Kitab Iman - Shohih Al-Bukhori - Pustaka Syabab
Kitab Iman - Shohih Al-Bukhori Download PDF | WORD 1. Bab: Sabda Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam: “Islam dibangun di atas lima pondasi”...
Kitab Iman - Shohih Al-Bukhori
1. Bab: Sabda Nabi Shollallohu ‘Alaihi
wa Sallam: “Islam dibangun di atas lima pondasi”
2. Bab: Doa yang Kalian Panjatkan
Termasuk Iman Kalian
8- عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «بُنِيَ
الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ
مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ،
وَالحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ»
8. Dari Ibnu Umar Rodhiyallohu ‘Anhu, dia
berkata: Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Islam
dibagun di atas lima pondasi: (1) bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah
selain Allah dan Muhammad utusan Allah, (2) menegakkan sholat, (3) membayar
zakat, (4) haji, dan (5) puasa Romadhon.”
3. Bab: Perkara-Perkara Iman
9- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «الإِيمَانُ
بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً، وَالحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ»
9. Dari Abu
Huroiroh Rodhiyallohu ‘Anhu, dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam,
beliau bersabda: “Iman memiliki enam puluh lebih cabang, dan malu salah satu
cabang dari iman.”[1]
4. Bab: Muslim yang Sempurna Imannya
Jika Kaum Muslimin Selamat dari Gangguan Lisan dan Tangannya
10- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «المُسْلِمُ
مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ، وَالمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ
مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ»
10. Dari Abdullah
bin Amr Rodhiyallohu ‘Anhuma, dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam,
beliau bersabda: “Muslim (yang sempurna imannya) adalah siapa yang kaum
Muslimin selamat dari gangguan lisan dan tangannya. Sementara orang yang hijroh
(sejati) adalah siapa yang hijroh dari apa yang Allah larang.”
5. Bab: Islam Seperti Apa yang Paling
Utama?
11- عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، قَالَ: قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ! أَيُّ الإِسْلاَمِ أَفْضَلُ؟ قَالَ:
«مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ»
11. Dari Abu Musa
Rodhiyallohu ‘Anhu, dia berkata: Orang-orang bertanya: “Wahai Rasulullah!
Islam seperti apa yang paling utama?” Jawab beliau: “Siapa yang kaum
Muslimin selamat dari gangguan lisan dan tangannya.”
6. Bab: Memberi Makan Termasuk Islam
12- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: أَيُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ؟ قَالَ: «تُطْعِمُ الطَّعَامَ، وَتَقْرَأُ
السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ»
12. Dari Abdullah
bin Amr Rodhiyallohu ‘Anhuma, bahwa seseorang bertanya kepada Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam: “Islam seperti apa yang paling baik?” Jawab beliau: “Kamu
memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal maupun yang
tidak kamu kenal.”
7. Bab: Termasuk Iman Mencintai
Saudara Muslim Seperti Mencintai Diri Sendiri
13- عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ،
حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ»
13. Dari Anas Rodhiyallohu
‘Anhu, dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Seseorang
dari kalian tidak sempurna imannya hingga ia mencintai saudaranya seperti ia
mencintai dirinya sendiri.”
8. Bab: Mencintai Rosul Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam Termasuk Iman
14- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «فَوَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ، لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ
وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ»
14. Dari Abu
Huroiroh Rodhiyallohu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku di Tangan-Nya, seseorang dari
kalian tidak sempurna imannya hingga aku lebih dicintainya daripada
ibu-bapaknya dan anaknya.”
15- عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ،
حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ
أَجْمَعِينَ»
15. Dari Anas Rodhiyallohu
‘Anhu, dia berkata: Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Seseorang
dari kalian tidak sempurna imannya hingga aku lebih dicintainya daripada
ibu-bapaknya, anaknya, dan seluruh manusia.”
9. Bab: Manisnya Iman
16- عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «ثَلاَثٌ
مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ
أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ المَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ
إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ
يُقْذَفَ فِي النَّارِ»
16. Dari Anas bin
Malik Rodhiyallohu ‘Anhu, dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam,
beliau bersabda: “Ada tiga perkara, jika ada pada seseorang maka ia akan
merasakan manisnya iman, yaitu (1) jika Allah dan Rosul-Nya lebih ia cintai
daripada selain keduanya, (2) jika ia mencintai seseorang hanya karena Allah,
dan (3) jika ia benci kembali kafir seperti bencinya dilempar ke api.”
10. Bab: Tanda Iman Mencintai Kaum
Anshor
17- عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «آيَةُ الإِيمَانِ حُبُّ
الأَنْصَارِ، وَآيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الأَنْصَارِ»
17. Dari Anas Rodhiyallohu
‘Anhu, dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Tanda
iman adalah mencintai kaum Anshor, dan tanda kemunafikan adalah membenci kaum
Anhsor.”
11. Bab:
18- عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ - وَكَانَ شَهِدَ بَدْرًا وَهُوَ أَحَدُ النُّقَبَاءِ لَيْلَةَ
العَقَبَةِ -: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ -
وَحَوْلَهُ عِصَابَةٌ مِنْ أَصْحَابِهِ -: «بَايِعُونِي عَلَى أَنْ لاَ
تُشْرِكُوا بِاللَّهِ شَيْئًا، وَلاَ تَسْرِقُوا، وَلاَ تَزْنُوا، وَلاَ
تَقْتُلُوا أَوْلاَدَكُمْ، وَلاَ تَأْتُوا بِبُهْتَانٍ تَفْتَرُونَهُ بَيْنَ أَيْدِيكُمْ
وَأَرْجُلِكُمْ، وَلاَ تَعْصُوا فِي مَعْرُوفٍ، فَمَنْ وَفَى مِنْكُمْ فَأَجْرُهُ
عَلَى اللَّهِ، وَمَنْ أَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا فَعُوقِبَ فِي الدُّنْيَا
فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ، وَمَنْ أَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا ثُمَّ سَتَرَهُ
اللَّهُ فَهُوَ إِلَى اللَّهِ، إِنْ شَاءَ عَفَا عَنْهُ وَإِنْ شَاءَ عَاقَبَهُ»،
فَبَايَعْنَاهُ عَلَى ذَلِكَ
18. Dari Ubadah
bin Ash-Shomit Rodhiyallohu ‘Anhu —dia salah satu pasukan Badar dan
anggota delegasi pada malam Aqobah— bahwa Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda saat sekelompok Sahabat mengelilinginya: “Berbaiatlah
kalian kepadaku: (1) jangan menyekutukan Allah dengan apapun, (2) jangan
mencuri, (3) jangan berzina, (4) jangan membunuh anak-anak kalian, (5) jangan
membuat kebohongan yang kalian ada-adakan antara tangan dan kaki kalian
(seperti menuduh berzina dan bersumpah palsu), (6) dan jangan menyelisihi
perintahku. Siapa di antara kalian yang menyempurnakan baiat ini maka pahalanya
ditanggung Allah. Siapa yang melanggar salah satunya lalu dihukum di dunia maka
itu menjadi kafarot (penebus) baginya. Siapa yang melanggar salah satunya lalu
ditutupi Allah maka urusannya diserahkan kepada Allah, jika menghendaki Allah
mengampuninya dan jika menghendaki Allah menyiksanya.” Kami membaiat beliau
atas semua itu.
12. Bab: Termasuk Agama (Iman) Lari
dari Fitnah
19- عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «يُوشِكُ أَنْ يَكُونَ خَيْرَ مَالِ المُسْلِمِ غَنَمٌ يَتْبَعُ
بِهَا شَعَفَ الجِبَالِ وَمَوَاقِعَ القَطْرِ، يَفِرُّ بِدِينِهِ مِنَ الفِتَنِ»
19. Dari Abu Said
Al-Khudri Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: Rasulullah Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Hampir tiba masanya di mana harta terbaik
seorang Muslim adalah kambing yang dia gembalakan di puncak gunung-gunung dan
tempat-tempat turunnya hujan, karena lari menyelamatkan agamanya dari fitnah.”
13. Bab: Sabda Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam: “Aku orang yang paling mengenal Allah di antara kalian,” dan
Mengenal Allah Perbuatan Hati
20- عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا،
قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا
أَمَرَهُمْ، أَمَرَهُمْ مِنَ الأَعْمَالِ بِمَا يُطِيقُونَ، قَالُوا: إِنَّا
لَسْنَا كَهَيْئَتِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ! إِنَّ اللَّهَ قَدْ غَفَرَ لَكَ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ، فَيَغْضَبُ حَتَّى يُعْرَفَ الغَضَبُ
فِي وَجْهِهِ، ثُمَّ يَقُولُ: «إِنَّ أَتْقَاكُمْ وَأَعْلَمَكُمْ بِاللَّهِ
أَنَا»
20. Dari Aisyah Rodhiyallohu
‘Anha, dia berkata: Apabila Rosulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
memerintahkan kepada mereka, beliau memerintahkan amal sesuai kesanggupan. Lalu
mereka berkata: “Kami tidak seperti Anda (yang telah dijamin Surga), wahai
Rasulullah!” Hal itu membuat beliau marah lalu bersabda: “Sesungguhnya orang
yang paling bertakwa dan paling mengenal Allah di antara kalian adalah saya.”
14. Bab: Benci Kembali Kafir Seperti Bencinya
Dilempar ke Api Termasuk Iman
21- عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «ثَلاَثٌ
مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ
أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَمَنْ أَحَبَّ عَبْدًا لاَ يُحِبُّهُ إِلَّا
لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَمَنْ يَكْرَهُ أَنْ يَعُودَ فِي الكُفْرِ، بَعْدَ إِذْ
أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ»
21. Dari Anas bin
Malik Rodhiyallohu ‘Anhu, dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam,
beliau bersabda: “Ada tiga perkara yang jika terdapat pada seseorang maka ia
akan merasakan manisnya iman, yaitu (1) siapa yang Allah dan Rosul-Nya lebih ia
cintai daripada selain keduanya, (2) siapa yang mencintai seseorang hanya
karena Allah, dan (3) siapa yang benci kembali kafir setelah Allah
menyelematkannya seperti kebenciannya dilempar ke api.”
15. Bab: Ahli Iman Berbeda
Tingkatannya dalam Amal
22- عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «يَدْخُلُ
أَهْلُ الجَنَّةِ الجَنَّةَ، وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ، ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ
تَعَالَى: أَخْرِجُوا مِنَ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ
مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ فَيُخْرَجُونَ مِنْهَا قَدِ اسْوَدُّوا، فَيُلْقَوْنَ
فِي نَهَرِ الحَيَا، أَوِ الحَيَاةِ- شَكَّ مَالِكٌ- فَيَنْبُتُونَ كَمَا تَنْبُتُ
الحِبَّةُ فِي جَانِبِ السَّيْلِ، أَلَمْ تَرَ أَنَّهَا تَخْرُجُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً»
22. Dari Abu Said
Al-Khudri Rodhiyallohu ‘Anhu, dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam,
beliau bersabda: “Ahli Surga akan masuk Surga dan ahli Neraka akan masuk
Neraka, lalu Allah berfirman: ‘Keluarkan dari Neraka siapa saja yang di hatinya
ada iman meskipun hanya seberat biji sawi.’ Maka mereka dikeluarkan dalam
kondisi gosong lalu dimasukkan ke dalam sungai kehidupan. Mereka tumbuh kembali
seperti tumbuhnya biji di tepi aliran sungai. Tidakkah kamu lihat ia tumbuh
menguning (sangat bagus)?”
23- عَنْ أَبَا سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «بَيْنَا
أَنَا نَائِمٌ، رَأَيْتُ النَّاسَ يُعْرَضُونَ عَلَيَّ وَعَلَيْهِمْ قُمُصٌ،
مِنْهَا مَا يَبْلُغُ الثُّدِيَّ، وَمِنْهَا مَا دُونَ ذَلِكَ، وَعُرِضَ عَلَيَّ
عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ وَعَلَيْهِ قَمِيصٌ يَجُرُّهُ»، قَالُوا: فَمَا
أَوَّلْتَ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «الدِّينَ»
23. Dari Abu Said Al-Khudri Rodhiyallohu
‘Anhu, dia berkata: Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda: “Ketika aku tidur, aku bermimpi melihat manusia yang ditampakkan
kepadaku memakai gamis. Ada yang gamisnya mencapai dada dan ada yang di
bawahnya. Umar bin Khothob ditampakkan pula kepadaku memakai gamis panjang yang
diseretnya.” Mereka bertanya: “Apa tawil mimpi itu wahai Rasululah?” Jawab
beliau: “Agama.”
16. Bab: Malu Termasuk Iman
24- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ
عَلَى رَجُلٍ مِنَ الأَنْصَارِ، وَهُوَ يَعِظُ أَخَاهُ فِي الحَيَاءِ، فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «دَعْهُ؛ فَإِنَّ الحَيَاءَ
مِنَ الإِيمَانِ»
24. Dari Abdullah
bin Umar Rodhiyallohu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam melewati seorang Anhsor yang sedang menasihati saudaranya agar tidak
terlalu banyak malu, lalu Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda: “Biarkan saja dia, karena malu termasuk iman.”
17. Bab: “Jika mereka (musyrikin)
bertaubat, menegakkan sholat dan membayar zakat, maka berilah mereka kebebasan
berjalan” (QS. At-Taubah: 5)
25- عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «أُمِرْتُ
أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ، وَيُؤْتُوا
الزَّكَاةَ، فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ
إِلَّا بِحَقِّ الإِسْلاَمِ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ»
25. Dari Ibnu
Umar Rodhiyallohu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda: “Aku diperintah Allah agar memerangi manusia sampai
mereka bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad
utusan Allah, menegakkan sholat, dan menunaikan zakat. Jika mereka melakukannya
maka darah dan harta mereka terjaga dariku kecuali dengan hak Islam, sementara
hisab mereka diserahkan kepada Allah.”[2]
18. Bab: Pendapat Bahwa Iman Adalah
Amal
26- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ: أَيُّ
العَمَلِ أَفْضَلُ؟ فَقَالَ: «إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ»، قِيلَ:
ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: «الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ»، قِيلَ: ثُمَّ
مَاذَا؟ قَالَ: «حَجٌّ مَبْرُورٌ»
26. Dari Abu Huroiroh
Rodhiyallohu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
ditanya: “Amal seperti apa yang paling utama?” Jawab beliau: “Beriman kepada
Allah dan Rosul-Nya.” Tanyanya lagi: “Kemudian apa?” Jawab beliau: “Jihad
fi sabilillah.” Tanyanya lagi: “Kemudian apa?” Jawab beliau: “Haji
Mabrur.”[3]
19. Bab: Jika Tidak Tulus Masuk Islam
Tetapi Karena Menyerah Atau Takut Dibunuh
27- عَنْ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْطَى رَهْطًا وَسَعْدٌ
جَالِسٌ، فَتَرَكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا هُوَ
أَعْجَبُهُمْ إِلَيَّ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! مَا لَكَ عَنْ فُلاَنٍ؟
فَوَاللَّهِ، إِنِّي لَأَرَاهُ مُؤْمِنًا، فَقَالَ: «أَوْ مُسْلِمًا»،
فَسَكَتُّ قَلِيلًا، ثُمَّ غَلَبَنِي مَا أَعْلَمُ مِنْهُ، فَعُدْتُ لِمَقَالَتِي،
فَقُلْتُ: مَا لَكَ عَنْ فُلاَنٍ؟ فَوَاللَّهِ، إِنِّي لَأَرَاهُ مُؤْمِنًا،
فَقَالَ: «أَوْ مُسْلِمًا»، ثُمَّ غَلَبَنِي مَا أَعْلَمُ مِنْهُ فَعُدْتُ
لِمَقَالَتِي، وَعَادَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ
قَالَ: «يَا سَعْدُ! إِنِّي لَأُعْطِيَ الرَّجُلَ، وَغَيْرُهُ أَحَبُّ إِلَيَّ
مِنْهُ، خَشْيَةَ أَنْ يَكُبَّهُ اللَّهُ فِي النَّارِ»
27. Dari Saad bin
Abi Waqqosh Rodhiyallohu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi
wa Sallam memberi sekelompok orang (antara 3-10 orang) saat Saad duduk. Akan
tetapi Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam tidak memberi satu orang
yang menurutku dia orang paling baik (keislamannya) di antara mereka. Aku
berkata: “Wahai Rasulullah! Kenapa Anda tidak
memberi si fulan? Demi Allah, aku memandangnya seorang Mukmin.” Beliau
menjawab: “Atau Muslim?” Aku terdiam sejenak lalu pengetahuanku tentang
orang itu mendorongku mengulangi pernyataanku lagi: “Wahai Rasulullah! Kenapa
Anda tidak memberi si fulan? Demi Allah,
aku memandangnya seorang Mukmin.” Beliau menjawab: “Atau Muslim?” Aku
terdiam sejenak lalu pengetahuanku tentang orang itu mendorongku mengulangi
pernyataanku tersebut dan Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
menjawab dengan jawaban yang sama lalu bersabda: “Wahai Saad! Sungguh aku
memberi seseorang padahal orang lain lebih kucintai dari dirinya, karena aku
khawatir Allah menelungkupkan wajahnya ke Neraka.”[4]
20. Bab: Menyebarkan Salam Bagian dari
Islam
28- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ
اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: أَيُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ؟ قَالَ: «تُطْعِمُ الطَّعَامَ، وَتَقْرَأُ
السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ»
28. Dari Abdullah
bin Amr Rodhiyallohu ‘Anhuma, bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah
Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam: “Islam seperti apa yang paling baik?”
Jawab beliau: “Kamu memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang
kamu kenal maupun tidak kamu kenal.”
21. Bab: Kufur Kepada Suami, dan
Adanya Kufur di Bawah Kufur Lainnya
29- عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أُرِيتُ
النَّارَ؛ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ، يَكْفُرْنَ»، قِيلَ:
أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ؟ قَالَ: «يَكْفُرْنَ العَشِيرَ، وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ،
لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا،
قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ»
29. Dari Ibnu
Abbas Rodhiyallohu ‘Anhuma, dia berkata: Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda: “Neraka diperlihatkan kepadaku, ternyata kebanyakan
penghuninya adalah wanita-wanita yang kafir.” Ada yang bertanya: “Apakah
mereka kafir kepada Allah?” Jawab beliau: “Mereka kafir kepada suami dengan
mengingkari kebaikan-kebaikannya. Seandainya salah seorang dari kalian (suami)
berbuat baik sepanjang hidupnya kepada mereka (para istri) lalu mereka melihat
apa yang tidak disukainya darimu, maka ia berkata: ‘Aku tidak pernah melihat
ada kebaikan sedikitpun darimu.’”
22. Bab: Perbuatan Maksiat Termasuk
Kebiasaan Jahiliyah dan Pelakunya Tidak Dikafirkan Kecuali Perbuatan Syirik
30- عَنِ المَعْرُورِ بْنِ سُوَيْدٍ، قَالَ:
لَقِيتُ أَبَا ذَرٍّ بِالرَّبَذَةِ، وَعَلَيْهِ حُلَّةٌ، وَعَلَى غُلاَمِهِ
حُلَّةٌ، فَسَأَلْتُهُ عَنْ ذَلِكَ، فَقَالَ: إِنِّي سَابَبْتُ رَجُلًا
فَعَيَّرْتُهُ بِأُمِّهِ، فَقَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «يَا أَبَا ذَرٍّ! أَعَيَّرْتَهُ بِأُمِّهِ؟ إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ
جَاهِلِيَّةٌ، إِخْوَانُكُمْ خَوَلُكُمْ، جَعَلَهُمُ اللَّهُ تَحْتَ أَيْدِيكُمْ،
فَمَنْ كَانَ أَخُوهُ تَحْتَ يَدِهِ، فَلْيُطْعِمْهُ مِمَّا يَأْكُلُ،
وَلْيُلْبِسْهُ مِمَّا يَلْبَسُ، وَلاَ تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ، فَإِنْ
كَلَّفْتُمُوهُمْ فَأَعِينُوهُمْ»
30. Dari
Al-Ma’rur bin Suwaid, ia berkata: Aku berjumpa Abu Dzar di Robadzah memakai hullah
didampingi budaknya yang juga memakai hullah, lalu aku tanyakan hal itu
kepadanya. Dia menjawab: Aku pernah memaki seseorang (Bilal bin Robah) dengan
memaki ibunya lalu Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepadaku:
“Wahai Abu Dzar! Kamu memaki ibunya?! Pada dirimu ada perangai Jahiliyyah.
Saudara-saudara (budak-budak) kalian adalah orang-orang yang membantu kalian,
yang Allah jadikan mereka di bawah kuasa kalian. Siapa yang saudaranya berada
di kuasanya maka berilah ia makan seperti apa yang ia makan, berilah pakaian
seperti yang ia pakai, dan kalian jangan membebani mereka tugas yang tidak
mampu mereka pikul. Jika kalian terpaksa membebani mereka, maka bantulah
mereka.”[5]
Bab: “Jika dua kelompok kaum Mukminin
saling berperang maka damaikanlah keduanya” (QS. Al-Hujurot: 9)
31- عَنِ الأَحْنَفِ بْنِ قَيْسٍ، قَالَ:
ذَهَبْتُ لِأَنْصُرَ هَذَا الرَّجُلَ، فَلَقِيَنِي أَبُو بَكْرَةَ فَقَالَ أَيْنَ
تُرِيدُ؟ قُلْتُ: أَنْصُرُ هَذَا الرَّجُلَ، قَالَ: ارْجِعْ فَإِنِّي سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِذَا التَقَى
المُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا فَالقَاتِلُ وَالمَقْتُولُ فِي النَّارِ»،
فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! هَذَا القَاتِلُ، فَمَا بَالُ المَقْتُولِ؟ قَالَ:
«إِنَّهُ كَانَ حَرِيصًا عَلَى قَتْلِ صَاحِبِهِ»
31. Dari Al-Ahnaf
bin Qois, ia berkata: Aku pergi untuk menolong seorang lelaki (Ali bin Abi
Tholib) lalu Abu Bakroh menjumpaiku dan berkata: “Kamu henda ke mana?” Jawabku:
“Menolong lelaki itu.” Dia berkata: “Pulanglah, aku mendengar Rasulullah Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Apabila dua orang Muslim saling bertemu masing-masing
membawa pedang, maka orang yang membunuh dan yang terbunuh di Neraka.’ Aku
bertanya: ‘Wahai Rasulullah! Ini yang membunuh (kami tahu), kenapa yang dibunuh
masuk Neraka juga?’ Jawab beliau: ‘Karena dia sangat berhasrat membunuh
saudaranya.’”[6]
23. Bab: Kezholiman di Bawah
Kezholiman Lain
32- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ
يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ} [الأنعام: 82] قَالَ أَصْحَابُ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّنَا لَمْ يَظْلِمْ؟ فَأَنْزَلَ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ} [لقمان: 13]
23. Dari Abdullah
bin Mas’ud Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: Ketika turun ayat: “Orang-orang
beriman yang tidak mencampur iman mereka dengan kezholiman (kesyirikan),
merekalah orang-orang yang mendapatkan keamanan (di dunia dan Mahsyar) dan
mendapat petunjuk (masuk Surga)” (QS. Al-An’am [6]: 82), beberapa Sahabat
Rosulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Siapa di antara kami
yang belum melakukan kezholiman??” Lalu Allah menurunkan ayat: “Sesungguhnya
syirik adalah kezholiman yang paling besar.” (QS. Luqman: 13)
24. Bab: Tanda-Tanda Orang Munafik
33- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «آيَةُ
المُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا
اؤْتُمِنَ خَانَ»
33. Dari Abu Huroiroh
Rodhiyallohu ‘Anhu, dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam,
beliau bersabda: “Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara berdusta,
jika berjanji melanggar, dan jika dipercaya berkhianat.”
34- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ
اللهُ عَنْهُمَا: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «أَرْبَعٌ
مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ
مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا: إِذَا
اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا
خَاصَمَ فَجَرَ»
34. Dari Abdullah
bin Amr Rodhiyallohu ‘Anhuma, bahwa Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda: “Ada empat perkara yang jika terdapat pada seseorang
maka ia munafik tulen. Jika salah satunya terdapat pada dirinya maka di dalam
dirinya ada perangai kemunafikan sampai meninggalkannya, yaitu jika dipercaya
khianat, jika berbicara berdusta, jika berjanji melanggar, dan jika bertengkar
curang.”
25. Bab: Menghidupkan Lailatul Qodar
Termasuk Iman
35- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ
يَقُمْ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ
مِنْ ذَنْبِهِ»
35. Dari Abu Huroiroh
Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda: “Siapa yang menghidupkan Lailatul Qodar (dengan
ibadah-ibadah) karena landasan iman dan ihtisab, maka dosa-dosanya yang lalu
diampuni.”[7]
26. Bab: Jihad Termasuk Iman
36- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «انْتَدَبَ
اللَّهُ لِمَنْ خَرَجَ فِي سَبِيلِهِ - لاَ يُخْرِجُهُ إِلَّا إِيمَانٌ بِي
وَتَصْدِيقٌ بِرُسُلِي - أَنْ أُرْجِعَهُ بِمَا نَالَ مِنْ أَجْرٍ أَوْ غَنِيمَةٍ،
أَوْ أُدْخِلَهُ الجَنَّةَ. وَلَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي مَا قَعَدْتُ
خَلْفَ سَرِيَّةٍ، وَلَوَدِدْتُ أَنِّي أُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ
أُحْيَا، ثُمَّ أُقْتَلُ ثُمَّ أُحْيَا، ثُمَّ أُقْتَلُ»
36. Dari Abu Huroiroh
Rodhiyallohu ‘Anhu, dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam,
beliau bersabda: “Allah menjamin pahala bagi siapa saja yang keluar berjihad
di jalan-Nya —dorongannya hanya karena beriman kepada-Ku dan membenarkan
Rosul-Ku— bahwa Aku akan memulangkannya dengan membawa pahala atau ghonimah
atau memasukkannya ke Surga.’ Seandainya aku tidak memberatkan umatku, aku ikut
berangkat berjihad bersama sariyyah (utusan pasukan). Sungguh aku sangat ingin
terbunuh di jalan Allah lalu dihidupkan kembali, lalu terbunuh dan dihidupkan
kembali, lalu terbunuh.”[8]
27. Bab: Menjalankan Ibadah-Ibadah
Sunnah di Romadhon Termasuk Iman
37- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ
قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ»
37. Dari Abu Huroiroh
Rodhiyallohu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda: “Siapa yang menghidupkan Romadhon (dengan ibadah-ibadah) karena
iman dan mengharap pahala, maka dosa-dosanya yang lalu diampuni.”
28. Bab: Berpuasa Romadhon Karena
Mengharap Pahala Termasuk Iman
38- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ
صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ»
38. Dari Abu Huroiroh
Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda: “Siapa yang puasa Romadhon karena iman dan mengharap
pahala, maka dosa-dosanya yang lalu diampuni.”
29. Bab: Agama Itu Mudah
39- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «إِنَّ الدِّينَ
يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ، فَسَدِّدُوا،
وَقَارِبُوا، وَأَبْشِرُوا، وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ
مِنَ الدُّلْجَةِ»
39. Dari Abu Huroiroh
Rodhiyallohu ‘Anhu, dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam,
beliau bersabda: “Agama itu mudah. Siapapun yang berlebihan dalam beragama
pasti akan kalah. Maka luruslah, mendekatlah, dan bergembiralah, dan mintalah
tolong dalam beribadah dengan waktu awal pagi, awal siang, dan awal malam.”[9]
30. Bab: Sholat Termasuk Iman
40- عَنِ البَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ أَوَّلَ
مَا قَدِمَ المَدِينَةَ نَزَلَ عَلَى أَجْدَادِهِ - أَوْ قَالَ: أَخْوَالِهِ - مِنَ
الأَنْصَارِ، وَأَنَّهُ صَلَّى قِبَلَ بَيْتِ المَقْدِسِ سِتَّةَ عَشَرَ شَهْرًا -
أَوْ سَبْعَةَ عَشَرَ شَهْرًا -، وَكَانَ يُعْجِبُهُ أَنْ تَكُونَ قِبْلَتُهُ
قِبَلَ البَيْتِ، وَأَنَّهُ صَلَّى أَوَّلَ صَلاَةٍ صَلَّاهَا صَلاَةَ العَصْرِ،
وَصَلَّى مَعَهُ قَوْمٌ، فَخَرَجَ رَجُلٌ مِمَّنْ صَلَّى مَعَهُ، فَمَرَّ عَلَى
أَهْلِ مَسْجِدٍ وَهُمْ رَاكِعُونَ، فَقَالَ: أَشْهَدُ بِاللَّهِ، لَقَدْ
صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِبَلَ مَكَّةَ،
فَدَارُوا كَمَا هُمْ قِبَلَ البَيْتِ، وَكَانَتِ اليَهُودُ قَدْ أَعْجَبَهُمْ
إِذْ كَانَ يُصَلِّي قِبَلَ بَيْتِ المَقْدِسِ وَأَهْلُ الكِتَابِ، فَلَمَّا
وَلَّى وَجْهَهُ قِبَلَ البَيْتِ؛ أَنْكَرُوا ذَلِكَ، وَأَنَّهُ مَاتَ عَلَى
القِبْلَةِ قَبْلَ أَنْ تُحَوَّلَ رِجَالٌ وَقُتِلُوا، فَلَمْ نَدْرِ مَا نَقُولُ
فِيهِمْ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى: {وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ
إِيمَانَكُمْ} [البقرة: 143]
40. Dari Al-Baro
bin Azib Rodhiyallohu ‘Anhu, bahwa pertama tiba di Madinah, Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam singgah di rumah kakek-kakeknya atau paman-pamannya (dari
jalur ibu) dari kaum Anshor. Beliau sholat menghadap Baitul Maqdis (Palestina)
selama 16 atau 17 bulan. Beliau sangat berharap qiblatnya dipindah ke
Baitullah. Sholat pertama kali beliau menghadap Ka’bah adalah sholat Ashar
bersama para Sahabatnya, lalu seseorang yang sudah sholat berjamaah keluar dan
melewati orang-orang yang sedang rukuk di sebuah Masjid lalu ia berkata: “Aku
bersaksi kepada Allah bahwa aku benar-benar telah sholat bersama Rosulullah Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam menghadap Makkah.” Lalu jamaah tersebut berputar ke arah
Baitullah. Orang-orang Yahudi dan Nashrani sangat senang kaum Muslimin sholat
mengharap Baitul Maqdis. Ketika beliau menghadap ke arah Baitullah, mereka
mengingkarinya. Beberapa Sahabat yang terbunuh, dahulu sholatnya menghadap
qiblat Baitul Maqdis sebelum dipindah, dan kami tidak tahu harus mengatakan apa
tentang mereka, lalu Allah menurunkan ayat: “Dan Allah tidak menyia-nyiakan
iman (sholat) kalian.” (QS. Al-Baqoroh [2]: 143)
31. Bab: Baiknya Islam Seseorang
41- عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ، أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: «إِذَا أَسْلَمَ العَبْدُ فَحَسُنَ إِسْلاَمُهُ؛ يُكَفِّرُ اللَّهُ
عَنْهُ كُلَّ سَيِّئَةٍ كَانَ زَلَفَهَا، وَكَانَ بَعْدَ ذَلِكَ القِصَاصُ:
الحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ، وَالسَّيِّئَةُ
بِمِثْلِهَا إِلَّا أَنْ يَتَجَاوَزَ اللَّهُ عَنْهَا»
41. Dari Abu Said
Al-Khudri Rodhiyallohu ‘Anhu, bahwa dia mendengar Rasulullah Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila seorang hamba baik Islamnya, maka
Allah menghapus dosa-dosanya yang dahulu pernah dikerjakannya (sebelum masuk
Islam), dan setelah itu berlaku ketentuan: satu kebaikan dibalas sepuluh lipat
hingga tujuh ratus lipat, sementara keburukan dibalas satu keburuan, kecuali
jika Allah memaafkannya.”[10]
42- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا
أَحْسَنَ أَحَدُكُمْ إِسْلاَمَهُ؛ فَكُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ
بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ، وَكُلُّ سَيِّئَةٍ
يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِمِثْلِهَا»
42. Dari Abu Huroiroh
Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda: “Jika Islam seseorang dari kalian bagus, maka setiap
kebaikan yang dikerjakannya ditulis sepuluh lipat hingga tujuh ratus lipat,
sementara setiap keburukan yang dikerjakannya ditulis hanya satu.”
32. Bab: Agama (Ibadah) yang Paling Dicintai
Allah Jika Dikerjakan Secara Rutin
43- عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا،
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهَا وَعِنْدَهَا
امْرَأَةٌ، قَالَ: «مَنْ هَذِهِ؟»
قَالَتْ: فُلاَنَةُ، تَذْكُرُ مِنْ صَلاَتِهَا، قَالَ:
«مَهْ! عَلَيْكُمْ بِمَا تُطِيقُونَ، فَوَاللَّهِ لاَ يَمَلُّ اللَّهُ حَتَّى
تَمَلُّوا، وَكَانَ أَحَبَّ الدِّينِ إِلَيْهِ مَادَامَ عَلَيْهِ صَاحِبُهُ»
43. Dari Aisyah Rodhiyallohu
‘Anha, bahwa Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam menemuinya saat di
sisinya ada seorang wanita lalu beliau bertanya: “Siapa wanita ini?”
Jawabnya: “Fulanah.” Aisyah memuji sholatnya (gemar qiyamul lail). Beliau
bersabda: “Nasihati dia! Beribadahlah kalian sesuai kesanggupan. Demi Allah,
Allah tidak akan bosan (memberi pahala) kecuali kalian bosan (jenuh hingga
meninggalkan ibadah). Ibadah yang paling dicintai Allah adalah yang dikerjakan
pelakunya secara kontinyu (rutin).”[11]
33. Bab: Iman Bisa Bertambah dan Bisa
Berkurang
44- عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ
مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ شَعِيرَةٍ مِنْ
خَيْرٍ. وَيَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَفِي
قَلْبِهِ وَزْنُ بُرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ. وَيَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ»
44. Dari Anas bin
Malik Rodhiyallohu ‘Anhu, dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam,
beliau bersabda: “Akan keluar dari Neraka siapa saja yang mengucapkan Laa
ilaaha illa Allah dan di hatinya ada iman seberat biji gandum syair. Akan
keluar dari Neraka siapa saja yang mengucapkan Laa ilaaha illa Allah dan di
hatinya ada iman seberat biji gandum burr (butirannya lebih kecil dari syair).
Akan keluar dari Neraka siapa saja yang mengucapkan Laa ilaaha illa Allah dan
di hatinya ada iman seberat dzarroh (butiran terkecil yang dikenal orang
Arob).”
45- عَنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَجُلًا مِنَ اليَهُودِ قَالَ لَهُ: يَا أَمِيرَ
المُؤْمِنِينَ! آيَةٌ فِي كِتَابِكُمْ تَقْرَءُونَهَا، لَوْ عَلَيْنَا مَعْشَرَ
اليَهُودِ نَزَلَتْ؛ لاَتَّخَذْنَا ذَلِكَ اليَوْمَ عِيدًا، قَالَ: أَيُّ آيَةٍ؟
قَالَ: {اليَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ
نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا} [المائدة: 3]، قَالَ عُمَرُ:
«قَدْ عَرَفْنَا ذَلِكَ اليَوْمَ وَالمَكَانَ الَّذِي نَزَلَتْ فِيهِ عَلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَهُوَ قَائِمٌ بِعَرَفَةَ يَوْمَ
جُمُعَةٍ»
45. Dari Umar bin
Al-Khothob Rodhiyallohu ‘Anhu, bahwa seorang Yahudi berkata kepadanya:
“Wahai Amirul Mukminin! Ada sebuah ayat dari Kitab kalian yang biasa kalian
baca, seandainya turun kepada kami kaum Yahudi, tentulah kami jadikan hari itu
sebagai hari raya.” Umar bertanya: “Ayat yang mana?” Dia menjawab: “Pada
hari ini telah Ku-sempurnakan agama Islam untuk kalian, dan telah
Ku-sempurnakan nikmat-Ku atas kalian, serta Ku-ridhoi Islam sebagai agama untuk
kalian” (QS. Al-Maidah [5]: 3). Umar berkata: “Aku tahu hari kapan itu dan
waktu turunnya ayat itu kepada Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, yaitu
saat beliau berdiri di Arofah pada hari Jum’at.”
34. Bab: Zakat Termasuk Islam (Iman)
46 –
عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ
إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَهْلِ نَجْدٍ
ثَائِرَ الرَّأْسِ، يُسْمَعُ دَوِيُّ صَوْتِهِ وَلاَ يُفْقَهُ مَا يَقُولُ، حَتَّى
دَنَا، فَإِذَا هُوَ يَسْأَلُ عَنِ الإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِي اليَوْمِ وَاللَّيْلَةِ»،
فَقَالَ: هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهَا؟ قَالَ: «لاَ، إِلَّا أَنْ تَطَوَّعَ»،
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَصِيَامُ رَمَضَانَ»،
قَالَ: هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهُ؟ قَالَ: «لاَ، إِلَّا أَنْ تَطَوَّعَ»،
قَالَ: وَذَكَرَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
الزَّكَاةَ، قَالَ: هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهَا؟ قَالَ: «لاَ، إِلَّا أَنْ
تَطَوَّعَ»، قَالَ: فَأَدْبَرَ الرَّجُلُ وَهُوَ يَقُولُ: وَاللَّهِ لاَ
أَزِيدُ عَلَى هَذَا وَلاَ أَنْقُصُ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «أَفْلَحَ إِنْ صَدَقَ»
46. Dari Tholhah
bin Ubaidillah Rodhiyallohu ‘Anhu, dia berkata: Seseorang dari penduduk
Nejed datang kepada Rosulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam dalam keadaan
rambutnya acak-acakan dan teriakan suaranya dari jauh terdengar tetapi tidak
jelas. Setelah mendekat, ia bertanya tentang Islam lalu Rasulullah Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam menjawab: “Sholat lima waktu sehari semalam.” Dia
bertanya: “Apakah ada kewajiban sholat lain untukku?” Jawab beliau: “Tidak
ada, kecuali jika kamu mau menambah sholat sunnah.” Rasululah Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam melanjutkan: “Dan puasa Romadhon.” Dia bertanya:
“Apakah ada kewajiban puasa lain untukku?” Jawab beliau: “Tidak ada, kecuali
kamu mau menambah puasa sunnah.” Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam menyinggung zakat lalu orang itu bertanya: “Apakah ada kewajiban
zakat lain atasku?” Jawab beliau: “Tidak ada, kecuali jika kamu mau menambah
sedekah.” Lalu lelaki itu pergi sambil berkata: “Demi Allah, aku tidak akan
menambah melebihi ini dan tidak pula menguranginya.” Rasulullah Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Dia beruntung (masuk Surga) jika jujur.”
35. Bab: Mengiringi Janazah Termasuk
Iman
47- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنِ
اتَّبَعَ جَنَازَةَ مُسْلِمٍ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، وَكَانَ مَعَهُ حَتَّى
يُصَلَّى عَلَيْهَا وَيَفْرُغَ مِنْ دَفْنِهَا؛ فَإِنَّهُ يَرْجِعُ مِنَ الأَجْرِ
بِقِيرَاطَيْنِ، كُلُّ قِيرَاطٍ مِثْلُ أُحُدٍ، وَمَنْ صَلَّى عَلَيْهَا ثُمَّ
رَجَعَ قَبْلَ أَنْ تُدْفَنَ؛ فَإِنَّهُ يَرْجِعُ بِقِيرَاطٍ»
47. Dari Abu Huroiroh
Rodhiyallohu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda: “Siapa saja mengiringi janazah seorang Muslim karena iman dan
mengharap pahala, dan selalu menyertainya hingga ikut menyolatinya dan menguburkannya,
maka dia pulang membawa pahala dua qiroth, masing-masing satu qiroth sebesar
gunung Uhud. Siapa saja yang menyolatinya lalu pulang sebelum dikuburkan, maka
dia pulang membawa satu qiroth.”
36. Bab: Kekhawatiran Mukmin Bila
Amalnya Terhapus Tanda Sadar
48- عَنْ زُبَيْدٍ، قَالَ: سَأَلْتُ أَبَا
وَائِلٍ عَنِ المُرْجِئَةِ، فَقَالَ: حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «سِبَابُ المُسْلِمِ فُسُوقٌ،
وَقِتَالُهُ كُفْرٌ»
48. Dari Zubaid,
ia berkata: Aku bertanya kepada Abu Wail tentang Murjiah, lalu ia menjawab:
Abdullah bin Mas’ud mengabarkan kepadaku bahwa Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda: “Mencaci Muslim adalah kefasikan, dan membunuhnya
adalah kekufuran.”[12]
49- عَنْ عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ
يُخْبِرُ بِلَيْلَةِ القَدْرِ، فَتَلاَحَى رَجُلاَنِ مِنَ المُسْلِمِينَ، فَقَالَ:
«إِنِّي خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ القَدْرِ، وَإِنَّهُ تَلاَحَى
فُلاَنٌ وَفُلاَنٌ؛ فَرُفِعَتْ، وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ،
التَمِسُوهَا فِي السَّبْعِ وَالتِّسْعِ وَالخَمْسِ»
39. Dari Ubadah
bin Ash-Shomit Rodhiyallohu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam keluar untuk mengabarkan kapan Lailatul Qodar. Ternyata
ada dua orang dari kaum Muslimin sedang bertengkar (adu mulut), lalu beliau
bersabda: “Aku keluar untuk mengabarkan kepada kalian kapan Lailatul Qodar,
dan ternyata si A dan si B sedang adu mulut sehingga pengetahuanku tentang itu
diangkat, mudah-mudahan ini lebih baik bagi kalian. Carilah ia di tanggal 27,
29, dan 25.”
37. Bab: Pertanyaan Jibril Kepada Nabi
Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam Tentang Iman, Islam, dan Tanda Kiamat,
Beserta Jawaban Beliau
50- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَارِزًا
يَوْمًا لِلنَّاسِ، فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ: مَا الإِيمَانُ؟ قَالَ: «الإِيمَانُ
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَبِلِقَائِهِ، وَرُسُلِهِ،
وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ»، قَالَ: مَا الإِسْلاَمُ؟ قَالَ: «الإِسْلاَمُ:
أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمَ الصَّلاَةَ، وَتُؤَدِّيَ
الزَّكَاةَ المَفْرُوضَةَ، وَتَصُومَ رَمَضَانَ»، قَالَ: مَا الإِحْسَانُ؟
قَالَ: «أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ
فَإِنَّهُ يَرَاكَ»، قَالَ: مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ: «مَا المَسْئُولُ
عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ، وَسَأُخْبِرُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا: إِذَا
وَلَدَتِ الأَمَةُ رَبَّهَا، وَإِذَا تَطَاوَلَ رُعَاةُ الإِبِلِ البُهْمُ فِي
البُنْيَانِ، فِي خَمْسٍ لاَ يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ»، ثُمَّ تَلاَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ
السَّاعَةِ} [لقمان: 34] الآيَةَ، ثُمَّ أَدْبَرَ فَقَالَ: «رُدُّوهُ»،
فَلَمْ يَرَوْا شَيْئًا، فَقَالَ: «هَذَا جِبْرِيلُ جَاءَ يُعَلِّمُ النَّاسَ
دِينَهُمْ»
50. Dari Abu Huroiroh
Rodhiyallohu ‘Anhu, dia berkata: Pada suatu hari Nabi Shollallohu ‘Alaihi
wa Sallam keluar dan dikelilingi manusia. Tiba-tiba Jibril datang dan
bertanya: “Apa itu iman?” Beliau menjawab: “Iman adalah kamu beriman kepada
Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rosul-Rosul-Nya, dan kamu beriman
kepada hari Kebangkitan.” Dia bertanya lagi: “Apa itu Islam?” Beliau
menjawab: “Islam adalah kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya
dengan apapun, menegakkan sholat, menunaikan zakat wajib, dan puasa Romadhon.”
Dia bertanya lagi: “Apa itu ihsan?” Jawab beliau: “Kamu menyembah Allah
seakan-akan melihat-Nya, jika tidak melihat-Nya (kamu yakin) Dia melihatmu.”
Dia bertanya lagi: “Kapan hari Kiamat?” Jawab beliau: “Yang ditanya lebih
tidak tahu daripada yang bertanya. Tetapi akau kukabarkan kepadamu
tanda-tandanya, yaitu ketika budak wanita melahirkan majikannya, ketika para
penggembala kambing berlomba-lomba meninggikan bangunan, dan (ilmu tentang
Kiamat termaktub dalam salah satu dari) lima perkara yang hanya diketahui
Allah.” Lalu Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam membaca ayat: “Sesungguhnya
hanya di sisi Allah pengetahuan tentang Kiamat, dan Dia menurunkan hujan, dan
Dia mengetahui apa yang ada di rahim (laki atau perempuan). Tidak ada satu jiwa
pun yang tahu apa yang akan diperbuatnya esok hari, dan tidak ada satu jiwa pun
yang tahu di bagian bumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Teliti.” (QS. Luqman [31]: 34) Lalu Nabi Shollallohu ‘Alaihi
wa Sallam bersabda: “Panggil kembali orang itu.” Akan tetapi
orang-orang tidak melihat bekas apapun, lalu beliau bersabda: “Dia adalah
Jibril yang datang untuk mengajari manusia agama.”[13]
51- عَنْ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: أَخْبَرَنِي أَبُو سُفْيَانَ بْنُ حَرْبٍ، أَنَّ
هِرَقْلَ قَالَ لَهُ: سَأَلْتُكَ هَلْ يَزِيدُونَ أَمْ يَنْقُصُونَ؟ فَزَعَمْتَ
أَنَّهُمْ يَزِيدُونَ، وَكَذَلِكَ الإِيمَانُ حَتَّى يَتِمَّ، وَسَأَلْتُكَ هَلْ
يَرْتَدُّ أَحَدٌ سَخْطَةً لِدِينِهِ بَعْدَ أَنْ يَدْخُلَ فِيهِ؟ فَزَعَمْتَ أَنْ
لاَ، وَكَذَلِكَ الإِيمَانُ، حِينَ تُخَالِطُ بَشَاشَتُهُ القُلُوبَ لاَ يَسْخَطُهُ
أَحَدٌ
51. Dari Abdullah
bin Abbas Rodhiyallohu ‘Anhu, dia berkata: Abu Sufyan mengabarkan
kepadaku bahwa Heraklius berkata kepadanya: “Aku bertanya kepadamu, apakah
pengikutnya bertambah atau berkurang? Lalu kamu jawab bertambah, demikianlah
iman jika sudah sempurna. Aku bertanya kepadaku, apakah ada seorang yang murtad
dari agama karena benci setelah masuk? Lalu kamu jawab tidak ada, dan
demikianlah iman, jika telah tumbuh bersemi di hati tidak akan ada seorang pun
yang membencinya.”
38. Bab: Keutamaan Orang yang Waro’
52- عَنِ النُّعْمَانِ بْنَ بَشِيرٍ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: «الحَلاَلُ بَيِّنٌ، وَالحَرَامُ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا مُشَبَّهَاتٌ
لاَ يَعْلَمُهَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى المُشَبَّهَاتِ؛
اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ؛ كَرَاعٍ
يَرْعَى حَوْلَ الحِمَى، يُوشِكُ أَنْ يُوَاقِعَهُ، أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ
حِمًى، أَلاَ إِنَّ حِمَى اللَّهِ فِي أَرْضِهِ مَحَارِمُهُ، أَلاَ وَإِنَّ فِي
الجَسَدِ مُضْغَةً: إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ
فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ القَلْبُ»
52. Dari
An-Nu’man bin Basyir Rodhiyallohu ‘Anhu, dia berkata: Aku mendengar
Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Halal sudah jelas
dan harom juga jelas, dan di antara keduanya ada perkara-perkara yang syubhat
(samar), kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Siapa saja yang menghindari
perkara syubhat maka dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Siapa
saja terjatuh ke dalam syubhat, ia bagaikan seorang penggembala yang
menggembalakan ternaknya di sekitar daerah larangan yang suatu saat ternak itu
pasti memasukinya. Ketahuilah, setiap raja memiliki daerah larangan, dan
ketahuilah bahwa batas larangan Allah di bumi-Nya adalah apa saja yang
diharamkan-Nya. Ketahuilah, di dalam jasad ada segumpal darah, jika baik maka
seluruh jasad menjadi baik, dan jika rusak maka seluruh jasad menjadi rusak,
ketahuilah segumpal darah itu adalah qolbu.”[14]
39. Bab: Menyerahkan Seperlima
Ghonimah Termasuk Iman
53- عَنْ أَبِي جَمْرَةَ، قَالَ: كُنْتُ
أَقْعُدُ مَعَ ابْنِ عَبَّاسٍ يُجْلِسُنِي عَلَى سَرِيرِهِ فَقَالَ: أَقِمْ
عِنْدِي حَتَّى أَجْعَلَ لَكَ سَهْمًا مِنْ مَالِي، فَأَقَمْتُ مَعَهُ شَهْرَيْنِ،
ثُمَّ قَالَ: إِنَّ وَفْدَ عَبْدِ القَيْسِ لَمَّا أَتَوُا النَّبِيَّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَنِ القَوْمُ؟ - أَوْ: مَنِ الوَفْدُ؟ -»،
قَالُوا: رَبِيعَةُ قَالَ: «مَرْحَبًا بِالقَوْمِ - أَوْ
بِالوَفْدِ -، غَيْرَ خَزَايَا وَلاَ نَدَامَى»، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ
اللَّهِ! إِنَّا لاَ نَسْتَطِيعُ أَنْ نَأْتِيكَ إِلَّا فِي الشَّهْرِ الحَرَامِ،
وَبَيْنَنَا وَبَيْنَكَ هَذَا الحَيُّ مِنْ كُفَّارِ مُضَرَ، فَمُرْنَا بِأَمْرٍ
فَصْلٍ، نُخْبِرْ بِهِ مَنْ وَرَاءَنَا، وَنَدْخُلْ بِهِ الجَنَّةَ، وَسَأَلُوهُ
عَنِ الأَشْرِبَةِ: فَأَمَرَهُمْ بِأَرْبَعٍ، وَنَهَاهُمْ عَنْ أَرْبَعٍ،
أَمَرَهُمْ: بِالإِيمَانِ بِاللَّهِ وَحْدَهُ، قَالَ: «أَتَدْرُونَ مَا
الإِيمَانُ بِاللَّهِ وَحْدَهُ؟»
قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ:
«شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ،
وَإِقَامُ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ، وَصِيَامُ رَمَضَانَ، وَأَنْ
تُعْطُوا مِنَ المَغْنَمِ الخُمُسَ»، وَنَهَاهُمْ عَنْ أَرْبَعٍ: عَنِ
الحَنْتَمِ وَالدُّبَّاءِ وَالنَّقِيرِ وَالمُزَفَّتِ، وَرُبَّمَا قَالَ: «المُقَيَّرِ»،
وَقَالَ: «احْفَظُوهُنَّ، وَأَخْبِرُوا بِهِنَّ مَنْ وَرَاءَكُمْ»
53. Dari Abi
Hamzah, dia berkata: Aku menginap di rumah Ibnu Abbas dan mempersilahkanku
duduk di ranjangnya. Dia berkata: “Menginaplah kamu di rumahku dan aku akan
memberikanmu beberapa dari hartaku.” Aku tinggal bersamanya selama dua bulan.
Lalu Ibnu Abbas berkata: Ketika utusan kabilah Abdul Qois mendatangi Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam, beliau bertanya: “Siapa utusan itu?” Orang-orang
menjawab: “Robi’ah.” Beliau bersabda: “Selamat datang wahai kaum atau wahai
utusan tanpa kesedihan dan penyesalan.” Mereka berkata: “Wahai Rasulullah!
Kami tidak bisa mendatangi Anda kecuali di bulan Harom, karena di antara kami
dan Anda ada perkampungan kaum kafir Mudhor. Berilah kami perintah yang ringkas
dan jelas yang nanti akan kami kabarkan kepada orang-orang di kampung kami dan
menjadi sebab kami masuk Surga,” dan mereka bertanya kepada beliau tentang
minuman. Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan mereka empat
hal dan melarang mereka empat hal pula. Beliau memerintahkan mereka agar: (1)
beriman kepada Allah semata, beliau bersabda: “Apakah kalian tahu apa maksud
beriman kepada Allah semata?” Mereka menjawab: “Allah dan Rosul-Nya lebih
tahu.” Beliau bersabda: “Yaitu bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah
selain Allah dan Muhammad utusan Allah, (2) menegakkan sholat, (3) menunaikan
zakat, (4) puasa Romadhon, dan (5) menyerahkan seperlima ghonimah.” Beliau
melarang mereka dari empat hal: hantam, duba, naqir, dan muzaffat
(dalam riwayat lain: muqoyyar). Beliau bersabda: “Hafalkan ini dan
kabarkan kepada orang-orang yang ada di kampung kalian.”[15]
40. Bab: Hadits Tentang Amal
Tergantung Niat dan Harapan, dan Setiap Orang Akan Mendapatkan Sesuai Niatnya
54- عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «الأَعْمَالُ
بِالنِّيَّةِ، وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى
اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ
هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا، أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا، فَهِجْرَتُهُ
إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ»
54. Dari Umar Rodhiyallohu
‘Anhu, bahwa Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Amal
tergantung niatnya dan setiap orang mendapatkan sesuai niatnya. Siapa yang
hijrohnya kepada Allah dan Rosul-Nya maka hijrohnya kepada Allah dan Rosul-Nya,
dan siapa yang hijrohnya untuk dunia yang hendak ia raih atau wanita yang
hendak ia nikahi maka hijrohnya kepada apa yang ia hijroh kepadanya tersebut.”[16]
55- عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «إِذَا
أَنْفَقَ الرَّجُلُ عَلَى أَهْلِهِ يَحْتَسِبُهَا؛ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ»
55. Dari Abu
Mas’ud Rodhiyallohu ‘Anhu, dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam,
beliau bersabda: “Apabila seseorang menafkahi keluarganya dengan mengharap
pahala maka itu bernilai sedekah baginya.”
56- عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّكَ
لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا أُجِرْتَ عَلَيْهَا،
حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فَمِ امْرَأَتِكَ»
56. Dari Saad bin
Abi Waqqosh Rodhiyallohu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi
wa Sallam bersabda: “Tidaklah kamu memberi nafkah demi mengharap Wajah
Allah melainkan kamu diberi pahala, hingga makanan yang kamu suapkan ke mulut
istrimu.”
41. Bab: Agama Adalah Ketulusan Kepada
Allah, Rosul-Nya, Pemimpin Kaum Muslimin, dan Masyarakatnya
57- عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ، قَالَ: «بَايَعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَلَى إِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالنُّصْحِ لِكُلِّ مُسْلِمٍ»
57. Dari Jarir
bin Abdillah Rodhiyallohu ‘Anhu, dia berkata: “Aku membaiat Rasulullah Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam untuk menegakkan sholat, menunaikan zakat, dan menasihati
setiap Muslim.”
58- عَنْ زِيَادِ بْنِ عِلاَقَةَ، قَالَ:
سَمِعْتُ جَرِيرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ يَوْمَ مَاتَ المُغِيرَةُ بْنُ
شُعْبَةَ، قَامَ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ، وَقَالَ: عَلَيْكُمْ
بِاتِّقَاءِ اللَّهِ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَالوَقَارِ وَالسَّكِينَةِ،
حَتَّى يَأْتِيَكُمْ أَمِيرٌ، فَإِنَّمَا يَأْتِيكُمُ الآنَ، ثُمَّ قَالَ:
اسْتَعْفُوا لِأَمِيرِكُمْ، فَإِنَّهُ كَانَ يُحِبُّ العَفْوَ، ثُمَّ قَالَ:
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قُلْتُ: أُبَايِعُكَ عَلَى الإِسْلاَمِ، فَشَرَطَ عَلَيَّ: «وَالنُّصْحِ
لِكُلِّ مُسْلِمٍ»، فَبَايَعْتُهُ عَلَى هَذَا، وَرَبِّ هَذَا المَسْجِدِ،
إِنِّي لَنَاصِحٌ لَكُمْ، ثُمَّ اسْتَغْفَرَ وَنَزَلَ
58. Dari Ziyad bin Ilaqoh, dia berkata: Aku mendengar Jarir bin Abdillah berkata pada hari Al-Mungiroh bin Syu’bah meninggal, dia memuji Allah dan berkata: Bertaqwalah kalian kepada Allah semata tanpa menyukutukan-Nya, dan penuh ketenangan dan kewibawan sampai pemimpin kalian datang. Pemimpin kalian sekarang sudah datang.” Kemudian dia berkata: “Mintakan ampunan kepada Allah untuk pemimpin kalian, karena Dia mencintai ampunan.” Kemudian dia berkata: “Amma ba’du: Sungguh aku pernah mendatangi Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam lalu aku berkata: ‘Aku membaiat Anda atas Islam,’ lalu beliau mensyaratkan atasku agar menasihati setiap Muslim. Aku membaiat beliau di atas ini, demi Pemilik Masjid ini, aku benar-benar tulus menasihati kalian.” Kemudian dia beristighfar dan turun (dari mimbar).[17][]
[1] Dalam riwayat Muslim dengan lafazh tujuh puluh
lebih cabang dan lafazh ini yang lebih terjaga (mahfuzh).
[2] Manusia: maksudnya kafir harbi (kafir yang memerangi Islam dan kaum Muslimini di
medan perang) dan halal darahnya (boleh dibunuh) dan halal pula hartanya
(dirampas sebagai ghonimah). Jika masuk Islam, maka menjadi harom darah dan
hartanya, kecuali dengan hak Islam yaitu dia dibunuh jika melakukan salah satu:
membunuh orang lain, berzina padahal sudah menikah, dan murtad.
[3] Haji Mabrur: mabrur artinya
berbakti, dan haji mabrur adalah haji yang Allah terima (maqbul) dengan
tanda ia semakin berbakti kepada Allah setelah kepulangannya, hajinya dari
harta yang halal, dan menunaikannya dengan ikhlas dan sesuai tuntutan syariat.
[4] Orang tersebut lemah imannya dan sangat berpotensi
murtad yang akan menyebabkannya kekal di Neraka, lalu hatinya ditambat dengan
diberi sedekah yang banyak agar tetap loyal kepada Islam. Sementara larangan
memastikan orang sebagai Mukmin dikarenakan seakan-akan dia memastikan orang
tersebut sebagai penghun Surga, dan ini mendahului Allah, dan hanya Allah yang
hakikat yang tersembunyi.
[5] Robadzah: tempat yang tidak jauh dari Madinah. Hullah: rida (sejenis
jubah atau jas yang menutupi seluruh tubuh) dan izar (pakaian bawah atau
sejenis sarung), kedua pakaian ini mahal harganya di zaman tersebut. Memaki
ibunya: Abu Dzar memaki Bilal dengan mengatakan: “Wahai anak wanita hitam!”
Perangai Jahiliyyah: berbangga-bangga dengan leluhur. Saudara-saudara:
budak disebut saudara karena saudara seagama atau sebapak (Adam Alaihissalam),
sehingga kedudukannya sama dengan majikannya, dan yang terbaik di antara mereka
adalah yang paling bertakwa kepada Allah.
[6] Orang yang berniat jahat dan tidak jadi
melakukannya justru mendapatkan satu pahala, seperti dalam hadits shohih.
Namun, hal ini berbeda dengan hadits ini, karena pada dasarnya pihak yang
terbunuh menanggung dosa yang sama dengan pembunuh karena dia sebenarnya juga
akan membunuh saudaranya, cuma keduluan dibunuh.
[7] Landasan iman: ikhlas bukan mencari pujian manusia, ada pula
yang mengatakan: membenarkan adanya Lailatul Qodar. Ihtisab: mengharap
pahala di sisi Allah, bukan keuntungan duniawi seperti kesehatan dan harta. Diampuni
dosa-dosanya: semua dosa baik besar maupun kecil, karena di dalam bacaan
sholat dan tilawah ada istighfar. Ada pula yang berpendapat dosa-dosa kecil,
karena dosa besar butuh taubat, tidak cukup dilebur dengan amal sholih.
[8] Membawa pahala atau ghonimah:
jika masih hidup, atau Surga jika mati syahid. Memberatkan umatku:
keikutsertaan Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam dalam setiap pengutusan
pasukan akan memberatkan hati para Sahabat yang tidak mampu ikut baik karena
alasan lansia, sakit, atau tidak memiliki bekal perjalanan, atau khawatir Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam terluka di medan perang. Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam tidak ikut serta dalam pengiriman pasukan perang karena memilih apa
yang lebih maslahat untuk umat, dan beliau amat ingin mati syahid, dan Allah
mengabulkannya dengan wafatnya beliau akibat pengaruh racun dari seorang wanita
Yahudi.
[9] Akan kalah: menjadi jenuh dan lemas sehingga meninggalkan
ibadah tersebut. Luruslah: beribadah secara rutin dan pertengahan, dan
dikatakan lurus jika ibadah itu ikhlas dan mengikuti petunjuk Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam, bukan dilihat dari banyaknya ibadah. Mendekatlah:
jika tidak mampu sempurna dalam beribadah, kerjakan semua kewajiban dan
sebagian sunnah sesuai kesanggupan. Bergembiralah: bagi yang mendekat
meski tidak sempurna ibadahnya, karena pahalanya sempurna bagi yang sebab
lemahnya bukan dibuat-buat. Qudwah (awal pagi: dari Subuh sampai
terbitnya matahari), rouhah (awal siang: dari tergelincirnya matahari), duljah
(awal malam atau akhir malam atau seluruh malam), yakni waktu-waktu semangat
ini dimaksimalkan dalam ibadah.
[10] Hadits ini sebenarnya mu’allaq (terputus
sanadnya) sehingga tidak memenuhi kriteria Shohih Bukhari.
Dicantumkannya hadits mu’allaq ini hanya sebagai penguat, dan hampir
semuanya shohih menurut penelusuran Al-Hafizh Ibnu Hajar, meski tidak mencapai
derajat shohih sesuai kriteria Al-Bukhari. Dari sini, akan lebih baik jika
hadits ini tidak diberi nomor, dan ini termasuk kelalaian penyusun Al-Mu’jam
Al-Mufahros li Alfaadzil Hadits yang dijadikan Fuad Abdul Baqi Rahimahullah
sebagai acuan penomoran kitab Shohih ini.
[11] Allah tidak bosan: banyak
memberi pahala, jangan mengira ibadah yang sedikit tetapi rutin adalah lebih
sedikit pahalanya daripada yang dikerjakan banyak tetapi terputus.
[12] Murjiah: aliran sesat yang berpendapat amal bukan termasuk iman, sehingga pelaku
maksiat tidak berkurang imannya. Keyakinan batil ini terbantahkan oleh hadits
ini yang mengabarkan bahwa perbuatan mencela dan membunuh bisa menyebabkan
seseorang menjadi fasik atau kafir. Membunuh membatalkan iman jika meyakini
halalnya membunuh Muslim, adapun jika meyakini haramnya dan meyakini dirinya
sedang bermaksiat maka ia melakukan dosa besar, tidak sampai kafir.
[13] Budak wanita melahirkan majikannya: banyaknya peperangan hingga banyak wanita menjadi budak lalu budak
tersebut digauli majikannya dan melahirkan anak, maka otomatis anak itu
merdeka, sementara ibunya tetap budak (ummu walad) dan merdeka secara
sendirinya di hari wafat tuannya. Para penggembala kambing: bangsa Arob
yang awalnya miskin di tanah gersang menjadi kaya raya lalu membangun rumah dan
gedung tinggi-tinggi, dan itu sudah terjadi sekarang.
[14] Qolbu atau kalbu sering diterjemahkan hati (liver),
padahal arti sebenarnya adalah jantung (heart), seperti ungkapan “my
herat” yang biasa diterjemahkan hatiku, padahal artinya jantungku. Maka jika
kita mendengar kata “hati” dalam terjemahan, langsung saja kita maknai
“jantung.” Di dalam Qur’an disebutkaan, qolbu letaknya di dalam dada dan
sebagai tempat berfikir (QS. Al-Hajj [22]: 46).
[15] Memerintahkan empat hal: Kenapa
disebutkan lima? Ada yang mengatakan, menyerahkan seperlima ghonimah adalah
tambahan khusus untuk mereka mengingat mereka berdampingan dengan kafir Mudhor
yang sangat mungkin berperang, atau perintah ini digabung dengan zakat karena
sama maksudnya, atau sholat dan zakat dijadikan satu mengingat banyak ayat
selalu mengiringi sholat dengan zakat. Hantam: wadah terbuat dari tanah
lihat dan serabut. Duba: labu kering yang dijadikan wadah. Naqir:
batang pohon kurma yang dilubangi untuk dijadikan wadah. Muzaffat atau muqoyyar:
wadah yang diolesi minyak atau tanaman khusus. Semua wadah ini biasa digunakan
untuk merendam kurma atau anggur dan kelak menjadi khomr, maka wadah-wadah ini
dilarang. Lalu muncul rukhsoh (keringanan) memanfaatkannya asal tidak
digunakan untuk membuat khomr.
[16] Semua amal tergantung niat: apakah niat untuk fardu atau sunnah?
Apakah niat untuk ibadah atau kebiasaan? Setiap orang mendapatkan sesuai
niatnya: jika ikhlas maka mendapatkan pahala, dan jika riya dan tujuan
duniawi maka tidak mendapatkan pahala.
[17] Al-Mughiroh adalah gubernur Kufah di masa kekholifahan
Muawiyah bin Abi Sufyan lalu setelah meninggal digantikan Jarir bin Abdillah,
lalu ia berkhutbah pertama kali sebagai amir (pemimpin).