Kitab Orang Sakit - SHOHIH AL BUKHORI | Pustaka Syabab
Kitab Orang Sakit - SHOHIH AL BUKHORI Download PDF atau WORD 1. Sakit Sebagai Penebus Dosa 5640 - عَنْ عَائِشَةَ ڤ زَوْجِ النَّبِيِّ ﷺ،...
Kitab Orang Sakit - SHOHIH AL BUKHORI
1. Sakit Sebagai Penebus Dosa
5640
- عَنْ عَائِشَةَ ڤ زَوْجِ
النَّبِيِّ ﷺ، قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «مَا
مِنْ مُصِيبَةٍ تُصِيبُ المُسْلِمَ إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا عَنْهُ، حَتَّى
الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا»
5640. Dari Aisyah
Rodhiyallohu ‘Anha, istri Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, dia
berkata: Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Musibah
apapun yang menimpa seorang Muslim, Allah akan menghapus dosanya, sekalipun
duri yang menusuknya.”
5641
- عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭭ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ، قَالَ: «مَا يُصِيبُ المُسْلِمَ: مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ، وَلاَ
هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ، وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا؛
إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ»
5641. Dari Abu
Sa’id Al-Khudri dan Abu Huroiroh Rodhiyallohu ‘Anhuma, dari Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Tidaklah orang Muslim ditimpa
keletihan, penyakit, kecemasan (atas masa depan), kesedihan (atas masa lalu),
gangguan (dari manusia dan binatang), dan kesempitan hati, hingga duri yang
menusuknya melainkan dengan sebab itu Allah menghapus dosa-dosanya.”
5643
–
عَنْ كَعْبٍ ﭬ، عَنِ
النَّبِيِّ ﷺ، قَالَ: «مَثَلُ المُؤْمِنِ
كَالخَامَةِ مِنَ الزَّرْعِ، تُفَيِّئُهَا الرِّيحُ مَرَّةً، وَتَعْدِلُهَا
مَرَّةً. وَمَثَلُ المُنَافِقِ كَالأَرْزَةِ، لاَ تَزَالُ حَتَّى يَكُونَ
انْجِعَافُهَا مَرَّةً وَاحِدَةً»
5643. Dari Ka’ab
bin Malik Rodhiyallohu ‘Anhu, dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam,
beliau bersabda: “Perumpamaan Mukmin seperti tanaman kering yang sesekali
ditiup angin dan sesekali berdiri kokoh. Sementara perumpamaan orang munafik
seperti pohon yang kokoh, ia selalu seperti itu hingga dirobohkan sekali.”[1]
5644
- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭬ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «مَثَلُ المُؤْمِنِ كَمَثَلِ الخَامَةِ مِنَ الزَّرْعِ،
مِنْ حَيْثُ أَتَتْهَا الرِّيحُ كَفَأَتْهَا، فَإِذَا اعْتَدَلَتْ تَكَفَّأُ
بِالْبَلاَءِ. وَالفَاجِرُ كَالأَرْزَةِ، صَمَّاءَ مُعْتَدِلَةً، حَتَّى
يَقْصِمَهَا اللَّهُ إِذَا شَاءَ»
5644. Dari Abu Huroiroh
Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda: “Perumpamaan Mukmin seperti tanaman kering yang miring
saat diterpa angin, dan apabila sudah tegak diterpa angin lagi. Sementara
pendosa seperti pohon besar yang berdiri kokoh, hingga Allah menebangnya jika
menghendaki.”
5645
–
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭬ،
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «مَنْ يُرِدِ
اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ»
5645.
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: Rasulullah Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Siapa yang dikehendaki Allah kebaikan, maka
dia akan diberi sebagian musibah.”
2. Sakit Parah
5646
- عَنْ عَائِشَةَ ڤ، قَالَتْ: «مَا رَأَيْتُ أَحَدًا
أَشَدَّ عَلَيْهِ الوَجَعُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ»
5646. Dari Aisyah
Rodhiyallohu ‘Anha, ia berkata: “Aku tidak pernah melihat orang yang
lebih parah sakitnya melebihi Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam.”
5647
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ﭬ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ ﷺ فِي مَرَضِهِ، وَهُوَ يُوعَكُ
وَعْكًا شَدِيدًا، وَقُلْتُ: إِنَّكَ لَتُوعَكُ وَعْكًا شَدِيدًا، قُلْتُ: إِنَّ
ذَاكَ بِأَنَّ لَكَ أَجْرَيْنِ؟ قَالَ: «أَجَلْ،
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى إِلَّا حَاتَّ اللَّهُ عَنْهُ خَطَايَاهُ،
كَمَا تَحَاتُّ وَرَقُ الشَّجَرِ»
5647. Dari
Abdullah bin Mas’ud Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: Aku membesuk Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam saat sakit demam yang sangat tinggi. Aku berkata: “Demam
Anda sangat tinggi sekali. Apakah itu karena pahala Anda dua kali lipat?” Jawab
beliau: “Benar. Tidak ada orang Muslim yang terkena gangguan kecuali Allah
menggugurkan dosa-dosanya seperti daun-daun pohon berguguran.”
3. Manusia Paling Berat Cobaannya
adalah Para Nabi Lalu yang Derajatnya di Bawahnya dan Seterusnya
5648 - عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ﭬ، قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ
ﷺ وَهُوَ يُوعَكُ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! إِنَّكَ لَتُوعَكُ وَعْكًا شَدِيدًا؟
قَالَ: «أَجَلْ، إِنِّي أُوعَكُ كَمَا يُوعَكُ رَجُلاَنِ
مِنْكُمْ». قُلْتُ: ذَلِكَ أَنَّ لَكَ أَجْرَيْنِ؟ قَالَ: «أَجَلْ، ذَلِكَ كَذَلِكَ، مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى،
شَوْكَةٌ فَمَا فَوْقَهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا سَيِّئَاتِهِ، كَمَا تَحُطُّ
الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا»
5648. Dari
Abdullah bin Mas’ud Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: Aku membesuk
Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam yang sedang demam lalu aku
berkata: “Wahai Rasulullah! Demam Anda begitu tinggi?” Jawab beliau: “Benar,
aku demam seperti demamnya dua orang dari kalian.” Aku bertanya: “Hal
itu karena Anda mendapatkan pahala dua lipatnya?” Jawab beliau: “Benar.
Demikian adanya. Tidaklah seorang Muslim tertimpa gangguan apapun melainkan
Allah menghapus dosa-dosanya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.”
4. Wajibnya Membesuk Orang Sakit
5649
- عَنْ أَبِي مُوسَى الأَشْعَرِيِّ ﭬ،
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «أَطْعِمُوا
الجَائِعَ، وَعُودُوا المَرِيضَ، وَفُكُّوا العَانِيَ»
5649. Dari Abu
Musa Al-Asy’ari Rodhiyallohu ‘Anhu, dia berkata: Rasulullah Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Berilah makan orang lapar, besuklah orang
sakit, dan tebuslah tawanan.”
5650
- عَنِ البَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ ﭭ،
قَالَ: «أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ بِسَبْعٍ، وَنَهَانَا عَنْ سَبْعٍ:
نَهَانَا عَنْ خَاتَمِ الذَّهَبِ، وَلُبْسِ الحَرِيرِ، وَالدِّيبَاجِ،
وَالإِسْتَبْرَقِ، وَعَنِ القَسِّيِّ، وَالمِيثَرَةِ، وَأَمَرَنَا أَنْ نَتْبَعَ
الجَنَائِزَ، وَنَعُودَ المَرِيضَ، وَنُفْشِيَ السَّلاَمَ»
5650. Dari
Al-Barro bin Azib Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: Rasulullah Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kami tujuh hal dan melarang kami tujuh hal.
Beliau melarang kami dari (1) cincin
emas, (2) memakai sutera harir, (3) sutra halus, (4) sutra tebal,
(5) qosiy, (6) mitsaroh, dan memerintahkan kami untuk: (1) turut mengiringi
jenazah, (2) menjenguk orang sakit, dan (3) menyebarkan salam.”[2]
5. Membesuk Orang Pingsan
5651 – عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ﭭ، قَالَ: مَرِضْتُ مَرَضًا،
فَأَتَانِي النَّبِيُّ ﷺ يَعُودُنِي وَأَبُو بَكْرٍ، وَهُمَا مَاشِيَانِ، فَوَجَدَانِي
أُغْمِيَ عَلَيَّ، فَتَوَضَّأَ النَّبِيُّ ﷺ ثُمَّ صَبَّ وَضُوءَهُ عَلَيَّ، فَأَفَقْتُ،
فَإِذَا النَّبِيُّ ﷺ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! كَيْفَ أَصْنَعُ فِي مَالِي،
كَيْفَ أَقْضِي فِي مَالِي؟ فَلَمْ يُجِبْنِي بِشَيْءٍ، حَتَّى نَزَلَتْ آيَةُ المِيرَاثِ
5651. Dari Jabir
bin Abdillah Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: Aku sakit lalu dibesuk oleh
Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam dan Abu Bakar dengan berjalan
kaki, dan mereka menjumpaiku sedang pingsan. Lalu Nabi Shollallohu ‘Alaihi
wa Sallam berwudhu lalu menuangkan air wudhunya kepadaku sehingga aku siuman.
Melihat ada Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, aku
berkata: “Wahai Rasulullah!
Bagaimana aku memperlakukan hartaku? Bagaimana aku menghabiskan hartaku?” Beliau tidak menjawab sedikitpun
hingga turun ayat warisan.[3]
6. Keutamaan Sakit Ayan Karena
Gangguan Jin
5652 – عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ، قَالَ: قَالَ لِي ابْنُ عَبَّاسٍ:
أَلاَ أُرِيكَ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ؟ قُلْتُ: بَلَى، قَالَ: هَذِهِ المَرْأَةُ
السَّوْدَاءُ، أَتَتِ النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَتْ: إِنِّي أُصْرَعُ، وَإِنِّي أَتَكَشَّفُ،
فَادْعُ اللَّهَ لِي، قَالَ: «إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ
وَلَكِ الجَنَّةُ، وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَكِ». فَقَالَتْ:
أَصْبِرُ، فَقَالَتْ: إِنِّي أَتَكَشَّفُ، فَادْعُ اللَّهَ لِي أَنْ لاَ أَتَكَشَّفَ،
فَدَعَا لَهَا. وَعَنْ عَطَاءٍ، أَنَّهُ رَأَى أُمَّ زُفَرَ تِلْكَ امْرَأَةً طَوِيلَةً
سَوْدَاءَ، عَلَى سِتْرِ الكَعْبَةِ
5652. Dari Atho
bin Abi Robah, ia berkata: Ibnu Abbas berkata kepadaku: “Maukah kamu
kuperlihatkan seorang wanita penghuni Surga?” Jawabku: “Mau.” Dia berkata: “Itu
dia wanita yang berkulit hitam, dia pernah mendatangi Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam seraya berkata: ‘Aku berpenyakit ayan dan jika kambuh aurotku
tersingkap, maka doakan kesembuhan untukku.’ Beliau bersabda: ‘Jika kamu mau
bersabar, kamu dapat Surga, atau terserah kamu jika ingin kudoakan kepada Allah
agar menyembuhkanmu.’ Dia menjawab: ‘Aku memilih bersabar. Tetapi jika
kambuh, aurotku tersingkap, tolong doakan aku kepada Allah agar jika kambuh
tidak tersingkap.’ Lalu beliau mendoakannya.” Atho pernah melihat Ummu Zufar
wanita tersebut berperawakan tinggi dan hitam yang sedang bernaung di kain
satir Ka’bah.
7. Keutamaan Orang Buta
5653 - عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ﭬ، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ:
«إِنَّ اللَّهَ قَالَ: إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِي بِحَبِيبَتَيْهِ
فَصَبَرَ؛ عَوَّضْتُهُ مِنْهُمَا الجَنَّةَ». يُرِيدُ: عَيْنَيْهِ
5653. Dari Anas
bin Malik Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: Aku mendengar Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: Apabila aku menguji
hamba-Ku pada kedua matanya (dengan kebutaan) lalu bersabar, Aku ganti dengan
Surga.”
8. Wanita Membesuk Lelaki
5654
- عَنْ عَائِشَةَ ڤ، أَنَّهَا
قَالَتْ: لَمَّا قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ المَدِينَةَ، وُعِكَ أَبُو بَكْرٍ
وَبِلاَلٌ ﭭ، قَالَتْ: فَدَخَلْتُ عَلَيْهِمَا، قُلْتُ: يَا أَبَتِ كَيْفَ
تَجِدُكَ؟ وَيَا بِلاَلُ كَيْفَ تَجِدُكَ؟ قَالَتْ: وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ إِذَا
أَخَذَتْهُ الحُمَّى، يَقُولُ:
[البحر
الرجز]
كُلُّ
امْرِئٍ مُصَبَّحٌ فِي أَهْلِهِ ... وَالمَوْتُ أَدْنَى مِنْ شِرَاكِ نَعْلِهِ
وَكَانَ
بِلاَلٌ إِذَا أَقْلَعَتْ عَنْهُ يَقُولُ:
[البحر
الطويل]
أَلاَ
لَيْتَ شِعْرِي هَلْ أَبِيتَنَّ لَيْلَةً ... بِوَادٍ وَحَوْلِي إِذْخِرٌ
وَجَلِيلُ
وَهَلْ
أَرِدَنْ يَوْمًا مِيَاهَ مِجَنَّةٍ ... وَهَلْ تَبْدُوَنْ لِي شَامَةٌ وَطَفِيلُ
قَالَتْ
عَائِشَةُ: فَجِئْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَأَخْبَرْتُهُ، فَقَالَ: «اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا المَدِينَةَ كَحُبِّنَا
مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ، اللَّهُمَّ وَصَحِّحْهَا، وَبَارِكْ لَنَا فِي مُدِّهَا
وَصَاعِهَا، وَانْقُلْ حُمَّاهَا فَاجْعَلْهَا بِالْجُحْفَةِ»
5654. Dari Aisyah
Rodhiyallohu ‘Anha, ia berkata: Setelah tiba di Madinah (hijroh dari
Makkah), Abu Bakar dan Bilal tertimpa demam lalu aku membesuk keduanya dan aku
bertanya: “Wahai Ayahanda! Bagaimana kabarmu? Wahai Bilal! Bagaimana kabarmu?”
Apabila terkena demam, Abu Bakar bersyair: “Setiap orang bersama keluarganya di
pagi hari, sementara kematian lebih dekat dari tali sandalnya.” Sementara
Bilal, jika terkena demam ia akan bersyair dengan suara keras: “Aduhai, aku
merasa akan bermalam di sebuah lembah yang di kelilingi rumput idkhir (serai)
dan dedauan pohon jalil (maksudnya liang lahat). Apakah aku masih bisa
mendatangi sumber air Mijannah pada suatu hari? Apakah gunung Syamah dan Thofil
masih terlihat olehku lagi? (Maksudnya kematian).”
Lalu aku
mendatangi Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam dan kukabarkan hal itu, lalu beliau bersabda: “Ya
Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah seperti mencintai Makkah atau lebih
cinta. Jadikanlah Madinah sehat, dan berkahilah takaran sho’ dan mudnya untuk
kami, dan pindahkan demamnya menuju Juhfah.”[4]
9. Membesuk Anak Kecil
5655 - عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ ﭭ: أَنَّ ابْنَةً لِلنَّبِيِّ ﷺ
أَرْسَلَتْ إِلَيْهِ، وَهُوَ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ وَسَعْدٌ وَأُبَيٌّ، نَحْسِبُ: أَنَّ
ابْنَتِي قَدْ حُضِرَتْ فَاشْهَدْنَا، فَأَرْسَلَ إِلَيْهَا السَّلاَمَ، وَيَقُولُ:
«إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ وَمَا أَعْطَى، وَكُلُّ
شَيْءٍ عِنْدَهُ مُسَمًّى، فَلْتَحْتَسِبْ وَلْتَصْبِرْ». فَأَرْسَلَتْ
تُقْسِمُ عَلَيْهِ، فَقَامَ النَّبِيُّ ﷺ وَقُمْنَا، فَرُفِعَ الصَّبِيُّ فِي حَجْرِ
النَّبِيِّ ﷺ وَنَفَسُهُ جُئِّثُ، فَفَاضَتْ عَيْنَا النَّبِيِّ ﷺ، فَقَالَ لَهُ سَعْدٌ:
مَا هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «هَذِهِ رَحْمَةٌ
وَضَعَهَا اللَّهُ فِي قُلُوبِ مَنْ شَاءَ مِنْ عِبَادِهِ، وَلاَ يَرْحَمُ اللَّهُ
مِنْ عِبَادِهِ إِلَّا الرُّحَمَاءَ»
5655. Dari Usamah
bin Zaid Rodhiyallohu ‘Anhuma, bahwa putri Nabi Shollallohu ‘Alaihi
wa Sallam (Zainab Rodhiyallohu ‘Anha) mengutus seseorang saat beliau
bersama Usamah, Sa’ad, dan Ubay untuk mengabarkan: “Putri kecilku sedang
sekarat, tolong datang.” Maka beliau titip salam kepada utusannya seraya
berkata: “Sesungguhnya milik Allah apa yang Dia ambil dan apa yang Dia beri,
dan segala sesuatu memiliki ajal yang sudah ditentukan di sisi-Nya, maka
berharaplah pahala dan bersabarlah.” Lalu dia mengirim utusan lagi meminta
dengan sumpah (tegas). Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam pun berdiri
berangkat bersama kami. Balita itu ditaruh di pangkuan Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam sementara nafasnya tersengal-sengal. Kedua mata Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam berlinang air mata lalu Sa’ad berkata kepada beliau: “Air
mata apa ini wahai Rasulullah?” Jawab beliau: “Ini adalah rohmat (kasih
sayang) yang diletakkan Allah pada hati siapa yang Dia kehendaki dari para
hamba-Nya, dan Allah hanya merohmati (menyayangi) hamba-hamba-Nya yang penyayang.”
10. Membesuk Baduwi
5656 - عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ﭭ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ دَخَلَ عَلَى أَعْرَابِيٍّ
يَعُودُهُ، قَالَ: وَكَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا دَخَلَ عَلَى مَرِيضٍ يَعُودُهُ فَقَالَ
لَهُ: «لاَ بَأْسَ، طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ».
قَالَ: قُلْتَ طَهُورٌ؟ كَلَّا، بَلْ هِيَ حُمَّى تَفُورُ، أَوْ تَثُورُ، عَلَى شَيْخٍ
كَبِيرٍ، تُزِيرُهُ القُبُورَ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «فَنَعَمْ
إِذًا»
5656. Dari Ibnu
Abbas Rodhiyallohu ‘Anhuma, bahwa Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
membesuk seorang Baduwi. Jika membesuk orang sakit, Nabi Shollallohu ‘Alaihi
wa Sallam biasa mendoakannya: “Tidak mengapa (sakitmu ini), ia
mensucikan (menggugurkan dosa), in sya Allah (jika kamu sabar dan yakin
takdir).” Dia menjawab: Kamu bilang mensucikan (yakni sembuh)? Sama sekali
tidak mungkin, bahkan demamku sangat berat bagi orang tua sepertiku yang akan
mengantarkannya ke kuburan. Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda: “Baiklah jika begitu.”
11. Membesuk Orang Musyrik
5657 - عَنْ أَنَسٍ ﭬ: أَنَّ غُلاَمًا لِيَهُودَ كَانَ يَخْدُمُ النَّبِيَّ
ﷺ، فَمَرِضَ، فَأَتَاهُ النَّبِيُّ ﷺ يَعُودُهُ، فَقَالَ: «أَسْلِمْ!»، فَأَسْلَمَ
5657. Dari Anas Rodhiyallohu
‘Anhu: Anak seorang Yahudi biasa melayani Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam lalu sakit sehingga dibesuk oleh Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam lalu beliau bersabda: “Masuklah Islam!” Seketika ia masuk
Islam.
12. Yang Sakit Mengimami Sholat
Orang-Orang yang Besuk Saat Tiba Waktu Sholat
5658 - عَنْ عَائِشَةَ ڤ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ دَخَلَ عَلَيْهِ نَاسٌ
يَعُودُونَهُ فِي مَرَضِهِ، فَصَلَّى بِهِمْ جَالِسًا، فَجَعَلُوا يُصَلُّونَ قِيَامًا،
فَأَشَارَ إِلَيْهِمْ: «اجْلِسُوا!». فَلَمَّا
فَرَغَ قَالَ: «إِنَّ الإِمَامَ لَيُؤْتَمُّ بِهِ،
فَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا، وَإِذَا رَفَعَ فَارْفَعُوا، وَإِنْ صَلَّى جَالِسًا فَصَلُّوا
جُلُوسًا»
5658. Dari Aisyah
Rodhiyallohu ‘Anha, bahwa beberapa orang membesuk Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam saat sakit, lalu beliau mengimami sholat mereka sambil
duduk. Mereka sholat sambil berdiri lalu disuruh beliau duduk dengan isyarat.
Usai sholat, beliau bersabda: “Imam harus diikuti. Apabila imam ruku maka
rukuklah kalian, jika bangkit dari rukuk maka bangkitlah kalian, dan apabila sholat
sambil duduk maka sholatlah kalian sambil duduk.”
13. Meletakkan Tangan kepada Orang
Sakit
5659
- عَنْ سَعْدٍ ﭬ، قَالَ:
تَشَكَّيْتُ بِمَكَّةَ شَكْوًا شَدِيدًا، فَجَاءَنِي النَّبِيُّ ﷺ يَعُودُنِي،
فَقُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ! إِنِّي أَتْرُكُ مَالًا، وَإِنِّي لَمْ أَتْرُكْ
إِلَّا ابْنَةً وَاحِدَةً، فَأُوصِي بِثُلُثَيْ مَالِي وَأَتْرُكُ الثُّلُثَ؟
فَقَالَ: «لاَ». قُلْتُ: فَأُوصِي
بِالنِّصْفِ وَأَتْرُكُ النِّصْفَ؟ قَالَ: «لاَ».
قُلْتُ: فَأُوصِي بِالثُّلُثِ وَأَتْرُكُ لَهَا الثُّلُثَيْنِ؟ قَالَ: «الثُّلُثُ، وَالثُّلُثُ كَثِيرٌ». ثُمَّ وَضَعَ
يَدَهُ عَلَى جَبْهَتِهِ، ثُمَّ مَسَحَ يَدَهُ عَلَى وَجْهِي وَبَطْنِي، ثُمَّ
قَالَ: «اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا، وَأَتْمِمْ
لَهُ هِجْرَتَهُ». فَمَا زِلْتُ أَجِدُ بَرْدَهُ عَلَى كَبِدِي -
فِيمَا يُخَالُ إِلَيَّ - حَتَّى السَّاعَةِ
5659.
Dari Sa’ad bin Abi Waqqosh Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: Aku sakit
keras di Makkah lalu Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam membesukku. Aku
berkata: “Wahai Nabi Allah! Aku meninggalkan banyak harta dan hanya meninggalkan
seorang putri, apakah aku boleh berwasiat dua pertiga hartaku (untuk sedekah)
dan menyisakan sepertiganya (untuk ahli waris)?” Beliau menjawab: “Tidak
boleh.” Aku berkata: “Bolehkah aku bewasiat setengah harta dan menyisakan
setengahnya pula?” Jawab beliau: “Tidak boleh.” Aku berkata: “Bolehkah
aku berwasiat sepertiganya dan menyisakan dua pertiga?” Jawab beliau: “Sepertiga
saja, itupun sudah banyak.” Lalu beliau meletakkan tangannya di dahiku lalu
mengusapkan tangannya ke wajahku dan perutku lalu bersabda: “Ya Allah!
Sembuhkan Sa’ad, dan sempurnakan hijrohnya.” Sampai sekarang aku masih
merasakan dinginnya lambungku (karena usapan tangan beliau).
5660
- قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ ﭬ:
دَخَلْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ وَهُوَ يُوعَكُ وَعْكًا شَدِيدًا، فَمَسِسْتُهُ
بِيَدِي فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! إِنَّكَ لَتُوعَكُ وَعْكًا شَدِيدًا؟
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «أَجَلْ، إِنِّي
أُوعَكُ كَمَا يُوعَكُ رَجُلاَنِ مِنْكُمْ». فَقُلْتُ: ذَلِكَ أَنَّ
لَكَ أَجْرَيْنِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «أَجَلْ»،
ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «مَا مِنْ
مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى، مَرَضٌ فَمَا سِوَاهُ، إِلَّا حَطَّ اللَّهُ لَهُ
سَيِّئَاتِهِ، كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا»
5660. Dari Abdullah
bin Mas’ud Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: Aku membesuk
Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam saat demam tinggi. Aku
menyentuhnya dengan tanganku lalu berkata: “Wahai Rasulullah! Demam Anda begitu tinggi?” Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda: “Benar. Demamku dua lipatnya dari demam kalian.”
Aku bertanya: “Hal itu apa
dikarenakan pahala Anda dua kali lipat?” Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: “Benar.”
Kemudian Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam melanjutkan: “Siapapun
orang Muslim yang tertimpa gangguan baik penyakit atau selainnya, Allah akan
menggugurkan dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya.”
14. Yang Perlu Dikatakan kepada Orang
Sakit dan Jawabannya
5661
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ﭬ، قَالَ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ ﷺ فِي مَرَضِهِ
فَمَسِسْتُهُ، وَهُوَ يُوعَكُ وَعْكًا شَدِيدًا، فَقُلْتُ: إِنَّكَ لَتُوعَكُ
وَعْكًا شَدِيدًا، وَذَلِكَ أَنَّ لَكَ أَجْرَيْنِ؟ قَالَ: «أَجَلْ، وَمَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى، إِلَّا
حَاتَّتْ عَنْهُ خَطَايَاهُ، كَمَا تَحَاتُّ وَرَقُ الشَّجَرِ»
5661. Dari
Abdullah bin Mas’ud Rodhiyallohu ‘Anhu, dia berkata: Aku membesuk Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam saat sakit dan menyentuhnya, rupanya demamnya tinggi
sekali, lalu aku bertanya: “Demam Anda begitu tinggi, apakah itu karena pahala
Anda dua kali lipatnya?” Beliau menjawab: “Benar. Tidaklah seorang
Muslim tertimpa gangguan melainkan dosa-dosanya berguguran seperti daun-daun
pohon berguguran.”
5662
- عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ﭭ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ دَخَلَ عَلَى رَجُلٍ يَعُودُهُ،
فَقَالَ: «لاَ بَأْسَ، طَهُورٌ إِنْ شَاءَ
اللَّهُ». فَقَالَ: كَلَّا، بَلْ حُمَّى تَفُورُ، عَلَى شَيْخٍ
كَبِيرٍ، كَيْمَا تُزِيرَهُ القُبُورَ، قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «فَنَعَمْ، إِذًا»
5662. Dari Ibnu
Abbas Rodhiyallohu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam membesuk seseorang lalu bersabda: “Tidak mengapa, membersihkan
(dosa-dosa) in syaa Allah.” Lalu dia berkata: “Tidak mungkin, bahkan
demamku sangat parah yang menimpa orang tua, yang akan memasukkannya ke liang
kubur.” Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Baiklah, jika
begitu.”
15. Membesuk Orang Sakit Sambil
Berkendara, Berjalan, atau Dibonceng di Atas Keledai
5663
- عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ ﭭ:
أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ رَكِبَ عَلَى حِمَارٍ، عَلَى إِكَافٍ عَلَى قَطِيفَةٍ
فَدَكِيَّةٍ، وَأَرْدَفَ أُسَامَةَ وَرَاءَهُ، يَعُودُ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ
قَبْلَ وَقْعَةِ بَدْرٍ، فَسَارَ حَتَّى مَرَّ بِمَجْلِسٍ فِيهِ عَبْدُ اللَّهِ
بْنُ أُبَيٍّ ابْنُ سَلُولَ، وَذَلِكَ قَبْلَ أَنْ يُسْلِمَ عَبْدُ اللَّهِ، وَفِي
المَجْلِسِ أَخْلاَطٌ مِنَ المُسْلِمِينَ وَالمُشْرِكِينَ عَبَدَةِ الأَوْثَانِ
وَاليَهُودِ، وَفِي المَجْلِسِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَوَاحَةَ، فَلَمَّا غَشِيَتِ
المَجْلِسَ عَجَاجَةُ الدَّابَّةِ؛ خَمَّرَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أُبَيٍّ أَنْفَهُ
بِرِدَائِهِ، قَالَ: لاَ تُغَبِّرُوا عَلَيْنَا، فَسَلَّمَ النَّبِيُّ ﷺ وَوَقَفَ،
وَنَزَلَ فَدَعَاهُمْ إِلَى اللَّهِ فَقَرَأَ عَلَيْهِمُ القُرْآنَ، فَقَالَ لَهُ
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أُبَيٍّ: يَا أَيُّهَا المَرْءُ! إِنَّهُ لاَ أَحْسَنَ مِمَّا
تَقُولُ إِنْ كَانَ حَقًّا؛ فَلاَ تُؤْذِنَا بِهِ فِي مَجْلِسِنَا، وَارْجِعْ
إِلَى رَحْلِكَ، فَمَنْ جَاءَكَ فَاقْصُصْ عَلَيْهِ، قَالَ ابْنُ رَوَاحَةَ: بَلَى
يَا رَسُولَ اللَّهِ! فَاغْشَنَا بِهِ فِي مَجَالِسِنَا، فَإِنَّا نُحِبُّ ذَلِكَ،
فَاسْتَبَّ المُسْلِمُونَ وَالمُشْرِكُونَ وَاليَهُودُ حَتَّى كَادُوا
يَتَثَاوَرُونَ، فَلَمْ يَزَلِ النَّبِيُّ ﷺ حَتَّى سَكَتُوا، فَرَكِبَ النَّبِيُّ
ﷺ دَابَّتَهُ حَتَّى دَخَلَ عَلَى سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ، فَقَالَ لَهُ: «أَيْ سَعْدُ! أَلَمْ تَسْمَعْ مَا قَالَ أَبُو حُبَابٍ؟»
- يُرِيدُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ أُبَيٍّ - قَالَ سَعْدٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ!
اعْفُ عَنْهُ وَاصْفَحْ، فَلَقَدْ أَعْطَاكَ اللَّهُ مَا أَعْطَاكَ، وَلَقَدِ
اجْتَمَعَ أَهْلُ هَذِهِ البَحْرَةِ عَلَى أَنْ يُتَوِّجُوهُ فَيُعَصِّبُوهُ،
فَلَمَّا رَدَّ ذَلِكَ بِالحَقِّ الَّذِي أَعْطَاكَ شَرِقَ بِذَلِكَ، فَذَلِكَ
الَّذِي فَعَلَ بِهِ مَا رَأَيْتَ
5663. Dari Usamah
bin Zaid Rodhiyallohu ‘Anhuma, bahwa Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam mengendarai keledai berpelana (kain atau kulit sebagai tempat duduk)
yang terbuat dari bludru (bahan berbulu lembut) produk Fadak (desa terkenal
berjarak dua marhalah dari Madinah), sementara Usamah dibonceng di belakangnya,
untuk menjenguk Sa’ad bin Ubadah sebelum terjadinya perang Badar. Beliau
melewati sebuah majlis yang di sana ada Abdullah bin Ubay bin Salul sebelum ia
masuk Islam. Di masjis itu bercampur baur kaum Muslimin, kaum musyrikin
penyembah berhala, dan orang-orang Yahudi. Di majlis itu juga terdapat Abdullah
bin Rowahah. Ketika majlis itu terkena kepulan debu keledai beliau, Abdullah
bin Ubay menutupi hidungnya dengan selendangnya dan berkata: “Kamu jangan
mengepulkan debu kepada kami.” Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
mengucapkan salam dan berhenti turun dan mengajak mereka masuk Islam dan
membacakan Al-Quran. Lalu Abdullah bin Ubay berkata: “Wahai orang! Tidak ada
kebaikan sama sekali apa yang kamu serukan itu, meskipun benar. Kamu jangan
mengganggu majlis kami, kembalilah ke keledaimu itu. Jika memang ada yang
mendatangimu, silahkan saja kamu dakwahi.” Ibnu Rowahah berkata: “Bahkan wahai
Rasulullah, bergabunglah di majlis kami karena kami suka itu (mendengarkan
tausiah dan bacaan Al-Quran).” Lalu kaum Muslimin, kaum musyrikin, dan
orang-orang Yahudi saling mengejak bahkan hampir berkelahi. Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam berusaha melerai hingga mereka diam. Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam melanjutkan mengendarai kendaraanya hingga bertemu Sa’ad
bin Ubadah. Beliau berkata kepadanya: “Wahai Sa’ad, apakah kamu tahu apa
yang dikatakan Abu Hubab?” Maksudnya Abdullah bin Ubay. Sa’ad menjawab:
“Maafkan dia wahai Rasulullah, sungguh Allah telah memberimu apa yang Dia telah
berikan kepadamu (yakni pemimpin Madinah). Dahulu penduduk Madinah (Aus dan
Khozroj) sudah bersepakat akan mengangkatnya sebagai pemimpin tunggal, tetapi
ketika Allah justru memberikannya kepada Anda, dia pun dengki. Hal itulah yang
menyebabkan ia bersikap seperti yang Anda lihat.”
5664
- عَنْ جَابِرٍ ﭬ، قَالَ: «جَاءَنِي النَّبِيُّ ﷺ
يَعُودُنِي، لَيْسَ بِرَاكِبِ بَغْلٍ وَلاَ بِرْذَوْنٍ»
5664. Dari Jabir Rodhiyallohu
‘Anhu, ia berkata: “Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam menjengukku, tanpa
mengendarai baghol maupun birdzaun.”[5]
16. Ucapan Si Sakit: Aku Sakit! Aduh
Kepalaku! Sakitku Parah!
5665
- عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ ﭬ: مَرَّ بِيَ النَّبِيُّ ﷺ وَأَنَا أُوقِدُ تَحْتَ
القِدْرِ، فَقَالَ: «أَيُؤْذِيكَ هَوَامُّ
رَأْسِكَ؟» قُلْتُ: نَعَمْ، فَدَعَا الحَلَّاقَ فَحَلَقَهُ، ثُمَّ
أَمَرَنِي بِالفِدَاءِ
5665. Dari Ka’ab
bin Ujroh Rodhiyallohu ‘Anhu, bahwa Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam melewatiku saat aku menyalakan api di bawah tungku (untuk mengurangi
kegatalan kepala dari kutu-kutu) lalu bersabda: “Apakah kutu-kutu di
kepalamu ini mengganggumu?” Jawabku: “Benar.” Lalu beliau memanggil tukang
cukur untuk mencukurnya lalu memerintahkanku membayar fidyah.[6]
5666
- قَالَتْ عَائِشَةُ ڤ: وَا
رَأْسَاهْ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «ذَاكِ
لَوْ كَانَ وَأَنَا حَيٌّ فَأَسْتَغْفِرَ لَكِ وَأَدْعُوَ لَكِ».
فَقَالَتْ عَائِشَةُ: وَا ثُكْلِيَاهْ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأَظُنُّكَ تُحِبُّ
مَوْتِي، وَلَوْ كَانَ ذَاكَ، لَظَلِلْتَ آخِرَ يَوْمِكَ مُعَرِّسًا بِبَعْضِ
أَزْوَاجِكَ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «بَلْ أَنَا وَا رَأْسَاهْ! لَقَدْ هَمَمْتُ - أَوْ أَرَدْتُ - أَنْ
أُرْسِلَ إِلَى أَبِي بَكْرٍ وَابْنِهِ وَأَعْهَدَ: أَنْ يَقُولَ القَائِلُونَ -
أَوْ يَتَمَنَّى المُتَمَنُّونَ - ثُمَّ قُلْتُ: يَأْبَى اللَّهُ وَيَدْفَعُ
المُؤْمِنُونَ، أَوْ يَدْفَعُ اللَّهُ وَيَأْبَى المُؤْمِنُونَ»
5666. Aisyah Rodhiyallohu
‘Anha berkata: “Aduh kepalaku!” Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
menjawab: “Jika itu terjadi (wafatmu) sementara aku masih hidup, maka akan
kumintakan ampun untukmu dan kudoakan kamu.” Aisyah berkata (karena
cemburu): “Rugi aku, demi Allah, aku menyangka Anda suka kematianku, karena
jika itu terjadi, Anda akan berbulan madu di akhir harimu (mengurus jenazahku)
bersama istrimu yang lain.” Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Bahkan aku juga, aduh kepalaku! Sungguh aku sangat berkeinginan mengutus
kepada Abu Bakar dan anaknya dan aku memberinya wasiat khilafah, agar tidak ada
orang-orang yang berharap-harap. Kemudian aku berkata: ‘Allah enggan dan kaum
Mukminin menolak —atau: Allah menolak dan kaum Mukminin enggan— kecuali Abu
Bakar.”
5667
- عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ ﭬ، قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ وَهُوَ يُوعَكُ،
فَمَسِسْتُهُ بِيَدِي فَقُلْتُ: إِنَّكَ لَتُوعَكُ وَعْكًا شَدِيدًا، قَالَ: «أَجَلْ، كَمَا يُوعَكُ رَجُلاَنِ مِنْكُمْ».
قَالَ: لَكَ أَجْرَانِ؟ قَالَ: «نَعَمْ، مَا مِنْ
مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى، مَرَضٌ فَمَا سِوَاهُ، إِلَّا حَطَّ اللَّهُ
سَيِّئَاتِهِ، كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا»
5667. Dari Ibnu
Mas’ud Rodhiyallohu ‘Anhu, dia berkata: Aku menjenguk Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam saat demam lalu kusentuh badannya dengan tanganku lalu
aku berkata: “Sungguh Anda benar-benar terkena demam tinggi.” Jawab beliau: “Benar,
seperti demamnya dua orang dari kalian.” Aku bertanya: “Hal itu karena Anda
akan mendapatkan dua lipat pahala?” Jawab beliau: “Benar, Muslim manapun
yang tertimpa gangguan penyakit dan yang semacamnya, niscaya Allah menggugurkan
dosa-dosanya, seperti pohon menggugurkan daun-daunnya.”
5668
- عَنْ سَعْدٍ ﭬ، قَالَ:
جَاءَنَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَعُودُنِي مِنْ وَجَعٍ اشْتَدَّ بِي زَمَنَ حَجَّةِ
الوَدَاعِ، فَقُلْتُ: بَلَغَ بِي مَا تَرَى، وَأَنَا ذُو مَالٍ، وَلاَ يَرِثُنِي
إِلَّا ابْنَةٌ لِي، أَفَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثَيْ مَالِي؟ قَالَ: «لاَ». قُلْتُ: بِالشَّطْرِ؟ قَالَ: «لاَ». قُلْتُ: الثُّلُثُ؟ قَالَ: «الثُّلُثُ كَثِيرٌ، أَنْ تَدَعَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ
خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَذَرَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ، وَلَنْ تُنْفِقَ
نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا أُجِرْتَ عَلَيْهَا، حَتَّى مَا
تَجْعَلُ فِي فِي امْرَأَتِكَ»
5668. Dari Sa’ad Rodhiyallohu
‘Anhu, dia berkata: Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
menjengukku karena sakit berat yang kuderita saat Haji Wada. Aku berkata: “Sakitku
seperti yang Anda lihat, dan aku memiliki banyak harta sementara ahli warisku
hanya putriku, apakah boleh aku sedekahkan dua pertiga hartaku?” Jawab beliau: “Tidak
boleh.” Tanyaku: “Setengahnya?” Jawab beliau. “Tidak boleh.”
Tanyaku: “Sepertiga?” Jawab beliau: “Boleh sepertiga dan itu sudah banyak.
Kamu tinggalkan ahli warismu kaya (berkecukupan), itu lebih baik daripada kamu
tinggalkan mereka dalam keadaan miskin (kekurangan) hingga meminta-minta kepada
manusia. Nafkah apapun yang kamu berikan demi mengharap Wajah Allah akan diberi
pahala untukmu, hingga makanan yang kamu suapkan ke mulut istrimu.”
17. Ucapan Si Sakit: Pergilah Kalian!
5669 - عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ﭭ، قَالَ: لَمَّا حُضِرَ رَسُولُ اللَّهِ
ﷺ وَفِي البَيْتِ رِجَالٌ، فِيهِمْ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ، قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «هَلُمَّ أَكْتُبْ لَكُمْ كِتَابًا لاَ تَضِلُّوا بَعْدَهُ».
فَقَالَ عُمَرُ: إِنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَدْ غَلَبَ عَلَيْهِ الوَجَعُ، وَعِنْدَكُمُ القُرْآنُ،
حَسْبُنَا كِتَابُ اللَّهِ. فَاخْتَلَفَ أَهْلُ البَيْتِ فَاخْتَصَمُوا، مِنْهُمْ مَنْ
يَقُولُ: قَرِّبُوا يَكْتُبْ لَكُمُ النَّبِيُّ ﷺ كِتَابًا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ،
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ مَا قَالَ عُمَرُ، فَلَمَّا أَكْثَرُوا اللَّغْوَ وَالِاخْتِلاَفَ
عِنْدَ النَّبِيِّ ﷺ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «قُومُوا».
قَالَ عُبَيْدُ اللَّهِ: فَكَانَ ابْنُ عَبَّاسٍ، يَقُولُ: «إِنَّ الرَّزِيَّةَ كُلَّ الرَّزِيَّةِ مَا حَالَ بَيْنَ رَسُولِ
اللَّهِ ﷺ وَبَيْنَ أَنْ يَكْتُبَ لَهُمْ ذَلِكَ الكِتَابَ، مِنَ اخْتِلاَفِهِمْ وَلَغَطِهِمْ»
5669. Dari Ibnu
Abbas Rodhiyallohu ‘Anhuma, dia berkata: Ketika Rasulullah sakit
menjelang wafatnya, sementara di rumah beliau ada beberapa lelaki termasuk Umar
bin Khothob, beliau bersabda: “Kemarilah kalian, aku akan tulis untuk kalian
sebuah surat yang kalian tidak akan tersesat setelahnya.” Umar berkata:
“Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam sedang menahan rasa sakit yang
berat, sementara di sisi kalian ada Al-Quran, cukuplah Al-Quran bagi kita.”
Orang-orang yang di rumah tersebut berselisih hingga gaduh. Di antara mereka
ada yang berkata: “Mendekatlah karena Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
akan menulis sebuah surat yang kalian tidak akan tersesat setelahnya,” dan ada
pula yang mengikuti pendapatnya Umar. Ketika kegaduhan dan perselisihan semakin
banyak di sisi Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, maka Rasulullah Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Pergilah kalian dariku!” Ubaidullah
(perawi) berkata: Ibnu Abbas berkata: “Sungguh musibah di atas musibah apa yang
menyebabkan terhalangi Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam dari
surat yang hendak ditulis beliau untuk mereka, yaitu perselisihan dan kegaduhan
mereka sendiri.”[7]
18. Membawa Anak yang Sakit Agar
Didoakan
5670 – عَنِ السَّائِبِ ﭬ، قَالَ: ذَهَبَتْ بِي خَالَتِي إِلَى رَسُولِ
اللَّهِ ﷺ، فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! إِنَّ ابْنَ أُخْتِي وَجِعٌ، فَمَسَحَ
رَأْسِي وَدَعَا لِي بِالْبَرَكَةِ، ثُمَّ تَوَضَّأَ فَشَرِبْتُ مِنْ وَضُوئِهِ، وَقُمْتُ
خَلْفَ ظَهْرِهِ، فَنَظَرْتُ إِلَى خَاتَمِ النُّبُوَّةِ بَيْنَ كَتِفَيْهِ، مِثْلَ
زِرِّ الحَجَلَةِ
5670. Dari
As-Saib Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: Bibiku membawaku kepada
Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam lalu ia berkata: “Wahai
Rasulullah! Anak saudariku ini sakit.” Lalu beliau mengusap kepalaku dan
mendoakan barokah kepadaku, lalu beliau berwudhu dan bekas air wudhunya kuminum
sebagian. Aku berdiri di belakang punggung beliau dan kuperhatikan stempel
kenabian yang terletak di antara dua pundak beliau seperti telur merpati.”
19. Si Sakit Berandai Mati
5671
- عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ﭬ، قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «لاَ يَتَمَنَّيَنَّ
أَحَدُكُمُ المَوْتَ مِنْ ضُرٍّ أَصَابَهُ، فَإِنْ كَانَ لاَ بُدَّ فَاعِلًا،
فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتِ الحَيَاةُ خَيْرًا لِي،
وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتِ الوَفَاةُ خَيْرًا لِي»
5671. Dari Anas
bin Malik Rodhiyallohu ‘Anhu, bahwa Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda: “Jangan sekali-kali kalian berandai-andai mati karena
penderitaan yang diderita. Jika memang tidak kuat lagi, berdoalah: ‘Ya Allah,
hidupkanlah aku selama hidup itu lebih baik bagiku, dan wafatkanlah aku jika
wafat itu lebih baik bagiku.’”
5672
- عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ، قَالَ: دَخَلْنَا عَلَى خَبَّابٍ، نَعُودُهُ،
وَقَدِ اكْتَوَى سَبْعَ كَيَّاتٍ، فَقَالَ: «إِنَّ
أَصْحَابَنَا الَّذِينَ سَلَفُوا مَضَوْا وَلَمْ تَنْقُصْهُمُ الدُّنْيَا،
وَإِنَّا أَصَبْنَا مَا لاَ نَجِدُ لَهُ مَوْضِعًا إِلَّا التُّرَابَ، وَلَوْلاَ
أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ نَهَانَا أَنْ نَدْعُوَ بِالْمَوْتِ لَدَعَوْتُ بِهِ».
ثُمَّ أَتَيْنَاهُ مَرَّةً أُخْرَى، وَهُوَ يَبْنِي حَائِطًا لَهُ، فَقَالَ: «إِنَّ المُسْلِمَ لَيُؤْجَرُ فِي كُلِّ شَيْءٍ يُنْفِقُهُ،
إِلَّا فِي شَيْءٍ يَجْعَلُهُ فِي هَذَا التُّرَابِ»
5672. Dari Qois
bin Abi Hazim, dia berkata: Kami menjenguk Khobab sementara pada dirinya ada
tujuh bekas pengobatan kay (besi panas yang dicoskan ke bagian yang
luka), lalu ia berkata: “Sahabat-sahabat kami meninggal (di zaman Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam) tanpa dikurangi pahalanya oleh dunia (karena miskin),
sementara kami (Khobab) tidak mempergunakan harta yang banyak ini kecuali untuk
membangun rumah. Seandainya Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam tidak
melarang kami meminta mati, aku pasti telah melakukannya.” Kemudian kami
mengunjunginya di lain waktu, saat itu dia sedang membangun dinding rumahnya
dan ia berkata: “Sesungguhnya orang Muslim diberi pahala pada segala sesuatu
yang dia infakkan kecuali sesuatu yang digunakan untuk membangun di tanah
seperti ini.”[8]
5673
–
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭬ،
قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: «لَنْ
يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الجَنَّةَ»، قَالُوا: وَلاَ أَنْتَ يَا
رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «لاَ، وَلاَ أَنَا، إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِفَضْلٍ
وَرَحْمَةٍ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا، وَلاَ يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمُ المَوْتَ:
إِمَّا مُحْسِنًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَزْدَادَ خَيْرًا، وَإِمَّا مُسِيئًا
فَلَعَلَّهُ أَنْ يَسْتَعْتِبَ»
5673. Dari Abu Huroiroh
Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Amal seseorang dari kalian tidak akan bisa
memasukkannya ke Surga.” Orang-orang bertanya: “Anda juga wahai
Rasulullah?” Jawab beliau: “Tidak juga aku, hanya saja Allah meliputiku
dengan karunia dan rahmat. Luruslah dan mendekatlah. Jangan sekali-kali seorang
dari kalian mengharap kematian, karena boleh jadi dia orang baik sehingga akan
bertambah kebaikannya, atau boleh jadi dia orang jelek sehingga diharapkan
taubatnya.”[9]
5674
- عَنْ عَائِشَةَ ڤ، قَالَتْ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ وَهُوَ مُسْتَنِدٌ إِلَيَّ
يَقُولُ: «اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي
وَأَلْحِقْنِي بِالرَّفِيقِ»
5674. Dari Aisyah
Rodhiyallohu ‘Anha, ia berkata: Aku mendengar Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam bersabda saat bersandar kepadaku: “Ya Allah ampunilah
aku, rahmatilah aku, dan susulkanlah aku kepada temen-teman dekatku (para
Nabi).”
20. Doa Pembesuk Kepada Si Sakit
5675 - عَنْ عَائِشَةَ ڤ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ كَانَ إِذَا أَتَى
مَرِيضًا أَوْ أُتِيَ بِهِ، قَالَ: «أَذْهِبِ البَاسَ
رَبَّ النَّاسِ، اشْفِ وَأَنْتَ الشَّافِي، لاَ شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ، شِفَاءً
لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا»
5675. Dari Aisyah
Rodhiyallohu ‘Anha, bahwa apabila Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam membesuk orang sakit atau orang sakit didatangkan kepada beliau,
beliau mendoakannya: “Hilangkanlah penyakitnya wahai Robb manusia,
sembuhkanlah dan Engkau Maha Penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan
dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit apapun.”
21. Pembesuk Berwudhu Untuk Si Sakit
5676 – عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ﭭ، قَالَ: دَخَلَ عَلَيَّ
النَّبِيُّ ﷺ وَأَنَا مَرِيضٌ، فَتَوَضَّأَ فَصَبَّ عَلَيَّ أَوْ قَالَ: «صُبُّوا عَلَيْهِ»، فَعَقَلْتُ، فَقُلْتُ: لاَ يَرِثُنِي
إِلَّا كَلاَلَةٌ، فَكَيْفَ المِيرَاثُ؟ فَنَزَلَتْ آيَةُ الفَرَائِضِ
5676. Dari Jabir
bin Abdillah Rodhiyallohu ‘Anhuma, ia berkata: Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam membesukku ketika aku sedang sakit, lalu berwudhu dan memercikkan
bekas wudhunya kepadaku atau beliau bersabda: “Guyurlah ke (wajah)nya.”
Aku pun siuman lalu aku berkata: “Aku tidak memiliki ahli waris kecuali hanya
saudari-saudari perempuan, bagaimana pembagian warisannya?” Lalu turunlah ayat
warisan.
22. Berdoa Diangkatnya Wabah dan Demam
5677
- عَنْ عَائِشَةَ ڤ، أَنَّهَا قَالَتْ: لَمَّا قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ وُعِكَ
أَبُو بَكْرٍ وَبِلاَلٌ، قَالَتْ: فَدَخَلْتُ عَلَيْهِمَا، فَقُلْتُ: يَا أَبَتِ
كَيْفَ تَجِدُكَ؟ وَيَا بِلاَلُ كَيْفَ تَجِدُكَ؟ قَالَتْ: وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ
إِذَا أَخَذَتْهُ الحُمَّى يَقُولُ:
[البحر
الرجز]
كُلُّ
امْرِئٍ مُصَبَّحٌ فِي أَهْلِهِ ... وَالمَوْتُ أَدْنَى مِنْ شِرَاكِ نَعْلِهِ
وَكَانَ
بِلاَلٌ إِذَا أُقْلِعَ عَنْهُ يَرْفَعُ عَقِيرَتَهُ فَيَقُولُ:
[البحر
الطويل]
أَلاَ
لَيْتَ شِعْرِي هَلْ أَبِيتَنَّ لَيْلَةً ... بِوَادٍ وَحَوْلِي إِذْخِرٌ
وَجَلِيلُ
وَهَلْ
أَرِدَنْ يَوْمًا مِيَاهَ مِجَنَّةٍ ... وَهَلْ تَبْدُوَنْ لِي شَامَةٌ وَطَفِيلُ
قَالَ:
قَالَتْ عَائِشَةُ: فَجِئْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ فَأَخْبَرْتُهُ، فَقَالَ: «اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا المَدِينَةَ كَحُبِّنَا
مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ، وَصَحِّحْهَا، وَبَارِكْ لَنَا فِي صَاعِهَا وَمُدِّهَا،
وَانْقُلْ حُمَّاهَا فَاجْعَلْهَا بِالْجُحْفَةِ»
[1] Yakni Mukmin kadang ditimpa musibah
(ditiup angin) dan kadang mendapatkan kelapangan (berdiri kokoh), sementara
orang munafik hidupnya dalam gemerlap duniawi, tetapi jika mati usai sudah
germerlapnya menuju kesengsaraan alam kubur dan Neraka.
[2] Qosiy:
pakaian katun bercampur sutra, pakaian ini dinamakan dengan nama ini karena
banyak diproduksi di Qosiy sebuah kota di Mesir. Mîtsaroh: alas kecil
terbuat dari sutra berisi katun yang biasa dijadikan tempat duduk di kendaraan.
Kelengkapan hadits ini terdapat di Kitab Pakaian Bab Cincin Emas no. 5175
yaitu larangan memakai (7) wadah dari perak, dan perintah (4) mendoakan orang
yang bersin (yarhamukallôh), (5) menjaga sumpah, (6) menolong orang yang
terzholimi, (7) memenuhi undangan.
[3]
Jabir menanyakan pembagian warisan
sementara dia hanya meninggalkan adik-adik perempuan? Dalam riwayat lain ada
tambahan: lalu turun ayat: “Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian warisan)
anak-anakmu. Yaitu: bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang
anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi
mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu
seorang saja, maka ia memperoleh separuh harta. Dan untuk dua orang ibu-bapak,
bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang
meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak
dan ia diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika
yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam.
(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat
atau (dan) sesudah dibayar utangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu,
kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak)
manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa [4]: 11). Akan tetapi menurut
penelitiah Al-Hafizh Ibnu Hajar, tambahan ini adalah wahm (kekeliruan)
dari perawi, dan yang benar adalah ayat terakhir: “Mereka meminta fatwa
kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: ‘Allah memberi fatwa kepadamu tentang
kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak, tetapi
mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua
dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh
harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara
perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari)
saudara-saudara laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki
sebanyak bagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini)
kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
(QS. An-Nisa [4]: 176)
[4] Idzkir:
serai (lemongrass) bukan rumut alang-alang, kegunaannya sangat banyak di
antaranya untuk menutupi jenazah yang tidak memiliki kain kafan, atap rumah,
pewarna, dan aromanya yang harum biasa dimanfaatkan untuk campuran makanan. Syamah
dan Thofil: dua gunung berjarak 30 mil (± 45 km) dari Makkah, ada pula yang
berpendapat ia adalah nama mata air. Juhfah: miqot penduduk Syam, Mesir,
Maroko, dan biasa disebut Robigh. Buth-han: sebuah lembah di padang
pasir Madinah. 1 sho’ = 4 mud, dan 1 mud = cakupan dua tangan lelaki dewasa standar
penduduk Madinah. Satu sho adalah ukuran zakat Fithri sekitar 3 kg.
[5]
Baghol: peranakan dari perkawinan silang keledai jantan
dan kuda betina. Baghol dimanfaatkan untuk kendaraan dan pengangkutan barang. Birdzaun:
peranakan dari perkawinan silang kuda dan bighol yang asal usulnya bukan dari
Arob. Kedua hewan ini biasa digunakan sebagai kendaraan, dan maksud hadits Nabi
Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berjalan kaki.
[6] Di antara larangan Ihrom adalah
mencukur rambut kepala, tetapi Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
membolehkannya kepada Ka’ab bin Ujroh Rodhiyallohu ‘Anhu karena gangguan
kutu-kutu dengan syarat membayar fidyah, berupa puasa tiga hari, atau memberi
makan enam fakir miskin masing-masing setengah sho’, atau menyembelih kambing.
[7] Umar ketika melihat Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam begitu berat menahan rasa sakit menjelang wafatnya ini,
berijtihad untuk tidak memberatkan beliau, dan mencukupkan apa yang
ditinggalkan beliau berupa Al-Quran dan As-Sunnah. Namun, Ibnu Abbas menyanyangkan
kegaduhan dan perselisihan mereka tersebut. Ada yang berpendapat, surat yang
hendak ditulis beliau adalah wasiat pengangkatan Abu Bakar sebagai kholifah
seperti dalam hadits no. 5666. Allahu a’lam.
[8] Khobab Rodhiyallohu ‘Anhu
iri kepada para temannya dari kalangan Sahabat yang wafat di zaman kenabian
dalam kesempitan hidup dan kemiskinan, sementara dirinya dipanjangkan usinya
oleh Allah dan diberi kekayaan. Dia khawatir jika kelapangan hidup ini akan
mengurangi pahalanya. Hal inilah yang menyebabkannya berandai-andai meninggal
lebih dini, tetapi Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam melarangnya.
[9] Surga tidak seharga dengan amal
sholih yang dikerjakan, sehingga Surga yang diberikan kepada penghuninya murni
kebaikan Allah padanya, karena Allah mencintainya. Sebab yang menjadikan Allah
mencintai hamba-Nya adalah ia beramal sholih, dan amal sholih ini akan
menentukan derajatnya di Surga, apakah tinggi atau rendah. Luruslah:
beramallah dengan ikhlas dan ittiba (sesuai tuntunan), meskipun tidak banyak.
Jika kalian tidak mampu banyak beramal, maka mendekatlah (yakni
sebisanya), karena Surga adalah karunia, bukan harga amal.