،
تُرْبَةُ أَرْضِنَا، بِرِيقَةِ بَعْضِنَا، يُشْفَى سَقِيمُنَا، بِإِذْنِ رَبِّنَا»
5745.
Dari ‘Aisyah Rodhiyallōhu ‘Anha, bahwa Nabi ﷺ biasa meruqyah orang sakit: “Dengan
nama Allah, (ini) debu tanah kami, dengan air liur sebagian kami, akan sembuh
orang yang sakit dari kami, dengan seizin Robb kami.”[15]
5746 - عَنْ عَائِشَةَ ڤ،
قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يَقُولُ فِي الرُّقْيَةِ: «تُرْبَةُ أَرْضِنَا، وَرِيقَةُ بَعْضِنَا، يُشْفَى سَقِيمُنَا، بِإِذْنِ
رَبِّنَا»
5746.
Dari ‘Aisyah Rodhiyallōhu ‘Anha, dia berkata: Nabi biasa membaca ruqyah:
“(Ini) debu tanah kami dan air liur sebagian dari kami, akan sembuh orang
yang sakit dari kami, dengan seizin Robb kami.”[16]
39. Bab: Meniup dalam Meruqyah
5747 - عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ
أَبَا قَتَادَةَ يَقُولُ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: «الرُّؤْيَا مِنَ اللَّهِ، وَالحُلْمُ مِنَ الشَّيْطَانِ،
فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَنْفِثْ حِينَ يَسْتَيْقِظُ
ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، وَيَتَعَوَّذْ مِنْ شَرِّهَا، فَإِنَّهَا لاَ تَضُرُّهُ».
وَقَالَ أَبُو سَلَمَةَ: وَإِنْ كُنْتُ لَأَرَى الرُّؤْيَا أَثْقَلَ عَلَيَّ مِنَ
الجَبَلِ، فَمَا هُوَ إِلَّا أَنْ سَمِعْتُ هَذَا الحَدِيثَ فَمَا أُبَالِيهَا
5747.
Dari Abu Salamah, dia berkata: Aku mendengar Abu Qotadah berkata: Aku mendengar
Nabi ﷺ
bersabda: “Mimpi baik dari Allah dan mimpi buruk dari setan. Apabila seorang
dari kalian bermimpi buruk, meludahlah tiga kali saat terbangun, dan berlindung
dari keburukannya, karena hal itu tidak membahayakannya.” Abu Salamah
berkata: “Sungguh aku benar-benar bermimpi buruk yang lebih berat bagiku
daripada gunung, tetapi setelah mendengar hadits ini, aku tidak peduli lagi.”[17]
5748 - عَنْ يُونُسَ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ
عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَائِشَةَ ڤ، قَالَتْ: «كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ، نَفَثَ فِي كَفَّيْهِ بِقُلْ هُوَ
اللَّهُ أَحَدٌ وَبِالْمُعَوِّذَتَيْنِ جَمِيعًا، ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ،
وَمَا بَلَغَتْ يَدَاهُ مِنْ جَسَدِهِ». قَالَتْ عَائِشَةُ: «فَلَمَّا اشْتَكَى كَانَ يَأْمُرُنِي أَنْ أَفْعَلَ ذَلِكَ
بِهِ». قَالَ يُونُسُ: كُنْتُ أَرَى ابْنَ شِهَابٍ يَصْنَعُ ذَلِكَ إِذَا
أَتَى إِلَى فِرَاشِهِ
5748.
Dari Yunus, dari Ibnu Syihab, dari Urwah bin Az-Zubair, ‘Aisyah Rodhiyallōhu
‘Anha, dia berkata: “Apabila Rasulullah ﷺ rebahan di ranjangnya (hendak tidur), beliau
meniup kedua tangannya dengan Al-Ikhlas dan Muawwidzatain, kemudian digunakan
untuk mengusap wajahnya dan bagian tubuh yang terjangkau oleh kedua tangannya.
Ketika sakit, beliau menyuruhku melalukan itu.” Yunus berkata: Aku melihat Ibnu
Syihab melakukan itu, jika rebahan di ranjangnya.[18]
5749 - عَنْ أَبِي سَعِيدٍ ﭬ:
أَنَّ رَهْطًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ انْطَلَقُوا فِي سَفْرَةٍ
سَافَرُوهَا، حَتَّى نَزَلُوا بِحَيٍّ مِنْ أَحْيَاءِ العَرَبِ، فَاسْتَضَافُوهُمْ
فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمْ، فَلُدِغَ سَيِّدُ ذَلِكَ الحَيِّ، فَسَعَوْا لَهُ
بِكُلِّ شَيْءٍ لاَ يَنْفَعُهُ شَيْءٌ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: لَوْ أَتَيْتُمْ
هَؤُلاَءِ الرَّهْطَ الَّذِينَ قَدْ نَزَلُوا بِكُمْ، لَعَلَّهُ أَنْ يَكُونَ
عِنْدَ بَعْضِهِمْ شَيْءٌ، فَأَتَوْهُمْ فَقَالُوا: يَا أَيُّهَا الرَّهْطُ، إِنَّ
سَيِّدَنَا لُدِغَ، فَسَعَيْنَا لَهُ بِكُلِّ شَيْءٍ لاَ يَنْفَعُهُ شَيْءٌ،
فَهَلْ عِنْدَ أَحَدٍ مِنْكُمْ شَيْءٌ؟ فَقَالَ بَعْضُهُمْ: نَعَمْ، وَاللَّهِ
إِنِّي لَرَاقٍ، وَلَكِنْ وَاللَّهِ لَقَدِ اسْتَضَفْنَاكُمْ فَلَمْ
تُضَيِّفُونَا، فَمَا أَنَا بِرَاقٍ لَكُمْ حَتَّى تَجْعَلُوا لَنَا جُعْلًا، فَصَالَحُوهُمْ
عَلَى قَطِيعٍ مِنَ الغَنَمِ، فَانْطَلَقَ فَجَعَلَ يَتْفُلُ وَيَقْرَأُ: الحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِينَ حَتَّى لَكَأَنَّمَا نُشِطَ مِنْ عِقَالٍ، فَانْطَلَقَ
يَمْشِي مَا بِهِ قَلَبَةٌ، قَالَ: فَأَوْفَوْهُمْ جُعْلَهُمُ الَّذِي
صَالَحُوهُمْ عَلَيْهِ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: اقْسِمُوا، فَقَالَ الَّذِي رَقَى:
لاَ تَفْعَلُوا حَتَّى نَأْتِيَ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ فَنَذْكُرَ لَهُ الَّذِي كَانَ،
فَنَنْظُرَ مَا يَأْمُرُنَا، فَقَدِمُوا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَذَكَرُوا لَهُ،
فَقَالَ: «وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ؟
أَصَبْتُمْ، اقْسِمُوا وَاضْرِبُوا لِي مَعَكُمْ بِسَهْمٍ»
5749.
Dari Abu Said Al-Khudri Rodhiyallōhu ‘Anhu, bahwa sekelompk Sahabat
Rasulullah ﷺ
melakukan safar hingga singgah di sebuah perkampungan Arob. Mereka meminta
dijamu tetapi ditolak dijamu. Ketua suku perkampungan tersebut tersengat
binatang berbisa sehingga orang-orang melakukan segala cara untuk
menyembuhkannya tetapi tidak ada yang mujarab. Di antara mereka ada yang
berkata: “Bagaimana jika kita mendatangi rombongan yang singgah di kampung
kita, mudah-mudahan mereka memiliki sesuatu.” Mereka pun mendatangi mereka dan
berkata: “Wahai rombongan, kepala suku kami tersengat binatang berbisa, dan
kami telah melakukan segala cara tetapi tidak ada yang mujarab, apakah kalian
memiliki sesuatu untuk mengobatinya?” Ada yang menjawab: “Benar, demi Allah aku
adalah peruqyah, tetapi demi Allah saat kami minta dijamu, kalian tidak menjamu
kami, maka aku tidak akan meruqyah untuk kalian kecuali kalian memberi kami
upah.” Akhirnya mereka sepakat berupa beberapa kambing. Maka dia (Abu Sa’id)
pun pergi (untuk meruqyahnya) dengan meludahi (bagian sengatan) dengan bacaan
Al-Fatihah. Kepala suku itu seolah-olah terlepas dari ikatan dan bisa kembali
berjalan seperti tidak pernah sakit. Dia berkata: “Beri mereka upah yang tadi
kalian sepakati bersama mereka.” Ada yang berkata: “Ayo kita bagi-bagi.”
Sahabat yang meruqyah berkata: “Jangan lakukan sampai kita mendatangi
Rasulullah ﷺ
dan menceritakan ini. Kita akan melihat apa yang beliau perintahkan kepada
kita.” Mereka pun mendatangi Nabi ﷺ dan menceritakan kisah itu, lalu
beliau bersabda: “Dari mana kamu bahwa ia adalah ruqyah? Kalian benar, bagilah
upah itu dan sertakan aku dalam bagian itu bersama kalian.”[19]
40. Bab: Peruqyah Mengusap Bagian yang Sakit
dengan Tangan Kanannya
5750 - عَنْ عَائِشَةَ ڤ، قَالَتْ: كَانَ
النَّبِيُّ ﷺ يُعَوِّذُ بَعْضَهُمْ، يَمْسَحُهُ بِيَمِينِهِ: «أَذْهِبِ البَاسَ رَبَّ النَّاسِ، وَاشْفِ أَنْتَ
الشَّافِي، لاَ شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا»
5750.
Dari ‘Aisyah Rodhiyallōhu ‘Anha, dia berkata: Nabi ﷺ meruqyah orang-orang sambil
mengusapnya dengan tangan kanannya: “Hilangkanlah penyakit ini wahai Robb
manusia, dan sembuhkanlah, Engkau Maha Penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali
kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain (efek
samping).”
41. Bab: Wanita Meruqyah Lelaki
5751 –
عَنْ مَعْمَرٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ ڤ: «أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ
كَانَ يَنْفِثُ عَلَى نَفْسِهِ فِي مَرَضِهِ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ
بِالْمُعَوِّذَاتِ، فَلَمَّا ثَقُلَ كُنْتُ أَنَا أَنْفِثُ عَلَيْهِ بِهِنَّ،
فَأَمْسَحُ بِيَدِ نَفْسِهِ لِبَرَكَتِهَا». فَسَأَلْتُ ابْنَ شِهَابٍ: كَيْفَ
كَانَ يَنْفِثُ؟ قَالَ: «يَنْفِثُ عَلَى يَدَيْهِ
ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ»
5751.
Dari Ma’mar, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari ‘Aisyah Rodhiyallōhu ‘Anha,
bahwa Nabi ﷺ
meniuap (meruqyah) dirinya saat sakit yang mengantarkannya kepada kematian
dengan Muawwidzat (tiga qul). Ketika sakitnya bertambah berat, aku yang
membantu meniupnya dan mengusap dengan tangan kanannya sendiri karena
berbarokah.” Ma’mar berkata: Aku bertanya kepada Ibnu Syihab (Az-Zuhri):
“Bagaimana cara meniup?” Jawabnya: “Meniuap pada kedua tangannya lalu diusapkan
ke wajah.”
42. Bab: Tanpa Meruqyah
5752 - عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ﭭ، قَالَ: خَرَجَ
عَلَيْنَا النَّبِيُّ ﷺ يَوْمًا فَقَالَ: عُرِضَتْ عَلَيَّ الأُمَمُ، فَجَعَلَ
يَمُرُّ النَّبِيُّ مَعَهُ الرَّجُلُ، وَالنَّبِيُّ مَعَهُ الرَّجُلاَنِ،
وَالنَّبِيُّ مَعَهُ الرَّهْطُ، وَالنَّبِيُّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ، وَرَأَيْتُ
سَوَادًا كَثِيرًا سَدَّ الأُفُقَ، فَرَجَوْتُ أَنْ تَكُونَ أُمَّتِي، فَقِيلَ:
هَذَا مُوسَى وَقَوْمُهُ، ثُمَّ قِيلَ لِي: انْظُرْ، فَرَأَيْتُ سَوَادًا كَثِيرًا
سَدَّ الأُفُقَ، فَقِيلَ لِي: انْظُرْ هَكَذَا وَهَكَذَا، فَرَأَيْتُ سَوَادًا
كَثِيرًا سَدَّ الأُفُقَ، فَقِيلَ: هَؤُلاَءِ أُمَّتُكَ، وَمَعَ هَؤُلاَءِ
سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ فَتَفَرَّقَ النَّاسُ وَلَمْ
يُبَيَّنْ لَهُمْ، فَتَذَاكَرَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ ﷺ فَقَالُوا: أَمَّا نَحْنُ
فَوُلِدْنَا فِي الشِّرْكِ، وَلَكِنَّا آمَنَّا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَلَكِنْ
هَؤُلاَءِ هُمْ أَبْنَاؤُنَا، فَبَلَغَ النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَ: «هُمُ الَّذِينَ لاَ يَتَطَيَّرُونَ، وَلاَ يَسْتَرْقُونَ،
وَلاَ يَكْتَوُونَ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ». فَقَامَ
عُكَّاشَةُ بْنُ مِحْصَنٍ فَقَالَ: أَمِنْهُمْ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «نَعَمْ». فَقَامَ آخَرُ فَقَالَ: أَمِنْهُمْ
أَنَا؟ فَقَالَ: «سَبَقَكَ بِهَا عُكَاشَةُ»
5752.
Dari Ibnu Abbas Rodhiyallōhu ‘Anhuma, dia berkata: Pada suatu hari Nabi ﷺ menemui kami lalu bersabda: “Umat-umat
diperlihatkan kepadaku. Tiba-tiba ada seorang Nabi bersama seorang pengikut,
seorang Nabi bersama dua pengikut, seorang Nabi bersama beberapa pengikut, dan
ada Nabi tanpa pengikut satu pun. Aku melihat rombongan manusia banyak sekali
hingga menutupi ufuk, dan aku berharap mereka adalah umatku. Lalu dikatakan
kepadaku: ‘Itu Musa dan umatnya.’ Kemudian dikatakan kepadaku: ‘Lihatlah ke
sana.’ Aku melihat manusia yang banyak sekali hingga menutupi ufuk. Lalu
dikatakan kepadaku: ‘Lihatlah ini dan itu juga.’ Aku melihat lagi rombongan
manusia sangat banyak hingga menutupi ufuk. Lalu dikatakan kepadaku: ‘Mereka
ini adalah umatmu beserta 70.000 orang yang akan masuk Surga tanpa hisab.’”
Manusia berbeda pendapat siapakah mereka dan beliau belum menjelaskannya kepada
mereka. Maka Sahabat-Sahabat Nabi ﷺ berkata: “Adapun kita maka kita
dilahirkan dalam kesyirikan, akan tetapi kita beriman kepada Allah dan Rosul-Nya,
mungkin mereka adalah anak-anak kita.” Hal itu sampai kepada Nabi ﷺ lalu beliau bersabda: “Mereka
adalah orang-orang yang tidak menyakini adanya kesialan, tidak minta diruqyah,
tidak melakukan pengobatan kay, dan hanya bertawakal kepada Allah.” Lalu
Ukkasyah bin Mihshon berdiri seraya berkata: “Apakah aku termasuk mereka wahai
Rasulullah?” Jawab beliau: “Benar.” Lalu lelaki lain berdiri seraya
berkata: “Apakah aku juga termasuk mereka?” Jawab beliau: “Kamu telah
didahului Ukkasyah.”
43. Bab: Thiyaroh (Anggapan Sial dengan
Burung)
5753 - عَنِ ابْنِ عُمَرَ ﭭ: أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ ﷺ قَالَ: «لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ، وَالشُّؤْمُ فِي ثَلاَثٍ: فِي
المَرْأَةِ، وَالدَّارِ، وَالدَّابَّةِ»
5753.
Dari Ibnu Umar Rodhiyallōhu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak ada penyakit
menular (tanpa kehendak Allah), tidak ada kesialan dengan burung, dan kesialan
ada pada tiga hal: wanita, rumah, dan kendaraan.”[20]
5754 –
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭬ،
قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: «لاَ
طِيَرَةَ، وَخَيْرُهَا الفَأْلُ». قَالُوا: وَمَا الفَأْلُ؟ قَالَ: «الكَلِمَةُ الصَّالِحَةُ يَسْمَعُهَا أَحَدُكُمْ»
5754.
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallōhu ‘Anhu, dia berkata: Aku mendengar
Rasulullah ﷺ
bersabda: “Tidak ada anggapan kesialan, dan anggapan terbaik adalah optimis
(berbaik sangka).” Orang-orang bertanya: “Apa itu optimis?” Jawab beliau: “Kalimat
baik yang didengar oleh seorang dari kalian.”[21]
44. Bab: Optimis
5755 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭬ، قَالَ:
قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «لاَ طِيَرَةَ، وَخَيْرُهَا
الفَأْلُ». قَالَ: وَمَا الفَأْلُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «الكَلِمَةُ الصَّالِحَةُ يَسْمَعُهَا أَحَدُكُمْ»
5755.
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallōhu ‘Anhu, dia berkata: Nabi ﷺ bersabda: “Tidak ada anggapan
kesialan, dan anggapan terbaik adalah optimis.” Ada yang bertanya: “Apa itu
optimis wahai Rasulullah?” Jawab beliau: “Kalimat baik yang didengar oleh
salah seorang dari kalian.”
5756 - عَنْ أَنَسٍ ﭬ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ،
قَالَ: «لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ، وَيُعْجِبُنِي الفَأْلُ الصَّالِحُ:
الكَلِمَةُ الحَسَنَةُ»
5756.
Dari Anas Rodhiyallōhu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ, dia bersabda: “Tidak ada
penyakit menular (tanpa kehendak Allah), tidak ada anggapan kesialan, dan aku
sangat suka optimis yang baik yaitu kalimat yang baik.”
45. Bab: Tidak Ada Hantu
5757 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭬ، عَنِ
النَّبِيِّ ﷺ، قَالَ: «لاَ عَدْوَى وَلاَ
طِيَرَةَ، وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ»
5757.
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallōhu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: “Tidak ada
penyakit menular (tanpa kehendak Allah), tidak ada kesialan, tidak ada hantu,
dan tidak ada bulan Shofar yang sial.”[22]
46. Bab: Perdukunan
5758 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭬ،
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَضَى فِي امْرَأَتَيْنِ مِنْ هُذَيْلٍ اقْتَتَلَتَا،
فَرَمَتْ إِحْدَاهُمَا الأُخْرَى بِحَجَرٍ، فَأَصَابَ بَطْنَهَا وَهِيَ حَامِلٌ،
فَقَتَلَتْ وَلَدَهَا الَّذِي فِي بَطْنِهَا، فَاخْتَصَمُوا إِلَى النَّبِيِّ ﷺ،
فَقَضَى: أَنَّ دِيَةَ مَا فِي بَطْنِهَا غُرَّةٌ عَبْدٌ أَوْ أَمَةٌ، فَقَالَ
وَلِيُّ المَرْأَةِ الَّتِي غَرِمَتْ: كَيْفَ أَغْرَمُ، يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ
لاَ شَرِبَ وَلاَ أَكَلَ، وَلاَ نَطَقَ وَلاَ اسْتَهَلَّ، فَمِثْلُ ذَلِكَ
يُطَلُّ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «إِنَّمَا هَذَا
مِنْ إِخْوَانِ الكُهَّانِ»
5758.
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallōhu ‘Anhu, Rasulullah ﷺ mengadili dua wanita dari suku
Hudzail yang saling berkelahi. Salah satu dari keduanya melemparinya dengan batu
dan mengenai perutnya yang sedang hamil, yang menyebabkan janin yang di
perutnya mati. Lalu orang-orang mengadukan perkara itu kepada Nabi ﷺ dan beliau memutuskan bahwa diyat (ganti rugi)
untuk janin yang di perutnya berupa satu budak lelaki atau perempuan. Lalu wali
si wanita yang berkewajiban membayar diyat itu berkata: “Bagaimana bisa
aku menanggung diyat janin yang belum minum, makan, berbicara, dan
berteriyak? Semestinya diyatnya dibebaskan.” Nabi ﷺ bersabda: “Orang ini termasuk
saudara dukun.”[23]
5759 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭬ
أَنَّ امْرَأَتَيْنِ رَمَتْ إِحْدَاهُمَا الْأُخْرَى بِحَجَرٍ، فَطَرَحَتْ
جَنِينَهَا، فَقَضَى فِيهِ النَّبِيُّ ﷺ بِغُرَّةٍ عَبْدٍ أَوْ وَلِيدَةٍ
5759.
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallōhu ‘Anhu, bahwa ada dua wanita yang salah
satu dari keduanya melemparinya dengan batu hingga mengenai janinnya. Lalu Nabi
ﷺ
memutuskan menggantinya dengan membayar satu budak lelaki atau budak perempuan.
5760 - عَنْ سَعِيدِ بْنِ
المُسَيِّبِ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَضَى فِي الجَنِينِ يُقْتَلُ فِي بَطْنِ
أُمِّهِ بِغُرَّةٍ عَبْدٍ أَوْ وَلِيدَةٍ، فَقَالَ الَّذِي قُضِيَ عَلَيْهِ:
كَيْفَ أَغْرَمُ مَا لاَ أَكَلَ وَلاَ شَرِبَ، وَلاَ نَطَقَ وَلاَ اسْتَهَلَّ،
وَمِثْلُ ذَلِكَ يُطَلُّ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «إِنَّمَا
هَذَا مِنْ إِخْوَانِ الكُهَّانِ»
5760.
Dari Sa’id bin Al-Musayyib, bahwa Rasulullah ﷺ memutuskan janin yang dibunuh di
perut ibunya berupa satu budak lelaki atau budak perempuan lalu wali pelaku
tersebut berkata: “Bagaimana bisa aku harus menanggung diyat untuk janin
yang tidak makan, minum, berbicara, dan berteriak? Semestinya diyatnya
dibebaskan.” Lalu Rasulullah ﷺ bersabda: “Orang ini termasuk saudara dukun.”
5761 - عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ، قَالَ: «نَهَى النَّبِيُّ ﷺ عَنْ
ثَمَنِ الكَلْبِ، وَمَهْرِ البَغِيِّ، وَحُلْوَانِ الكَاهِنِ»
5761.
Dari Abu Mas’ud Rodhiyallōhu ‘Anhu, dia berkata: “Nabi ﷺ melarang harga anjing, upah
pezina, dan upah dukun.”[24]
5762 - عَنْ عَائِشَةَ ڤ، قَالَتْ:
سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ نَاسٌ عَنِ الكُهَّانِ، فَقَالَ: «لَيْسَ بِشَيْءٍ». فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ!
إِنَّهُمْ يُحَدِّثُونَا أَحْيَانًا بِشَيْءٍ فَيَكُونُ حَقًّا، فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ ﷺ: «تِلْكَ الكَلِمَةُ مِنَ الحَقِّ،
يَخْطَفُهَا مِنَ الجِنِّيِّ، فَيَقُرُّهَا فِي أُذُنِ وَلِيِّهِ، فَيَخْلِطُونَ
مَعَهَا مِائَةَ كَذْبَةٍ»
5762.
Dari ‘Aisyah Rodhiyallōhu ‘Anha, dia berkata: Ada seseorang yang
bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang dukun lalu dijawab: “Tidak benar sama sekali.” Orang-orang berkata: “Wahai Rasulullah!
Kadang mereka menyampaikan kabar yang benar terjadi.” Rasulullah ﷺ bersabda: “Kabar yang
disampaikannya itu memang dari kebenaran (wahyu langit) yang didapatkannya dari
jin. Lalu oleh jin itu, informasi itu disampaikan ke telinga temannya (para
dukun), lalu para dukun mencampurinya seratus kebohongan.”
47. Bab: Sihir
5763 - عَنْ عَائِشَةَ ڤ، قَالَتْ: سَحَرَ
رَسُولَ اللَّهِ ﷺ رَجُلٌ مِنْ بَنِي زُرَيْقٍ، يُقَالُ لَهُ لَبِيدُ بْنُ
الأَعْصَمِ، حَتَّى كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهُ كَانَ
يَفْعَلُ الشَّيْءَ وَمَا فَعَلَهُ، حَتَّى إِذَا كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ أَوْ ذَاتَ
لَيْلَةٍ وَهُوَ عِنْدِي، لَكِنَّهُ دَعَا وَدَعَا، ثُمَّ قَالَ: «يَا عَائِشَةُ!
أَشَعَرْتِ أَنَّ اللَّهَ أَفْتَانِي فِيمَا اسْتَفْتَيْتُهُ فِيهِ؟ أَتَانِي
رَجُلاَنِ، فَقَعَدَ أَحَدُهُمَا عِنْدَ رَأْسِي، وَالآخَرُ عِنْدَ رِجْلَيَّ،
فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: مَا وَجَعُ الرَّجُلِ؟ فَقَالَ: مَطْبُوبٌ،
قَالَ: مَنْ طَبَّهُ؟ قَالَ: لَبِيدُ بْنُ الأَعْصَمِ، قَالَ: فِي أَيِّ شَيْءٍ؟
قَالَ: فِي مُشْطٍ وَمُشَاطَةٍ، وَجُفِّ طَلْعِ نَخْلَةٍ ذَكَرٍ، قَالَ: وَأَيْنَ
هُوَ؟ قَالَ: فِي بِئْرِ ذَرْوَانَ».
فَأَتَاهَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فِي نَاسٍ مِنْ أَصْحَابِهِ، فَجَاءَ فَقَالَ: «يَا عَائِشَةُ! كَأَنَّ مَاءَهَا نُقَاعَةُ الحِنَّاءِ،
أَوْ كَأَنَّ رُءُوسَ نَخْلِهَا رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ». قُلْتُ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ! أَفَلاَ اسْتَخْرَجْتَهُ؟ قَالَ: «قَدْ
عَافَانِي اللَّهُ، فَكَرِهْتُ أَنْ أُثَوِّرَ عَلَى النَّاسِ فِيهِ شَرًّا»،
فَأَمَرَ بِهَا فَدُفِنَتْ
5763.
Dari ‘Aisyah Rodhiyallōhu ‘Anha, ia berkata: Rasulullah ﷺ disihir oleh seorang lelaki dari
suku Zuroiq bernama Labid bin Al-A’shom, hingga efeknya Rasulullah menghayal
melakukan sesuatu padahal tidak melakukannya. Hal itu berlanjut hingga hari
atau malam beliau bermalam bersamaku, beliau sibuk berdoa. Lalu beliau
bersabda: “Wahai ‘Aisyah, apakah kamu tahu bahwa Allah mengabulkan
permohonanku saat aku memohon kepadanya (berkenan dengan sihir ini)? Dua
Malaikat mendatangiku, salah satunya duduk di sisi kepalaku dan yang lain duduk
di sisi kakiku lalu salah satu dari keduanya berkata: ‘Penyakit apa yang
menimpa lelaki ini?’ Dijawab: ‘Disihir.’ Dia bertanya: ‘Siapa yang
menyihirnya?’ Dijawab: ‘Labid bin Al-A’shom.’ Dia bertanya: ‘Sihirnya
diletakkan di (buhul) apa?’ Dijawab: ‘Sisir dan rambut beliau yang diikatkan
pada mayang kurma kering.’ Dia bertanya: ‘Di mana itu?’ Dijawab: ‘Di dalam
sumur Dzarwan.’” Lalu Rasulullah ﷺ bersama beberapa Sahabatnya
mendatanginya. Setelah pulang, beliau bersabda: “Wahai ‘Aisyah, air sumur
tersebut seperti rendaman inai (yakni berwarna merah) dan mayang (kepala) pohon
kurmanya seperti kepala setan (yakni menyeramkan).” Aku bertanya: “Wahai
Rasulullah, tidakkah Anda keluarkan saja buhul itu?” Jawab beliau: “Allah
sudah menyembuhkanku dan aku khawatir bisa menimbulkan keburukan kepada
manusia.” Maka beliau memerintahkan agar sumur tersebut ditimbun tanah.[25]
48. Bab: Syirik dan Sihir Termasuk Dosa Besar
yang Membinasakan
5764 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭬ، أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: «اجْتَنِبُوا المُوبِقَاتِ: الشِّرْكُ بِاللَّهِ، وَالسِّحْرُ»
5764.
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallōhu ‘Anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Jauhilah oleh
kalian dosa-dosa yang membinasakan, yaitu syirik kepada Allah dan sihir.”
49. Bab: Apakah Sihir Bisa Dikeluarkan?
5765 - عَنْ عَائِشَةَ، ڤ قَالَتْ: كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ سُحِرَ، حَتَّى كَانَ يَرَى أَنَّهُ يَأْتِي النِّسَاءَ وَلاَ
يَأْتِيهِنَّ، قَالَ سُفْيَانُ: وَهَذَا أَشَدُّ مَا يَكُونُ مِنَ السِّحْرِ،
إِذَا كَانَ كَذَا، فَقَالَ: «يَا عَائِشَةُ! أَعَلِمْتِ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَفْتَانِي فِيمَا
اسْتَفْتَيْتُهُ فِيهِ؟ أَتَانِي رَجُلاَنِ، فَقَعَدَ أَحَدُهُمَا عِنْدَ رَأْسِي،
وَالآخَرُ عِنْدَ رِجْلَيَّ، فَقَالَ الَّذِي عِنْدَ رَأْسِي لِلْآخَرِ: مَا بَالُ
الرَّجُلِ؟ قَالَ: مَطْبُوبٌ، قَالَ: وَمَنْ طَبَّهُ؟ قَالَ: لَبِيدُ بْنُ
أَعْصَمَ - رَجُلٌ مِنْ بَنِي زُرَيْقٍ حَلِيفٌ لِيَهُودَ كَانَ مُنَافِقًا -
قَالَ: وَفِيمَ؟ قَالَ: فِي مُشْطٍ وَمُشَاقَةٍ، قَالَ: وَأَيْنَ؟ قَالَ: فِي
جُفِّ طَلْعَةٍ ذَكَرٍ، تَحْتَ رَاعُوفَةٍ فِي بِئْرِ ذَرْوَانَ».
قَالَتْ: فَأَتَى النَّبِيُّ ﷺ البِئْرَ حَتَّى اسْتَخْرَجَهُ، فَقَالَ: «هَذِهِ البِئْرُ الَّتِي أُرِيتُهَا، وَكَأَنَّ مَاءَهَا
نُقَاعَةُ الحِنَّاءِ، وَكَأَنَّ نَخْلَهَا رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ»
قَالَ: فَاسْتُخْرِجَ، قَالَتْ: فَقُلْتُ: أَفَلاَ؟ - أَيْ تَنَشَّرْتَ - فَقَالَ:
«أَمَّا اللَّهُ فَقَدْ شَفَانِي، وَأَكْرَهُ أَنْ
أُثِيرَ عَلَى أَحَدٍ مِنَ النَّاسِ شَرًّا»
5765.
Dari ‘Aisyah Rodhiyallōhu ‘Anha, dia berkata: Rasulullah ﷺ disihir hingga beliau merasa
mendatangi istrinya, padahal tidak melakukannya. —Sufyan berkata: Jenis sihir
seperti ini termasuk sihir paling berat— Beliau bersabda: “Wahai ‘Aisyah!
Apakah kamu tahu bahwa Allah telah mengabulkan doaku dari apa yang aku selalu
panjatkan? Dua Malaikat mendatangiku, salah satu dari keduanya duduk di sisi
kepalaku, dan yang kedua di samping kakiku. Malaikat yang di sisi kepalaku
berkata kepada temannya: ‘Ada apa dengan lelaki ini?’ Dijawab: ‘Tersihir.’ Dia
bertanya: ‘Siapa yang menyihirnya?’ Dijawab: ‘Labid bin Al-A’shom, seorang
lelaki dari Bani Zuroiq, sekutu Yahudi, dia orang munafik.’ Dia bertanya: ‘Di
sihir di mana?’ Dijawab: ‘Di sihir dan rambut (sebagai buhul/media).’ Dia
bertanya: ‘Di mana?’ Dijawab: ‘Di dalam mayang kurma, yang dipendam di bawah
batu besar di dalam sumur Dzarwan.’” Lalu Nabi ﷺ mendatangi sumur tersebut dan
berhasil mengeluarkannya. Beliau bersabda: “Sumur yang kulihat tadi, airnya
seperti rendaman inai (yakni memerah), dan mayang kurmanya seperti kepala
setan.” Lalu ia (pengaruh sihirnya) dikeluarkan. Aku berkata: “Tidakkah
Anda melakukan nusyroh?” Beliau menjawab: “Allah telah
menyembuhkanku, dan aku khawatir (jika mengeluarkannya) akan menimbulkan
keburukan bagi manusia.”[26]
50. Bab: Sihir
5766 - عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: سُحِرَ
النَّبِيُّ ﷺ حَتَّى إِنَّهُ لَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهُ يَفْعَلُ الشَّيْءَ
وَمَا فَعَلَهُ، حَتَّى إِذَا كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ وَهُوَ عِنْدِي؛ دَعَا اللَّهَ
وَدَعَاهُ، ثُمَّ قَالَ: «أَشَعَرْتِ يَا
عَائِشَةُ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَفْتَانِي فِيمَا اسْتَفْتَيْتُهُ فِيهِ؟».
قُلْتُ: وَمَا ذَاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «جَاءَنِي رَجُلاَنِ،
فَجَلَسَ أَحَدُهُمَا عِنْدَ رَأْسِي، وَالآخَرُ عِنْدَ رِجْلَيَّ، ثُمَّ قَالَ
أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: مَا وَجَعُ الرَّجُلِ؟ قَالَ: مَطْبُوبٌ، قَالَ: وَمَنْ
طَبَّهُ؟ قَالَ: لَبِيدُ بْنُ الأَعْصَمِ اليَهُودِيُّ مِنْ بَنِي زُرَيْقٍ،
قَالَ: فِيمَا ذَا؟ قَالَ: فِي مُشْطٍ وَمُشَاطَةٍ وَجُفِّ طَلْعَةٍ ذَكَرٍ،
قَالَ: فَأَيْنَ هُوَ؟ قَالَ: فِي بِئْرِ ذِي أَرْوَانَ».
قَالَ: فَذَهَبَ النَّبِيُّ ﷺ فِي أُنَاسٍ مِنْ أَصْحَابِهِ إِلَى البِئْرِ،
فَنَظَرَ إِلَيْهَا وَعَلَيْهَا نَخْلٌ، ثُمَّ رَجَعَ إِلَى عَائِشَةَ فَقَالَ: «وَاللَّهِ لَكَأَنَّ مَاءَهَا نُقَاعَةُ الحِنَّاءِ،
وَلَكَأَنَّ نَخْلَهَا رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ». قُلْتُ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ! أَفَأَخْرَجْتَهُ؟ قَالَ: «لاَ، أَمَّا
أَنَا فَقَدْ عَافَانِيَ اللَّهُ وَشَفَانِي، وَخَشِيتُ أَنْ أُثَوِّرَ عَلَى
النَّاسِ مِنْهُ شَرًّا» وَأَمَرَ بِهَا فَدُفِنَتْ
5766. Dari
‘Aisyah Rodhiyallōhu ‘Anha, ia berkata: Rasulullah ﷺ disihir, hingga efeknya
Rasulullah menghayal melakukan sesuatu padahal tidak melakukannya. Hal itu
berlanjut hingga hari atau malam beliau bermalam bersamaku, beliau banyak
berdoa. Lalu beliau bersabda: “Wahai ‘Aisyah, apakah kamu tahu bahwa Allah
mengabulkan permohonanku saat aku memohon kepadanya (berkenan dengan sihir
ini)?” Aku bertanya: “Bagaimana itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Dua
Malaikat mendatangiku, salah satunya duduk di sisi kepalaku dan yang lain duduk
di sisi kakiku lalu salah satu dari keduanya berkata: ‘Penyakit apa yang
menimpa lelaki ini?’ Dijawab: ‘Disihir.’ Dia bertanya: ‘Siapa yang
menyihirnya?’ Dijawab: ‘Labid bin Al-A’shom, seorang Yahudi dari suku Zuroiq.’
Dia bertanya: ‘Sihirnya diletakkan di (buhul) apa?’ Dijawab: ‘Sisir dan rambut
beliau yang diikatkan pada mayang kurma kering.’ Dia bertanya: ‘Di mana itu?’
Dijawab: ‘Di dalam sumur Dzarwan.’” Lalu Rasulullah ﷺ bersama beberapa Sahabatnya
mendatanginya. Beliau mengamati sumurnya dan ternyata terdapat batang kurma. Setelah
pulang, beliau bersabda: “Wahai ‘Aisyah, air sumur tersebut seperti rendaman
inai (yakni berwarna merah) dan mayang (kepala) pohon kurmanya seperti kepala
setan (yakni menyeramkan).” Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, tidakkah Anda
keluarkan saja buhul itu?” Jawab beliau: “Allah sudah menyembuhkanku dan aku
khawatir bisa menimbulkan keburukan kepada manusia.” Maka beliau
memerintahkan agar sumur tersebut ditimbun tanah.
51. Bab: Sebagian Ucapan Adalah Sihir
5767 - عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ ﭭ:
أَنَّهُ قَدِمَ رَجُلَانِ مِنَ المَشْرِقِ فَخَطَبَا، فَعَجِبَ النَّاسُ
لِبَيَانِهِمَا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «إِنَّ مِنَ البَيَانِ
لَسِحْرًا، أَوْ: إِنَّ بَعْضَ
البَيَانِ لَسِحْرٌ»
5767.
Dari Abdullah bin Umar Rodhiyallōhu ‘Anhuma, bahwa dua orang dari daerah
Timur tiba di Madinah dan berpidato. Manusia merasa takjub dengan gaya
pidatonya. Rasulullah ﷺ
bersabda: “Sesungguhnya di antara bayān (ucapan) ada yang berupa sihir.”[27]
52. Bab: Berobat dengan Kurma Ajwah Untuk
Menangkal Sihir
5768 –
عَنْ سَعْدٍ ﭬ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «مَنِ
اصْطَبَحَ كُلَّ يَوْمٍ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً؛ لَمْ يَضُرَّهُ سُمٌّ، وَلَا سِحْرٌ
ذَلِكَ اليَوْمَ إِلَى اللَّيْلِ». وَقَالَ غَيْرُهُ: «سَبْعَ تَمَرَاتٍ»
5768.
Dari Sa’ad Rodhiyallōhu ‘Anhu, dia berkata: Nabi ﷺ bersabda: “Siapa yang di pagi
hari makan beberapa kurma Ajwah, maka racun dan sihir tidak bisa
membahayakannya pada hari itu hingga malam.” Dalam riwayat lain: “tujuh
kurma.”
5769 –
عَنْ سَعْدٍ ﭬ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: «مَنْ تَصَبَّحَ سَبْعَ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً؛ لَمْ يَضُرَّهُ
ذَلِكَ اليَوْمَ سُمٌّ وَلاَ سِحْرٌ»
5769.
Dari Sa’ad Rodhiyallōhu ‘Anhu, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Siapa yang di pagi
hari makan tujuh kurma Ajwah, maka racun dan sihir tidak bisa membahayakannya
pada hari itu.”
53. Bab: Tidak Ada Hantu
5770 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭬ، قَالَ:
قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «لاَ عَدْوَى وَلاَ صَفَرَ،
وَلاَ هَامَةَ». فَقَالَ أَعْرَابِيٌّ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! فَمَا
بَالُ الإِبِلِ، تَكُونُ فِي الرَّمْلِ كَأَنَّهَا الظِّبَاءُ، فَيُخَالِطُهَا
البَعِيرُ الأَجْرَبُ فَيُجْرِبُهَا؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «فَمَنْ أَعْدَى الأَوَّلَ؟»
5770.
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallōhu ‘Anhu, dia berkata: Nabi ﷺ bersabda: “Tidak ada penyakit
menular (dengan sendirinya), tidak ada kesialan di bulan Shofar, dan tidak ada
hantu.” Seorang Baduwi berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan unta
liar di padang pasir yang laksana kijang lalu setelah bercampur dengan unta
lain yang berpenyakit ia ikut sakit juga?” Rasulullah ﷺ menjawab: “Siapa yang
menularkan pertama kali?”[28]
5771 - وَعَنْ أَبِي سَلَمَةَ:
سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ بَعْدُ يَقُولُ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «لاَ يُورِدَنَّ مُمْرِضٌ عَلَى مُصِحٍّ».
وَأَنْكَرَ أَبُو هُرَيْرَةَ حَدِيثَ الأَوَّلِ، قُلْنَا: أَلَمْ تُحَدِّثْ
أَنَّهُ: «لاَ عَدْوَى» فَرَطَنَ
بِالحَبَشِيَّةِ، قَالَ أَبُو سَلَمَةَ: فَمَا رَأَيْتُهُ نَسِيَ حَدِيثًا
غَيْرَهُ
5771.
Dari Abu Salamah bahwa ia dahulu mendengar Abu Huroiroh berkata: Nabi ﷺ bersabda: “Unta berpenyakit
jangan digabung dengan onta yang sehat.” Abu Hurairoh mengingkari hadits
yang pertama (yakni hadits “tidak ada penyakit menular”), lalu kami
menjawab: “Bukankah Anda pernah menceritakan bahwa tidak ada penyakit menular?”
Abu Huroiroh marah dengan bahasa Habasyah. Abu Salamah berkata: “Aku belum
pernah melihatnya lupa sebuah hadits kecuali hadits ini.”[29]
54. Bab: Tidak Ada Penyakit Menular
5772 –
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ ﭭ،
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ، إِنَّمَا الشُّؤْمُ فِي ثَلاَثٍ: فِي
الفَرَسِ، وَالمَرْأَةِ، وَالدَّارِ»
5772.
Dari Abdullah bin Umar Rodhiyallōhu ‘Anhuma, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak ada penyakit
menular, dan tidak ada kesialan. Jika pun ada, ia ada pada tiga hal yaitu kuda,
istri, dan rumah.”[30]
5773 –
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭬ،
قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: «لاَ
عَدْوَى»
5773.
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallōhu ‘Anhu, dia berkata: Aku mendengar
Rasulullah ﷺ
bersabda: “Tidak ada penyakit menular.”
5774 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭬ،
عَنِ النَّبِيِّ ﷺ، قَالَ: «لاَ تُورِدُوا
المُمْرِضَ عَلَى المُصِحِّ»
5774.
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallōhu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: “Kalian
jangan menggabung unta sakit dengan unta sehat.”
5775 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭬ،
قَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: «لاَ
عَدْوَى». فَقَامَ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ: أَرَأَيْتَ الإِبِلَ، تَكُونُ
فِي الرِّمَالِ أَمْثَالَ الظِّبَاءِ، فَيَأْتِيهَا البَعِيرُ الأَجْرَبُ
فَتَجْرَبُ؟ قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «فَمَنْ أَعْدَى
الأَوَّلَ؟»
5775. Dari
Abu Huroiroh Rodhiyallōhu ‘Anhu, dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak ada penyakit
menular.” Tiba-tiba seorang Baduwi berdiri seraya berkata: “Bagaimana
menurut Anda dengan unta yang berada di padang pasir bagaikan kijang-kijang
lalu dikumpuli oleh unta berpenyakit lantas ikut sakit juga?” Nabi ﷺ bersabda: “Siapa yang
menularkan pertama kali?”
5776 - عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ﭬ،
عَنِ النَّبِيِّ ﷺ، قَالَ: «لاَ عَدْوَى وَلاَ
طِيَرَةَ، وَيُعْجِبُنِي الفَأْلُ» قَالُوا: وَمَا الفَأْلُ؟ قَالَ: «كَلِمَةٌ طَيِّبَةٌ»
5776.
Dari Anas bin Malik Rodhiyallōhu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: “Tidak ada
penyakit menular, tidak ada kesialan, dan aku suka optimis.” Orang-orang
bertanya: “Apa itu optimis?” Beliau menjawab: “Kalimat yang baik.”
55. Bab: Tentang Racun Nabi ﷺ
5777 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭬ،
أَنَّهُ قَالَ: لَمَّا فُتِحَتْ خَيْبَرُ، أُهْدِيَتْ لِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ شَاةٌ
فِيهَا سَمٌّ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «اجْمَعُوا
لِي مَنْ كَانَ هَا هُنَا مِنَ اليَهُودِ»، فَجُمِعُوا لَهُ، فَقَالَ
لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «إِنِّي سَائِلُكُمْ
عَنْ شَيْءٍ، فَهَلْ أَنْتُمْ صَادِقِيَّ عَنْهُ؟». فَقَالُوا: نَعَمْ
يَا أَبَا القَاسِمِ! فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «مَنْ أَبُوكُمْ؟». قَالُوا: أَبُونَا فُلاَنٌ،
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «كَذَبْتُمْ، بَلْ
أَبُوكُمْ فُلاَنٌ». فَقَالُوا: صَدَقْتَ وَبَرِرْتَ، فَقَالَ: «هَلْ أَنْتُمْ صَادِقِيَّ عَنْ شَيْءٍ إِنْ سَأَلْتُكُمْ
عَنْهُ؟» فَقَالُوا: نَعَمْ يَا أَبَا القَاسِمِ! وَإِنْ كَذَبْنَاكَ
عَرَفْتَ كَذِبَنَا كَمَا عَرَفْتَهُ فِي أَبِينَا، قَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ
ﷺ: «مَنْ أَهْلُ النَّارِ؟»،
فَقَالُوا: نَكُونُ فِيهَا يَسِيرًا، ثُمَّ تَخْلُفُونَنَا فِيهَا، فَقَالَ لَهُمْ
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «اخْسَئُوا فِيهَا، وَاللَّهِ
لاَ نَخْلُفُكُمْ فِيهَا أَبَدًا»، ثُمَّ قَالَ لَهُمْ: «فَهَلْ أَنْتُمْ صَادِقِيَّ عَنْ شَيْءٍ إِنْ سَأَلْتُكُمْ
عَنْهُ؟»، قَالُوا: نَعَمْ، فَقَالَ: «هَلْ
جَعَلْتُمْ فِي هَذِهِ الشَّاةِ سَمًّا؟» فَقَالُوا: نَعَمْ، فَقَالَ: «مَا حَمَلَكُمْ عَلَى ذَلِكَ؟»، فَقَالُوا:
أَرَدْنَا إِنْ كُنْتَ كَذَّابًا نَسْتَرِيحُ مِنْكَ، وَإِنْ كُنْتَ نَبِيًّا لَمْ
يَضُرَّكَ
5777.
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallōhu ‘Anhu, dia berkata: Ketika Khoibar
berhasil ditaklukan, Rasulullah ﷺ dikirimi hadiah seekor kambing
yang sudah diberi racun. Rasulullah ﷺ bersabda: “Kumpulkan siapa
pun dari orang Yahudi yang ada di sini.” Lalu mereka semua dikumpulkan dan
Rasulullah ﷺ
bertanya kepada mereka: “Aku akan bertanya kepada kalian, apakah kalian mau
jujur kepadaku?” Mereka menjawab: “Baik, wahai Abul Qosim.” Rasulullah ﷺ bertanya kepada mereka: “Siapa
leluhur kalian?” Mereka menjawab: “Leluhur kami adalah si A.” Rasulullah ﷺ bersabda: “Kalian bohong,
bahkan leluhur kalian adalah si B.” Mereka menjawab: “Anda benar dan baik.”
Beliau bersabda: “Apakah kalian mau jujur kepadaku jika aku bertanya lagi?”
Mereka menjawab: “Baik wahai Abul Qosim. Jika pun kami bohong, kamu bisa
mengenali kebohongan kami seperti pada kasus lelehur kami tadi.” Rasulullah ﷺ bertanya kepada mereka: “Siapakah
penduduk Neraka?” Mereka menjawab: “Kami akan memasukinya sebentar lalu
digantikan oleh kalian.” Rasulullah ﷺ bersabda: “Kekallah kalian di
sana! Demi Allah, kami tidak akan menggantikan kalian selamanya.” Kemudian
beliau bersabda kepada mereka: “Apakah kalian akan jujur kepadaku jika aku
bertanya lagi?” Mereka menjawab: “Baiklah.” Beliau bertanya: “Apakah kalian
meletakkan racun pada kambing ini?” Mereka menjawab: “Benar.” Beliau
bertanya: “Apa yang mendorong kalian melakukannya?” Jawab mereka:
“Tujuan ini, jika kamu seorang pendusta, kami bisa beristirahat darimu, dan
jika kamu benar seorang Nabi, hal itu tidak akan membahayakanmu.”
56. Bab: Meminum Racun dan Berobat dengan
Racun, Segala yang Membahayakan dan Buruk
5778 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭬ، عَنِ
النَّبِيِّ ﷺ، قَالَ: « مَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ
فَقَتَلَ نَفْسَهُ؛ فَهُوَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ يَتَرَدَّى فِيهِ خَالِدًا
مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا. وَمَنْ تَحَسَّى سُمًّا فَقَتَلَ نَفْسَهُ؛ فَسُمُّهُ
فِي يَدِهِ يَتَحَسَّاهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا.
وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيدَةٍ؛ فَحَدِيدَتُهُ فِي يَدِهِ يَجَأُ بِهَا فِي
بَطْنِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا»
5778.
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallōhu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: “Siapa yang
menjatuhkan dirinya dari gunung untuk bunuh diri, maka dia akan diadzab di
Jahannam dengan menjatuhkan dirinya, kekal di dalamnya selama-lamanya. Siapa
yang meneguk racun untuk bunuh diri, maka racun tersebut akan diletakkan di
tangannya dan diteguknya di Neraka Jahannam, kekal di dalamnya selama-lamanya.
Siapa yang bunuh diri dengan besi, maka besi tersebut akan diletakkan di
tangannya dan ditusukkan ke perutnya di Neraka Jahannam, kekal di dalamnya
selama-lamanya.”
5779 –
عَنْ سَعْدٍ ﭬ، قَالَ:
سَمِعْتُ أَبِي يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: «مَنِ اصْطَبَحَ بِسَبْعِ تَمَرَاتِ عَجْوَةٍ، لَمْ
يَضُرَّهُ ذَلِكَ اليَوْمَ سَمٌّ، وَلاَ سِحْرٌ»
5779.
Dari Sa’ad Rodhiyallōhu ‘Anhu, ia berkata: Aku mendengar ayahku berkata:
Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Siapa yang di pagi hari makan tujuh butir kurma
Ajwah, maka racun dan sihir tidak akan membahayakannya pada hari itu.”
57. Bab: Susu Keledai Betina
5780 - عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ أَبِي إِدْرِيسَ
الخَوْلاَنِيِّ، عَنْ أَبِي ثَعْلَبَةَ الخُشَنِيِّ ﭬ قَالَ: «نَهَى النَّبِيُّ ﷺ عَنْ أَكْلِ كُلِّ ذِي نَابٍ مِنَ
السَّبُعِ»، قَالَ الزُّهْرِيُّ: وَلَمْ أَسْمَعْهُ حَتَّى أَتَيْتُ الشَّأْمَ
5780. Dari
Az-Zuhri, dari Abu Idris Al-Khoulani, dari Abu Tsa’labah Al-Khusyanni Rodhiyallōhu
‘Anhu, dia berkata: “Rasulullah ﷺ melarang memakan setiap binatang
buas yang bergigi taring.” Az-Zuhri berkata: “Aku belum mendengar hadits ini
hingga mendatangi Syam.”
5781 - عَنْ يُونُسَ، عَنْ ابْنِ شِهَابٍ، قَالَ:
وَسَأَلْتُهُ هَلْ نَتَوَضَّأُ أَوْ نَشْرَبُ أَلْبَانَ الأُتُنِ، أَوْ مَرَارَةَ
السَّبُعِ، أَوْ أَبْوَالَ الإِبِلِ؟ قَالَ: قَدْ كَانَ المُسْلِمُونَ
يَتَدَاوَوْنَ بِهَا، فَلاَ يَرَوْنَ بِذَلِكَ بَأْسًا، فَأَمَّا أَلْبَانُ
الأُتُنِ: فَقَدْ بَلَغَنَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ نَهَى عَنْ لُحُومِهَا،
وَلَمْ يَبْلُغْنَا عَنْ أَلْبَانِهَا أَمْرٌ وَلاَ نَهْيٌ، وَأَمَّا مَرَارَةُ
السَّبُعِ: أَخْبَرَنِي أَبُو إِدْرِيسَ الخَوْلاَنِيُّ، أَنَّ أَبَا ثَعْلَبَةَ الخُشَنِيَّ،
أَخْبَرَهُ: «أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ نَهَى عَنْ أَكْلِ كُلِّ ذِي نَابٍ مِنَ
السَّبُعِ»
5781. Dari
Yunus, dari Ibnu Syihab, Yunus berkata: “Aku bertanya kepadanya (Ibnu Syihab
Az-Zuhri), apakah perlu berwudhu setelah minum susu keledai betina atau empedu
binatang buas atau kencing unta?” Dia menjawab: “Kaum Muslimin (para Sahabat)
menjadikannya (kencing unta) obat dan mereka memandang tidak mengapa. Adapun
susu keledai betina, maka telah sampai kepada kami bahwa Rasulullah ﷺ melarang memakan dagingnya,
tetapi tentang susunya belum sampai kepada kami perintah dan larangannya.
Adapun empedu binatang buas, Abu Idris Al-Khoulani mengabarkan kepadaku bahwa
Abu Tsa’labah Al-Khusyanni mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah ﷺ melarang memakan setiap binatang
buas yang bergigi taring.”
58. Bab: Jika Lalat Terjatuh di Wadah
5782 - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭬ، أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: «إِذَا وَقَعَ
الذُّبَابُ فِي إِنَاءِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْمِسْهُ كُلَّهُ، ثُمَّ لِيَطْرَحْهُ؛ فَإِنَّ
فِي أَحَدِ جَنَاحَيْهِ شِفَاءً، وَفِي الآخَرِ دَاءً»
[1]
Kay dikenal semenjak Jahiliyah sebagai pengobatan
mujarab, dan hanya dilakukan oleh ahlinya. Nabi ﷺ
tidak menyukainya karena ia menyakitkan dan membahayakan pasien. Namun, jika
memang sangat dibutuhkan dan terbukti mujarab untuk mengobari penyakit
tertentu, maka ia tidak terlarang dan tidak makruh. Larangan pengobatan dengan kay
dalam hadits ini tidak mutlak, karena akan datang hadits yang menyebutkan Abu
Tholhah mengobati anaknya dengan terapi kay dan Nabi ﷺ
mendiamkannya.
[2]
Allah benar: yakni firman Allah: “Pada madu adalah
kesembuhan bagi manusia,” (QS. An-Nahl [16]: 69). Madu pasti menyembuhkan,
asal dosisnya benar dan tidak adanya penghalang. Untuk kasus di atas, sebabnya
adalah kurangnya dosis, karena penyakit berat butuh dosis tinggi dan berkala,
atau kurangnya keyakinan. Firman Allah pasti benar, dan ketidakmujaraban madu
karena sebab manusia.
[3] Beberapa orang dari suku Ukal dan
Uroinah berpura-pura masuk Islam dan dijamu Nabi ﷺ
di Madinah, ternyata cuaca Madinah membuat mereka sakit sehingga Nabi ﷺ
mengizinkan mereka tinggal di pinggiran Madinah dan diizinkan mengkonsumi susu
beberapa unta di sana, dan disuruh meminum air kencingnya sebagai obat. Setelah
sembuh, mereka justru murtad dan membunuh penggembalanya serta membawa lari
unta-untanya. Lalu mereka dihukum potong tangan dan kaki secara bersilang serta
dicongkel matanya, seperti yang mereka lakukan kepada penggembala, sebagai
balasan yang setimpal. Namun, setelah itu Nabi ﷺ
banyak bersedekah dan memerintahkan agar jangan memutilasi (menyayat dan
memotong anggota badan saat masih hidup). Al-Hasan tidak suka hadits ini
diceritakan kepada Al-Hajaj si gubernur yang zolim karena akan disalahgunakan
untuk menghukum lawan politiknya.
[4]
Habbatus Suada adalah (jinten hitam,
nigella sativa) adalah salah satu tanaman obat yang banyak didapatkan di
wilayah Arob. Bijinya kecil berwarna hitam ditumbuk untuk diminum sebagai obat.
Di zaman modern sekarang, ia dijual dalam bentuk kapsul, yang mudah dikonsumi.
[5]
Kholid bin Sa’ad: bekas budak Abu Mas’ud Al-Anshori
Al-Badri. Gholib bin Abjar: salah seorang Sahabat Rodhiyallōhu ‘Anhu.
Ibnu Abi Athiq: Abdullah bin Muhammad bin Abdurrohman bin Abu Bakar
Ash-Shiddiq, termasuk ulama Tabiin. Ada yang berpendapat bahwa yang dijadikan
obat bukan bijinya, tetapi daunnya yang berwarna hijau. Kecuali sâm:
maksudnya penyakit yang menjadi sebab ia ditakdirkan wafat, misalnya dia
ditakdirkan wafat karena influensa, maka penyakit ini bagi dirinya akan
mengantarkannya kepada kematikan meski diobati dengan obat apapun.
[6]
Talbinah adalah bubur dari tepung gandum. Jika biji gandum
digiling hingga halus maka ia dinamakan tepung gandum atau terigu. Ia dinamakan
talbinah karena mirip laban (susu) dalam warna putih dan halus.
Kadang dia dicampur madu atau kurma. Sebagian orang membedakan tepung gandum
dengan tepung terigu. Jika yang ditumbuk hanya bagian dalam biji maka ia
dinamakan tepung terigu, warnanya putih. Jika yang ditumbuh biji beserta
kulitnya maka ia dinamakan tepung gandum, warnanya putih kecoklatan. Jika
merujuk kepada perbedaan ini, maka terigu lebih dekat kepada talbinah karena
kesamaan warna putih susu.
[7] Ihdād
adalah masa di mana wanita tidak boleh berhias, berparfum, bercelak, keluar
rumah, setelah meninggalnya suami selama 4 bulan 10 hari, untuk menghormati
suaminya. Ihdād di masa Islam lebih ringan daripada di masa Jahiliyah di
mana lamanya satu tahun penuh. Dia keluar rumah hanya jika ada bahaya atau
mudhorot seperti gangguan anjing.
[8]
Hadits ini mu’allaq (sanad
terputus), tidak memenuhui kriteria Shahih Al-Bukhari, dan dikeluarkan oleh
Imam Ahmad dengan sanad shohih.
[9] Kam’ah
bukanlah hewan ataupun tumbuhan, ia tidak mempunyai karakteristik tumbuhan, ia
tidak mempunyai daun, bunga, akar, batang. Kam’ah juga
tumbuh dengan sendirinya, tidak perlu benih, tidak perlu pengolahan tanah,
penanaman atau bahkan tidak butuh pengairan, seperti halnya dalam bercocok
tanam. Benar-benar murni karunia Allah, untuk itulah dia disebut mann (pemberian Allah). Kam’ah adalah
jamur atau salah satu jenis jamur. Ibnu Hajar Al-Asqolani menyatakan di dalam Fathul
Bāri, Kam’ah dapat dibelah lalu diletakkan di dalam panci kecil
berisi air kemudian direbus, hingga airnya mendidih, lalu belahan itu diambil
dan diperas. Air hasil perasan ini dapat digunakan sebagai celak. Para ahli
pengobatan mengenal air tanaman ini untuk membeningkan mata dan membersihkan
debu-debu yang panas. Imam Nawawi berkata, “Yang benar, airnya bisa
menyembuhkan seluruh penyakit mata secara mutlak. Air kam’ah diperas dan
diteteskan ke mata.” Beliau juga berkata, “Saya dan beberapa orang lain pernah melihat di zaman
sekarang, orang yang buta dan sudah tidak memiliki kemampuan penglihatan sama
sekali. Lantas, ia mencelaki matanya dengan air Kam’ah saja, maka ia pun
sembuh dan penglihatannya kembali normal.”
[10]
Shofar dalam hadits sebelumnya
bermakna bulan yang dianggap sial oleh Jahiliyah, dan pada hadits ini bermakna
penyakit yang menyerang perut. Pada intinya hadits-hadits semacam ini tidak
menafikan adanya penularan penyakit, tetapi yang dinafikan adalah menular
dengan sendirinya tanpa takdir dan kehendak Allah. Sementara hantu yang
dinafikan dalam hadits ini adalah keyakinan Jahiliyah bahwa hantu asalnya
adalah arwah gentayangan dari orang mati yang hidup kembali. Yang benar bahwa
hantu adalah penyihir dari kalangan jin jahat yang membaca mantra-mantar hingga
bisa menjelma menjadi wujud yang ditakuti manusia untuk menggodanya.
[11]
Pleuritis adalah
peradangan pada selaput pembungkus organ paru-paru atau pleura. Kondisi
ini menyebabkan penderitanya merasakan nyeri dada yang menusuk, terutama ketika
bernapas. Pleura adalah
selaput tipis yang menyelimuti paru-paru dan dinding dada bagian dalam. Pleura
terdiri dari dua lapis. Kedua lapisan ini berperan menjaga paru-paru agar tidak
bergesekan dengan dinding rongga dada. Di antara kedua lapisan paru ini,
terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas dan membantu
mengurangi gesekan saat bernapas. Saat
terjadi peradangan, pleura akan membengkak dan menyebabkan gangguan
pernapasan.
[12]
Muawwidzât: surat-surat perlindungan yaitu
Al-Ikhlās, Al-Falaq, dan An-Nās. Untuk dua yang terakhir bisa disebut Muawwidzatain.
Selesai membaca ketiga surat ini, ditiupkan kepada dua tangan lalu diusapkan ke
wajah.
[13]
Ain: artinya mata, maksudnya penyakit yang
diakibatkan oleh pandangan mata jahad/dengki atau pandangan takjub tanpa
mendoakan berkah dan memuji Allah. Efek pandangan mata ini nyata terjadi dengan
seizin Allah.
[14]
Cara meruqyah Ain adalah dengan
membaca bacaan ruqyah dari Al-Quran, hadits shohih, maupun mantra-mantra yang
tidak mengandung kesyirikan. Jika pelaku Ain diketahui, ia disuruh mandi atau
berwudhu lalu bekas airnya diguyurkan kepada korban Ain.
[15] Caranya telunjuk jari tangan kanan
diludahi lalu ditempelkan ke tanah lalu dibacakaan ruqyah ini lalu ditempelkan
pada luka atau bagian yang sakit. Dengan seizin Allah, akan sembuh.
[16]
Doa ini dan sebelumnya mirip, dan
diperbolehkan menggunakan salah satunya yang mudah dihafal.
[17]
Mimpi baik dari Allah: mimpi yang berisi kabar gembira atau
informasi penting agar waspada, adalah karunia dan kebaikan dari Allah
untuknya. Mimpi buruk dari setan: seperti melihat makhluk menakutkan dan
tempat menakutkan, itu hasil dari bisikan dan peran setan untuk menakut-nakuti
korban atau mempermainkannya. Meludahlah: meludah ke kiri tiga kali baik
berliur maupun tidak, untuk mengusir setan dan menghinakannya, lalu berpindah
posisi tidur, dan berwudhu sholat jika mau. Mimpi buruk itu tidak berbahaya
sama sekali. Namun perlu diperhatikan, jika seseorang sering bermimpi hal-hal
berikut ini: melihat binatang (anjing, ular, kucing, kalajengking, harimau),
setan (pocong, gendruwo, kutilanak, raksasa, tuyul), seolah jatuh dari tempat
tinggi, dipaksa makan, berjalan di tempat yang menakutkan, apalagi ditambah mendengar
suara benda jatuh di atas rumah tanpa bekas, muncul binatang mati di rumah tidak
wajar, seperti gosong, di kamar yang tertutup tak mungkin bisa masuk, elektronik
rumah mati dan nyala tidak wajar, seperti kran menyala sendiri, lampu sering
mati tidak wajar, PLN sering padam tidak wajar, maka itu pertanda rumahnya dan
dirinya terkena sihir. Maka dia harus membentengi diri dan mencari peruqyah.
[18]
Muawwidzatain: dua surat perlindungan yaitu Al-Falaq
dan An-Nas. Tatacaranya adalah dua telapak tangan dihimpun seperti berdoa lalu
membaca tiga surat lalu ditiupkan kepadanya lalu diusapkan ke wajah dan bagian
badan yang terjangkau tangannya. Ini dilakukan sebanyak tiga kali.
[19] Jumlah rombongan sariyyah sebanyak
30 orang. Tidak disebutkan dalam hadits berapa kali Abu Sa’id membaca
Al-Fatihah, maka bacalah secukupnya sampai sembuh penyakitnya, cepat lambatnya
sembuh sesuai dengan keyakinan peruqyah dan dosis penyakit. Disukai ganjil,
seperti 7 dan 41. Tata caranya, peruqyah membaca Al-Fatihah lalu bagian yang luka
diludahi.
[20] Penyakit menular benar adanya,
tetapi menularnya bukan sendirinya, tetapi atas kehendak Allah, jika Allah
tidak menghendaki, virus dan penyakit ganas apapun tidak akan mengenai
seseorang. Thiyaroh atau anggapan kesialan dengan burung: dahulu orang
Arob jika melihat burung terbang datang maupun pergi dari sisi kanannya maka ia
beranggapan manjur berdagang, jika ke kiri maka mereka beranggapan sial dan
rugi. Kesialan ada pada tiga hal: yakni jika ada kesialan maka itu ada pada
tiga hal, yaitu wanita yang kasar lisannya atau tidak qonaah, rumah yang
sempit, dikelilingi tetangga jelek, atau jauh dari masjid, atau kendaraan yang
sering mogok atau tidak digunakan untuk berjihad fi sabilillah. Ketiga hal ini
menyengsarakan hari-hari seseorang.
[21] Jika seseorang melihat atau
mendengar apapun, maka ia berbaik sangka alias optimis, misalkan melihat kucing
ketabrak di depan matanya maka ia tidak beranggapan sial dengan meyangka akan
ada kematikan menimpa keluarganya atau kecelakaan, tetapi ia optimis dan berbaik
sangka misalnya membatin: “Nampaknya aku diberi kesempatan untuk beramal hari
ini dengan mengubur mayat kucing ini, agar bangkainya tidak menganggu kaum
Muslimin.”
[22]
Orang Arob menganggap penampakan
hantu yang menakut-nakuti para musafir di padang pasir adalah arwah
gentayangan, dan ini dibatalkan oleh QS. Mukminun ayat 100 bahwa arwah orang
yang mati sudah berpindah ke alam Barzah, tidak lagi di alam dunia dan mustahil
kembali ke alam dunia, bahkan mereka sibuk disiksa atau menikmati kenikmatan. Adapun
penampakan tersebut adalah penyihir dari kalangan jin kafir, yang akan takut,
menghilang, bahkan terbakar jika dibacakan ayat Kursi, dzikir shohih dari
Hadits Nabawi, dan adzan. Tidak ada bulan Shofar yang sial: orang Arob
beranggapan memulai perniagaan atau aktifitas di bulan Shofar adalah kesialan,
lalu dibatalkan syariat bahwa semua bulan adalah baik, tidak mengandung
kesialan, kesialan itu datangnya bukan dari waktu tetapi dosa-dosanya sendiri.
[23]
Disamakannya dirinya dengan dukun
karena sama-sama menghiasi ucapan batil seolah-olah benar untuk menentang
kebenaran. Kāhin adalah orang yang mengakui perkara ghoib, baik yang
telah terjadi maupun akan terjati dan mengabarkannya kepada pasiennya.
[24]
Yakni larangan melakukan jual-beli
anjing serta jasa perzinahan dan perdukunan. Upah dari hasil
aktifitas-aktifitas tersebut adalah haram.
[25] Keburukan yang dimaksud seperti
menjadikan manusia penasaran untuk mempelajarinya atau sisa-sisanya
dimanfaatkan dukun untuk kejahatan.
[26] Lafazh (استخرج),
ulama berselisih apa yang dikeluarkan? Konteks kalimat mengarah kepada
buhul-buhul tersebut, tetapi hal ini bertolak belakang dengan riwayat
sebelumnya yang menyatakan bahwa buhul tersebut tidak dikeluarkan, tetapi
ditimbun dengan tanah bersama sumurnya.
Sehingga dimungkinkan makna dikeluarkan di sini adalah pengaruh
sihirnya. Nusyroh: artinya melepaskan, dan dia ada dua, (1) menggunakan ruqyah
syar’iyyah dan (2) menggunakan sihir untuk melepas sihir lainnya dan ini
tidak boleh.
[27]
Ucapan (bayān) ada dua
macam : (1) informatif, sebatas menyampaikan berita tanpa polesan, dan (2) informasi dengan memoles kalimat. Model ucapan yang ke dua inilah
yang menyerupai sihir, karena keduanya bisa memalingkan sesuatu dari
hakikatnya. Dan yang buruk adalah jika ucapan itu digunakan untuk tujuan
kebatilan.
[28]
Tidak ada penyakit menular dengan
sendirinya, yang ada menular dengan izin Allah, dan jika Allah tidak
berkehendak, tentu tidak menular. Tidak ada pula bulan yang sial, sebagaimana
anggapan Arab Jahiliyah terutama bulan Shofar, kalaupun seseorang merasa sial
dengan mendapatkan banyak musibah di bulan itu, sebabnya karena kecerobohannya
dan dosa-dosanya, bukan karena berada di bulan tersebut. Tidak ada pula hantu,
tetapi yang ada adalah para tukang sihir dari kalangan jin yang membaca mantra-mantra
lalu ia menjelma untuk menakuti manusia. Maksud “Siapa yang menularkan pertama
kali?” Yakni Allah berkehendak sesukanya, sebagaimana binatang pertama
tertular, begitu pula unta tersebut, tetapi semuanya atas izin Allah.
[29]
Abu Salamah bin Abdurrohman bin Auf
pernah mendengar dua hadits dari Abu Huroiroh. Hadits pertama tentang larangan
menggabung unta berpenyakit dengan unta sehat karena khawatir tertular,
dan hadits kedua tentang ketiadaan penyakit menular. Tetapi Abu Huroiroh
tidak mengakui bahwa ia pernah menceritakan hadits kedua. Keponakan Abu
Huroiroh bernama Al-Harits bin Abu Dzubab menyanggahnya dan meyakinkan bahwa
dia mendengar hadits itu dari Abu Huroiroh juga. Maka Abu Huroiroh marah
kepadanya karena menganggap tidak memahami ucapan Abu Huroiroh dengan baik. Abu
Salamah berkata: “Aku tidak tahu apakah Abu Huroiroh memang lupa, atau hadits
kedua menghapus hadits pertama.” Yakni hadits “tidak ada penyakit menular”
dihapus hadits pertama. Sebagian ulama berkata: Abu Huroiroh sengaja tidak menggabung
dua hadits ini karena khawatir orang yang belum sempurna akalnya salah
memahaminya. Kedua hadits ini berlaku semuanya, dan cara menggabungkannya:
tidak boleh menyakini ada penyakit menular dengan sendirinya tanpa izin Allah,
tetapi kita juga diperintahkan untuk berikhtiar menjauhi penyakit.
[30] Contoh kesialan pada kuda adalah
mogok sehingga menyusahkan pemiliknya; pada istri seperti keras kepala, angkuh,
cerewet, banyak menuntut, tidak pandai bersyukur, tidak serius mengurus anak
dan rumah. Contoh kesialan pada rumah: sempit, rapuh, dekat tetangga jelek,
jauh dari masjid. Semua ini menyusahkan pemiliknya. Ini pun jika dianggap
kesialan, tetapi pada hakikatnya adalah ujian untuk menambah pahala orang
beriman.