Kitab Ilmu - Shohih Al-Bukhori | Pustaka Syabab
Kitab Ilmu - Shohih Al-Bukhori Download PDF - WORD 1. Keutamaan Ilmu 2. Ditanya Suatu Ilmu Tetapi Tetap Fokus Ceramah Hingga Selesai Bar...
Kitab Ilmu - Shohih Al-Bukhori
1. Keutamaan Ilmu
2. Ditanya Suatu Ilmu Tetapi Tetap Fokus
Ceramah Hingga Selesai Baru Menjawab
59
- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: بَيْنَمَا النَّبِيُّ ﷺ فِي
مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ القَوْمَ؛ جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ، فَقَالَ: مَتَى السَّاعَةُ؟
فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يُحَدِّثُ، فَقَالَ بَعْضُ القَوْمِ: سَمِعَ مَا قَالَ
فَكَرِهَ مَا قَالَ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ: بَلْ لَمْ يَسْمَعْ، حَتَّى إِذَا قَضَى
حَدِيثَهُ قَالَ: «أَيْنَ السَّائِلُ عَنِ السَّاعَةِ؟» قَالَ: هَا أَنَا
يَا رَسُولَ اللَّهِ! قَالَ: «فَإِذَا ضُيِّعَتِ الأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ
السَّاعَةَ»، قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: «إِذَا وُسِّدَ الأَمْرُ
إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ؛ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ»
59. Dari Abu
Huroiroh Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: Ketika Nabi ﷺ menyampaikan hadits di sebuah majlis, tiba-tiba seorang Arab
Baduwi datang dan bertanya: “Kapan terjadi Kiamat?” Rosululloh ﷺ tetap meneruskan haditsnya hingga sebagian orang berkata: “Beliau
mendengar pertanyaannya tetapi tidak menyukai pertanyaan itu,” dan yang lain
berkata: “Bahkan beliau tidak mendengarnya.” Setelah selesai menyampaikan
haditsnya, beliau berkata: “Di mana orang yang bertanya tadi?” Dia
menjawab: “Aku wahai Rosululloh!” Beliau bersabda: “Jika amanah sudah
disia-siakan maka tunggulah Kiamat.” Dia bertanya: “Bagaimana bentuk
disia-siakannya?” Beliau menjawab: “Jika urusan diserahkan kepada yang bukan
ahlinya, maka tunggulah Kiamat.”
3. Mengeraskan Suara dalam Ilmu
60
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: تَخَلَّفَ
عَنَّا النَّبِيُّ ﷺ فِي سَفْرَةٍ سَافَرْنَاهَا فَأَدْرَكَنَا - وَقَدْ
أَرْهَقَتْنَا الصَّلاَةُ - وَنَحْنُ نَتَوَضَّأُ، فَجَعَلْنَا نَمْسَحُ عَلَى
أَرْجُلِنَا، فَنَادَى بِأَعْلَى صَوْتِهِ: «وَيْلٌ لِلْأَعْقَابِ مِنَ
النَّارِ»، مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا
60. Dari ‘Abdullah
bin ‘Amr Rodhiyallohu ‘Anhuma, dia berkata: Nabi ﷺ tertinggal dari kami dalam sebuah safar lalu berhasil menyusul
kami saat kami sedang berwudhu, dan saat itu sudah masuk waktu sholat (Ashar).
Saat kami hanya mengusap kaki, beliau berteriak dengan suara tinggi: “Celaka
tumit-tumit dari Neraka,” sebanyak dua atau tiga kali.[1]
4. Ucapan Muhaddits: Haddatsana, Akhbarona,
dan Anba’ana
61
- عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «إِنَّ
مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً لاَ يَسْقُطُ وَرَقُهَا، وَإِنَّهَا مَثَلُ المُسْلِمِ،
فَحَدِّثُونِي مَا هِيَ؟»،
فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ البَوَادِي، قَالَ عَبْدُ
اللَّهِ: وَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ، فَاسْتَحْيَيْتُ، ثُمَّ
قَالُوا: حَدِّثْنَا مَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «هِيَ النَّخْلَةُ»
61. Dari Ibnu
Umar Rodhiyallohu ‘Anhuma, ia berkata: Rosululloh ﷺ bersabda: “Di antara pepohonan ada sebuah pohon yang daunnya
tidak mudah berguguran, dan pohon itu ibarat Muslim. Sebutkan kepadaku pohon
apa itu?” Orang-orang menebaknya pepohonan di gurun pasir. Sementara aku
berfikir dalam hati bahwa ia adalah pohon kurma, tetapi aku malu
mengungkapkannya. Kemudian para Sahabat bertanya: “Beritahu kami pohon apa itu
wahai Rosululloh?” Beliau menjawab: “Pohon kurma.”[2]
5. Imam Memaparkan Soal Untuk Menguji
Keilmuan Para Muridnya
62
- عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ، قَالَ: «إِنَّ
مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً لاَ يَسْقُطُ وَرَقُهَا، وَإِنَّهَا مَثَلُ المُسْلِمِ،
حَدِّثُونِي مَا هِيَ؟»، قَالَ:
فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ البَوَادِي، قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: فَوَقَعَ فِي
نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ، فَاسْتَحْيَيْتُ، ثُمَّ قَالُوا: حَدِّثْنَا مَا
هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «هِيَ النَّخْلَةُ»
63 - عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً
لاَ يَسْقُطُ وَرَقُهَا، وَإِنَّهَا مَثَلُ المُسْلِمِ، فَحَدِّثُونِي مَا هِيَ؟»،
فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ البَوَادِي، قَالَ عَبْدُ
اللَّهِ: وَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ، فَاسْتَحْيَيْتُ، ثُمَّ
قَالُوا: حَدِّثْنَا مَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «هِيَ النَّخْلَةُ»
62. Dari Ibnu
Umar Rodhiyallohu ‘Anhuma, ia berkata: Rosululloh ﷺ bersabda: “Di antara pepohonan ada sebuah pohon yang daunnya
tidak mudah berguguran, dan pohon itu ibarat Muslim. Sebutkan kepadaku pohon
apa itu?” Orang-orang menebaknya pepohonan di gurun pasir. Sementara aku
berfikir dalam hati bahwa ia adalah pohon kurma tetapi aku malu
mengungkapkannya. Kemudian para Sahabat bertanya: “Beritahu kami pohon apa itu
wahai Rosululloh?” Beliau menjawab: “Pohon kurma.”[3]
6. Tentang Ilmu dan Firman Allah: “Berdoalah:
‘Ya Allah, tambahkanlah aku ilmu’ (QS. Thoha: 114)
63
- عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ
مَعَ النَّبِيِّ ﷺ فِي المَسْجِدِ؛ دَخَلَ رَجُلٌ عَلَى جَمَلٍ، فَأَنَاخَهُ فِي
المَسْجِدِ ثُمَّ عَقَلَهُ، ثُمَّ قَالَ لَهُمْ: أَيُّكُمْ مُحَمَّدٌ؟
وَالنَّبِيُّ ﷺ مُتَّكِئٌ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِمْ، فَقُلْنَا: هَذَا الرَّجُلُ
الأَبْيَضُ المُتَّكِئُ، فَقَالَ لَهُ الرَّجُلُ: يَا ابْنَ عَبْدِ المُطَّلِبِ!
فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ ﷺ: «قَدْ أَجَبْتُكَ»، فَقَالَ الرَّجُلُ
لِلنَّبِيِّ ﷺ: إِنِّي سَائِلُكَ فَمُشَدِّدٌ عَلَيْكَ فِي المَسْأَلَةِ، فَلاَ
تَجِدْ عَلَيَّ فِي نَفْسِكَ؟ فَقَالَ: «سَلْ عَمَّا بَدَا لَكَ»، فَقَالَ:
أَسْأَلُكَ بِرَبِّكَ وَرَبِّ مَنْ قَبْلَكَ، آللَّهُ أَرْسَلَكَ إِلَى النَّاسِ
كُلِّهِمْ؟ فَقَالَ: «اللَّهُمَّ نَعَمْ»، قَالَ: أَنْشُدُكَ بِاللَّهِ،
آللَّهُ أَمَرَكَ أَنْ نُصَلِّيَ الصَّلَوَاتِ الخَمْسَ فِي اليَوْمِ
وَاللَّيْلَةِ؟ قَالَ: «اللَّهُمَّ نَعَمْ»، قَالَ: أَنْشُدُكَ بِاللَّهِ،
آللَّهُ أَمَرَكَ أَنْ نَصُومَ هَذَا الشَّهْرَ مِنَ السَّنَةِ؟ قَالَ: «اللَّهُمَّ
نَعَمْ»، قَالَ: أَنْشُدُكَ بِاللَّهِ، آللَّهُ أَمَرَكَ أَنْ تَأْخُذَ هَذِهِ
الصَّدَقَةَ مِنْ أَغْنِيَائِنَا فَتَقْسِمَهَا عَلَى فُقَرَائِنَا؟ فَقَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: «اللَّهُمَّ نَعَمْ»، فَقَالَ الرَّجُلُ: آمَنْتُ بِمَا
جِئْتَ بِهِ، وَأَنَا رَسُولُ مَنْ وَرَائِي مِنْ قَوْمِي، وَأَنَا ضِمَامُ بْنُ
ثَعْلَبَةَ أَخُو بَنِي سَعْدِ بْنِ بَكْرٍ
63. Dari Anas bin
Malik Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: Ketika kami sedang duduk-duduk
bersama Nabi ﷺ di dalam Masjid, ada seorang
yang menunggang unta datang lalu menambatkannya di halaman Masjid lalu berkata
kepada orang-orang: “Siapa di antara kalian yang bernama Muhammad?” Pada saat
itu Nabi ﷺ bersandaran di tengah para
Sahabat, lalu kami menjawab: “Orang ini, yang berkulit putih yang sedang
bersandar.” Orang itu berkata kepada beliau: “Wahai putra Abdul Muththolib!”
Nabi ﷺ menjawab: “Ya, aku
menjawabmu.” Maka orang itu berkata kepada Nabi ﷺ:
“Aku akan bertanya kepadamu persoalan yang mungkin berat buatmu namun janganlah
kamu marah padaku.” Maka Nabi ﷺ
menjawab: “Tanyalah apa yang menjadi persoalanmu.” Orang itu berkata: “Aku
bertanya kepadamu, demi Robbmu dan Robb orang-orang sebelummu, apakah Allah
yang mengutusmu kepada manusia seluruhnya?” Nabi ﷺ
menjawab: “Demi Allah, benar!” Kata orang itu: “Aku bersumpah kepadamu
atas nama Allah, apakah Allah yang memerintahkanmu supaya kami sholat lima
(waktu) dalam sehari semalam?” Nabi ﷺ
menjawab: “Demi Allah, benar!” Kata orang itu: “Aku bersumpah kepadamu
atas nama Allah, apakah Allah yang memerintahkanmu supaya kami puasa di bulan
ini dalam satu tahun?” Nabi ﷺ
menjawab: “Demi Allah, benar!” Kata orang itu: “Aku bersumpah kepadamu
atas nama Allah, apakah Allah yang memerintahkanmu supaya mengambil sedekah
dari orang-orang kaya di antara kami lalu membagikannya kepada orang-orang
fakir di antara kami?” Nabi ﷺ
menjawab: “Demi Allah, benar!” Kata orang itu: “Aku beriman dengan apa
yang engkau bawa, dan aku adalah utusan kaumku, aku Dhimam bin Tsa’labah
saudara dari Bani Sa’d bin Bakr.”
7. Tentang Munawalah dan Kitab Ahli Ilmu yang
Dibawa ke Berbagai Negeri
64
- عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ بْنِ مَسْعُودٍ، أَنَّ
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ بَعَثَ
بِكِتَابِهِ رَجُلًا وَأَمَرَهُ أَنْ يَدْفَعَهُ إِلَى عَظِيمِ البَحْرَيْنِ،
فَدَفَعَهُ عَظِيمُ البَحْرَيْنِ إِلَى كِسْرَى، فَلَمَّا قَرَأَهُ مَزَّقَهُ. فَحَسِبْتُ
أَنَّ ابْنَ المُسَيِّبِ قَالَ: فَدَعَا عَلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ «أَنْ
يُمَزَّقُوا كُلَّ مُمَزَّقٍ»
64. Dari
Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud, bahwa Abdullah bin ‘Abbas telah
mengabarkannya: “Nabi ﷺ mengutus seseorang dengan
membawa surat dan memerintahkan kepadanya untuk memberikan surat tersebut
kepada pemimpin Bahrain. Lalu pemimpin Bahrain itu memberikannya kepada Kisra
(Raja Persia). Tatkala dibaca, surat itu dirobeknya.” Aku mengira kemudian Ibnu
Musayyab berkata: lalu Rosululloh ﷺ
berdoa agar mereka (kekuasaannya) dirobek-robek sehancur-hancurnya.
65
- عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ،
قَالَ: كَتَبَ النَّبِيُّ ﷺ كِتَابًا - أَوْ أَرَادَ أَنْ يَكْتُبَ - فَقِيلَ
لَهُ: إِنَّهُمْ لاَ يَقْرَءُونَ كِتَابًا إِلَّا مَخْتُومًا، فَاتَّخَذَ خَاتَمًا
مِنْ فِضَّةٍ، نَقْشُهُ: مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ، كَأَنِّي أَنْظُرُ
إِلَى بَيَاضِهِ فِي يَدِهِ، فَقُلْتُ لِقَتَادَةَ: مَنْ قَالَ نَقْشُهُ مُحَمَّدٌ
رَسُولُ اللَّهِ؟ قَالَ: أَنَسٌ
56. Dari Syu’bah,
dari Qotadah, dari Anas bin Malik Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: “Nabi ﷺ menulis surat atau ingin menulisnya lalu ada yang berkata: ‘Mereka
enggan membaca surat kecuali berstempel.’ Lalu beliau membuat stempel dari
perak berukir ‘Muhammad Rosululloh.’ Seingatku bewarna putih di tangan
beliau.” Aku bertanya kepada Qotadah: Siapa yang memberitahumu bahwa ukirannya Muhammad
Rosululloh? Jawabnya: Anas.
8. Duduk di Akhir Majlis dan Menduduki Tempat
Kosong di Halaqoh Jika Melihatnya
66
- عَنْ أَبِي وَاقِدٍ اللَّيْثِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ
بَيْنَمَا هُوَ جَالِسٌ فِي المَسْجِدِ وَالنَّاسُ مَعَهُ إِذْ أَقْبَلَ ثَلاَثَةُ
نَفَرٍ، فَأَقْبَلَ اثْنَانِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ وَذَهَبَ وَاحِدٌ، قَالَ:
فَوَقَفَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، فَأَمَّا أَحَدُهُمَا: فَرَأَى فُرْجَةً فِي
الحَلْقَةِ فَجَلَسَ فِيهَا، وَأَمَّا الآخَرُ: فَجَلَسَ خَلْفَهُمْ، وَأَمَّا
الثَّالِثُ: فَأَدْبَرَ ذَاهِبًا، فَلَمَّا فَرَغَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ، قَالَ: «أَلاَ
أُخْبِرُكُمْ عَنِ النَّفَرِ الثَّلاَثَةِ؟ أَمَّا أَحَدُهُمْ فَأَوَى إِلَى
اللَّهِ فَآوَاهُ اللَّهُ، وَأَمَّا الآخَرُ فَاسْتَحْيَا فَاسْتَحْيَا اللَّهُ
مِنْهُ، وَأَمَّا الآخَرُ فَأَعْرَضَ فَأَعْرَضَ اللَّهُ عَنْهُ»
66. Dari Abu
Waqid Al-Laitsi Rodhiyallohu ‘Anhu, bahwa Rosululloh ﷺ ketika sedang duduk bermajelis di Masjid bersama para Sahabat
datanglah tiga orang. Yang dua orang menghadap Nabi ﷺ
dan yang seorang lagi pergi. Satu di antaranya melihat ada tempat kosong di
majlis tersebut lalu duduk di sana. Yang kedua duduk di akhir majlis, sedang
yang ketiga berbalik pergi. Setelah Rosululloh ﷺ
selesai bermajelis, beliau bersabda: “Maukah kalian aku beritahu tentang
ketiga orang tadi? Adapun seorang di antara mereka, dia meminta perlindungan
kepada Allah, maka Allah lindungi dia. Yang kedua, dia malu kepada Allah, maka
Allah pun malu kepadanya. Sedangkan yang ketiga berpaling dari Allah maka Allah
pun berpaling darinya.”
9. Sabda Nabi ﷺ: “Betapa banyak orang yang mendapat penyampaian lebih paham
daripada orang yang mendengarnya langsung”
67
- عَنْ أَبِي بَكْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، ذَكَرَ النَّبِيَّ ﷺ قَعَدَ عَلَى
بَعِيرِهِ، وَأَمْسَكَ إِنْسَانٌ بِخِطَامِهِ - أَوْ بِزِمَامِهِ - قَالَ: «أَيُّ
يَوْمٍ هَذَا؟»، فَسَكَتْنَا حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ سِوَى
اسْمِهِ، قَالَ: «أَلَيْسَ يَوْمَ النَّحْرِ؟»
قُلْنَا: بَلَى، قَالَ: «فَأَيُّ شَهْرٍ هَذَا؟»
فَسَكَتْنَا حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ
اسْمِهِ، فَقَالَ: «أَلَيْسَ بِذِي الحِجَّةِ؟»
قُلْنَا: بَلَى، قَالَ: «فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ،
وَأَمْوَالَكُمْ، وَأَعْرَاضَكُمْ، بَيْنَكُمْ حَرَامٌ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ
هَذَا، فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا، لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ
الغَائِبَ، فَإِنَّ الشَّاهِدَ عَسَى أَنْ يُبَلِّغَ مَنْ هُوَ أَوْعَى لَهُ
مِنْهُ»
67. Dari Abu
Bakroh Rodhiyallohu ‘Anhu, ia menuturkan, bahwa Nabi ﷺ duduk di atas untanya sementara orang-orang memegangi tali
kekang unta tersebut. Beliau ﷺ
berkata: “Hari apakah ini?” Kami semua terdiam dan menyangka bahwa beliau
akan menamainya dengan nama lain. Beliau berkata: “Bukankah hari ini hari
Nahar (Qurban)?” Kami menjawab: “Benar.” Beliau bertanya kembali: “Bulan
apakah ini?” Kami semua terdiam dan menyangka bahwa beliau akan menamainya
dengan nama lain. Beliau berkata: “Bukankah ini bulan Dzulhijjah?” Kami
menjawab: “Benar.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya darah kalian, harta kalian,
dan kehormatan kalian sesama kalian haram (suci) sebagaimana sucinya hari
kalian ini, bulan kalian ini, dan tanah kalian ini. Hendaklah yang hadir
menyampaikan kepada yang tidak hadir, dan boleh jadi orang yang hadir
menyampaikan kepada orang yang lebih paham darinya.”
10. Ilmu Sebelum Berucap dan Beramal
11. Nabi ﷺ Memilih
Waktu yang Tepat dalam Memberi Nasihat dan Ilmu Agar Mereka Tidak Lari
68
- عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: «كَانَ
النَّبِيُّ ﷺ يَتَخَوَّلُنَا بِالْمَوْعِظَةِ فِي الأَيَّامِ؛ كَرَاهَةَ السَّآمَةِ
عَلَيْنَا»
68. Dari Ibnu Mas’ud
Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: “Nabi ﷺ
memilih waktu yang tepat di beberapa hari dalam memberi nasihat, karena
khawatir kami bosan.”
69
- عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ، قَالَ: «يَسِّرُوا
وَلاَ تُعَسِّرُوا، وَبَشِّرُوا وَلاَ تُنَفِّرُوا»
69. Dari Anas bin
Malik Rodhiyallohu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ,
beliau bersabda: “Permudahlah dan jangan mempersulit, dan berilah kabar
gembira dan jangan membuat lari.”
12. Menentukan Waktu Khusus Untuk Ahli Ilmu
70
- عَنْ أَبِي وَائِلٍ، قَالَ: كَانَ عَبْدُ اللَّهِ يُذَكِّرُ النَّاسَ فِي كُلِّ
خَمِيسٍ، فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ! لَوَدِدْتُ أَنَّكَ
ذَكَّرْتَنَا كُلَّ يَوْمٍ، قَالَ: أَمَا إِنَّهُ يَمْنَعُنِي مِنْ ذَلِكَ أَنِّي
أَكْرَهُ أَنْ أُمِلَّكُمْ، وَإِنِّي أَتَخَوَّلُكُمْ بِالْمَوْعِظَةِ، كَمَا
كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يَتَخَوَّلُنَا بِهَا، مَخَافَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا
70. Dari Abu
Wail, dia berkata: Abdullah (bin Mas’ud Rodhiyallohu ‘Anhu) memberi
nasihat manusia setiap hari Kamis lalu ada lelaki yang berkata: “Wahai Abu
Abdirrohman! Sungguh aku sangat ingin Anda memberi nasihat kepada kami setiap
hari.” Dia berkata: “Yang menghalangiku dari demikian adalah karena aku tidak
suka menjadikan kalian bosan. Aku memilih hari tertentu dalam menyampaikan
nasihat seperti yang pernah dilakukan Nabi ﷺ
kepada kami, karena beliau khawatir kami bosan.”
13. Siapa yang Dikehendaki Baik Oleh Allah
Akan Dijadikan Paham Agama
71
- عَنْ مُعَاوِيَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّهُ كَانَ خَطِيبًا يَقُولُ:
سَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: «مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ
فِي الدِّينِ، وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللَّهُ يُعْطِي، وَلَنْ تَزَالَ هَذِهِ
الأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللَّهِ، لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ،
حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ»
71. Dari Mu’awiyah
Rodhiyallohu ‘Anhu, bahwa dia berkhutbah seraya berkata: Aku mendengar
Nabi ﷺ bersabda: “Siapa yang
dikehendaki baik oleh Allah, akan dijadikan paham agama. Sekelompok kecil dari
umat ini akan senantiasa tegak di atas agama Allah. Tidak akan membahayakan
mereka siapa yang memusuhi mereka hingga datangnya perintah Allah (Kiamat).”
14. Memahami Ilmu
72
- عَنْ مُجَاهِدٍ، قَالَ: صَحِبْتُ ابْنَ عُمَرَ إِلَى المَدِينَةِ فَلَمْ
أَسْمَعْهُ يُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ إِلَّا حَدِيثًا وَاحِدًا، قَالَ:
كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ ﷺ فَأُتِيَ بِجُمَّارٍ، فَقَالَ: «إِنَّ مِنَ
الشَّجَرِ شَجَرَةً، مَثَلُهَا كَمَثَلِ المُسْلِمِ»، فَأَرَدْتُ أَنْ
أَقُولَ: هِيَ النَّخْلَةُ، فَإِذَا أَنَا أَصْغَرُ القَوْمِ، فَسَكَتُّ، قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: «هِيَ النَّخْلَةُ»
72. Dari Mujahid,
dia berkata: Aku menemani Ibnu Umar menuju Madinah dan aku tidak mendengar dia
menyampaikan hadits dari Rosululloh ﷺ
kecuali hanya satu saja, yaitu dia berkata: “Kami pernah di sisi Nabi ﷺ lalu didatangkan setandan kurma lalu beliau bersabda: ‘Di
antara pepohonan ada sebuah pohon yang seperti Muslim,’ dan aku ingin
menjawab pohon kurma, tetapi ternyata aku yang paling kecil dari orang-orang
sehingga aku diam saja. Nabi ﷺ
menjawab: ‘Yaitu pohon kurma.’”
15. Ghibthoh dalam Ilmu dan Hikmah
73
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ
النَّبِيُّ ﷺ: «لاَ حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ
مَالًا فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الحَقِّ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ
الحِكْمَةَ فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا»
73. Dari Abdullah
bin Mas’ud Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: Nabi ﷺ
bersabda: “Tidak boleh hasad kecuali kepada dua orang: (1) seseorang yang
Allah beri harta lalu dihabiskan dalam kebenaran, dan (2) seseorang yang Allah
beri hikmah lalu digunakan untuk memutuskan hukum dan diajarkannya.”[4]
16. Tentang Perginya Musa ke Laut Menemui
Khidhir
74
- عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّهُ تَمَارَى هُوَ وَالحُرُّ
بْنُ قَيْسِ بْنِ حِصْنٍ الفَزَارِيُّ فِي صَاحِبِ مُوسَى، قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ:
هُوَ خَضِرٌ، فَمَرَّ بِهِمَا أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ، فَدَعَاهُ ابْنُ عَبَّاسٍ
فَقَالَ: إِنِّي تَمَارَيْتُ أَنَا وَصَاحِبِي هَذَا فِي صَاحِبِ مُوسَى، الَّذِي
سَأَلَ مُوسَى السَّبِيلَ إِلَى لُقِيِّهِ، هَلْ سَمِعْتَ النَّبِيَّ ﷺ يَذْكُرُ
شَأْنَهُ؟ قَالَ: نَعَمْ، سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: «بَيْنَمَا
مُوسَى فِي مَلَإٍ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ جَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ: هَلْ تَعْلَمُ
أَحَدًا أَعْلَمَ مِنْكَ؟ قَالَ مُوسَى: لاَ فَأَوْحَى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
إِلَى مُوسَى: بَلَى، عَبْدُنَا خَضِرٌ فَسَأَلَ مُوسَى السَّبِيلَ إِلَيْهِ،
فَجَعَلَ اللَّهُ لَهُ الحُوتَ آيَةً، وَقِيلَ لَهُ: إِذَا فَقَدْتَ الحُوتَ
فَارْجِعْ، فَإِنَّكَ سَتَلْقَاهُ، وَكَانَ يَتَّبِعُ أَثَرَ الحُوتِ فِي
البَحْرِ، فَقَالَ لِمُوسَى فَتَاهُ: {أَرَأَيْتَ إِذْ أَوَيْنَا إِلَى
الصَّخْرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ الْحُوتَ وَمَا أَنْسَانِيهُ إِلَّا الشَّيْطَانُ
أَنْ أَذْكُرَهُ} [الكهف: 63]، {قَالَ ذَلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِ فَارْتَدَّا عَلَى
آثَارِهِمَا قَصَصًا} [الكهف: 64]، فَوَجَدَا خَضِرًا، فَكَانَ مِنْ شَأْنِهِمَا
الَّذِي قَصَّ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي كِتَابِهِ»
74. Dari
Ubaidullah bin Abdillah, dari Ibnu ‘Abbas Rodhiyallohu ‘Anhuma,
bahwasanya dia dan Al-Hurr bin Qois bin Hishn Al-Fazari berdebat tentang sahabat
Musa ‘Alaihis Salam. Ibnu ‘Abbas berkata: “Dia adalah Khidhir ‘Alaihis
Salam.” Tiba-tiba lewat Ubay bin Ka’ab di depan keduanya, maka Ibnu ‘Abbas
memanggilnya dan berkata: “Aku dan temanku ini berdebat tentang sahabat Musa ‘Alaihis
Salam, yang Musa pernah bertanya kepada Allah cara untuk bisa bertemu
dengannya, apakah kamu pernah mendengar Nabi ﷺ
menceritakan masalah ini?” Ubay bin Ka’ab menjawab: “Ya, benar, aku pernah
mendengar Rosululloh ﷺ bersabda: ‘Ketika Musa di
tengah pembesar Bani Isroil, datang seseorang yang bertanya: ‘Apakah kamu
mengetahui ada orang yang lebih pandai darimu?’ Berkata Musa ‘Alaihis Salam: ‘Tidak.’
Maka Allah Ta’ala mewahyukan kepada Musa ‘Alaihis Salam: ‘Ada, yaitu hamba Kami
bernama Khidhir.’ Maka Musa ‘Alaihis Salam bertanya kepada Allah jalan untuk
bertemu dengannya. Allah menjadikan ikan bagi Musa sebagai tanda, dan dikatakan
kepadanya; ‘Jika kamu kehilangan ikan tersebut maka kembalilah, nanti kamu akan
berjumpa dengannya di sana.’ Maka Musa ‘Alaihis Salam selalu mengawasi jejak
ikan di lautan. Berkatalah murid Musa ‘Alaihis Salam: ‘Tahukah kamu tatkala
kita mencari tempat berlindung di batu tadi? Sesungguhnya aku lupa
(menceritakan tentang) ikan itu dan tidaklah yang melupakan aku untuk
menceritakannya kecuali setan.’ Maka Musa ‘Alaihis Salam berkata: ‘Itulah
(tempat) yang kita cari.’ Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.
Maka akhirnya keduanya bertemu dengan Khidhir ‘Alaihis Salam. Begitulah kisah
keduanya sebagaimana Allah ceritakan dalam Kitab-Nya.”
17. Sabda Nabi ﷺ: “Ya Allah, ajarilah dia Al-Quran”
75
- عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: ضَمَّنِي رَسُولُ اللَّهِ ﷺ
وَقَالَ: «اللَّهُمَّ عَلِّمْهُ الكِتَابَ»
75. Dari Ibnu
Abbas Rodhiyallohu ‘Anhuma, dia berkata: Rosululloh ﷺ merangkulku dan berdoa: “Ya Allah, ajarilah ia Al-Quran (yakni
Tafsirnya).”
18. Kapan Diperbolehkan Mendengarkan Ilmu
Anak Kecil?
76
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: «أَقْبَلْتُ
رَاكِبًا عَلَى حِمَارٍ أَتَانٍ، وَأَنَا يَوْمَئِذٍ قَدْ نَاهَزْتُ الِاحْتِلاَمَ،
وَرَسُولُ اللَّهِ ﷺ يُصَلِّي بِمِنًى إِلَى غَيْرِ جِدَارٍ، فَمَرَرْتُ بَيْنَ
يَدَيْ بَعْضِ الصَّفِّ، وَأَرْسَلْتُ الأَتَانَ تَرْتَعُ، فَدَخَلْتُ فِي
الصَّفِّ، فَلَمْ يُنْكَرْ ذَلِكَ عَلَيَّ»
76. Dari Abdullah
bin ‘Abbas Rodhiyallohu ‘Anhuma, dia berkata: “Aku datang dengan
menunggang keledai betina, yang saat itu aku hampir menginjak baligh, dan Rosululloh
sedang sholat di Mina menghadap bukan dinding. Maka aku lewat di depan shof
kemudian aku melepas keledai betina itu supaya mencari makan sesukanya. Lalu
aku masuk kembali di tengah shof dan tidak ada orang yang menyalahkanku.”
77
- عَنْ مَحْمُودِ بْنِ الرَّبِيعِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: «عَقَلْتُ مِنَ
النَّبِيِّ ﷺ مَجَّةً مَجَّهَا فِي وَجْهِي وَأَنَا ابْنُ خَمْسِ سِنِينَ مِنْ
دَلْوٍ»
77. Dari Mahmud
bin Al-Robi’ Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: “Aku masih ingat Nabi ﷺ pernah meminum air dari timba sumur lalu menyemburkannya ke
wajahku, saat itu usiaku lima tahun.”
19. Pergi Menuntut Ilmu
78
- عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّهُ تَمَارَى هُوَ وَالحُرُّ
بْنُ قَيْسِ بْنِ حِصْنٍ الفَزَارِيُّ فِي صَاحِبِ مُوسَى، فَمَرَّ بِهِمَا
أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ، فَدَعَاهُ ابْنُ عَبَّاسٍ فَقَالَ: إِنِّي تَمَارَيْتُ أَنَا
وَصَاحِبِي هَذَا فِي صَاحِبِ مُوسَى الَّذِي سَأَلَ السَّبِيلَ إِلَى لُقِيِّهِ،
هَلْ سَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَذْكُرُ شَأْنَهُ؟ فَقَالَ أُبَيٌّ: نَعَمْ،
سَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ يَذْكُرُ شَأْنَهُ يَقُولُ: «بَيْنَمَا مُوسَى فِي
مَلَإٍ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ، إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ: أَتَعْلَمُ أَحَدًا
أَعْلَمَ مِنْكَ؟ قَالَ مُوسَى: لاَ، فَأَوْحَى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى
مُوسَى: بَلَى، عَبْدُنَا خَضِرٌ، فَسَأَلَ السَّبِيلَ إِلَى لُقِيِّهِ، فَجَعَلَ
اللَّهُ لَهُ الحُوتَ آيَةً، وَقِيلَ لَهُ: إِذَا فَقَدْتَ الحُوتَ فَارْجِعْ،
فَإِنَّكَ سَتَلْقَاهُ، فَكَانَ مُوسَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَّبِعُ أَثَرَ
الحُوتِ فِي البَحْرِ، فَقَالَ فَتَى مُوسَى لِمُوسَى: {أَرَأَيْتَ إِذْ أَوَيْنَا
إِلَى الصَّخْرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ الْحُوتَ وَمَا أَنْسَانِيهُ إِلَّا
الشَّيْطَانُ أَنْ أَذْكُرَهُ} [الكهف: 63]، قَالَ مُوسَى: {ذَلِكَ مَا كُنَّا
نَبْغِ فَارْتَدَّا عَلَى آثَارِهِمَا قَصَصًا} [الكهف: 64]، فَوَجَدَا خَضِرًا،
فَكَانَ مِنْ شَأْنِهِمَا مَا قَصَّ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ»
78. Dari Ibnu ‘Abbas
Rodhiyallohu ‘Anhuma, bahwasanya dia dan Al-Hurr bin Qois bin Hishn Al-Fazari
berdebat tentang sahabat Musa ‘Alaihis Salam. Tiba-tiba lewat Ubay bin
Ka’b di depan keduanya, maka Ibnu ‘Abbas memanggilnya dan berkata: “Aku dan
temanku ini berdebat tentang sahabat Musa ‘Alaihis Salam, yang Musa
pernah bertanya kepada Allah cara untuk bisa bertemu dengannya, apakah kamu
pernah mendengar Nabi ﷺ menceritakan masalah ini?” Ubay
bin Ka’ab menjawab: “Ya, benar, aku pernah mendengar Rosululloh ﷺ bersabda: ‘Ketika Musa di tengah pembesar Bani Isroil,
datang seseorang yang bertanya: ‘Apakah kamu mengetahui ada orang yang lebih
pandai darimu?’ Berkata Musa ‘Alaihis Salam: ‘Tidak.’ Maka Allah Ta’ala
mewahyukan kepada Musa ‘Alaihis Salam: ‘Ada, yaitu hamba Kami bernama Khidhir.’
Maka Musa ‘Alaihis Salam bertanya kepada Allah jalan untuk bertemu dengannya.
Allah menjadikan ikan bagi Musa sebagai tanda, dan dikatakan kepadanya; ‘Jika
kamu kehilangan ikan tersebut maka kembalilah, nanti kamu akan berjumpa
dengannya di sana.’ Maka Musa ‘Alaihis Salam selalu mengawasi jejak ikan di
lautan. Berkatalah murid Musa ‘Alaihis Salam: ‘Tahukah kamu tatkala kita
mencari tempat berlindung di batu tadi? Sesungguhnya aku lupa (menceritakan
tentang) ikan itu dan tidaklah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali
setan.’ Maka Musa ‘Alaihis Salam berkata: ‘Itulah (tempat) yang kita cari.’
Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Maka akhirnya keduanya
bertemu dengan Khidhir ‘Alaihis Salam. Begitulah kisah keduanya sebagaimana
Allah ceritakan dalam Kitab-Nya.”
20. Keutamaan Orang yang Berilmu dan
Mengajarkannya
79
- عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ، قَالَ: «مَثَلُ
مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنَ الهُدَى وَالعِلْمِ، كَمَثَلِ الغَيْثِ الكَثِيرِ
أَصَابَ أَرْضًا: فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ، قَبِلَتِ المَاءَ، فَأَنْبَتَتِ
الكَلَأَ وَالعُشْبَ الكَثِيرَ وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ، أَمْسَكَتِ المَاءَ،
فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ، فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا وَأَصَابَتْ
مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى، إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لاَ تُمْسِكُ مَاءً وَلاَ
تُنْبِتُ كَلَأً فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينِ اللَّهِ، وَنَفَعَهُ مَا
بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ
رَأْسًا، وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ»
79. Dari Abu Musa
Rodhiyallohu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ,
beliau bersabda: “Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengan
membawanya adalah seperti hujan yang lebat yang turun mengenai tanah. (1) Diantara
tanah itu ada jenis tanah subur yang dapat menyerap air sehingga dapat
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. (2) Dan di antaranya
ada tanah keras yang menahan air (menggenangkan air, tidak bisa menumbuhkan)
tetapi Allah menjadikannya bisa dimanfaatkan manusia untuk diminum, untuk
memberi minum hewan ternak, dan untuk menyiram tanaman. (3) Air hujan itu juga
mengenai tanah lain yaitu tanah datar dan licin yang tidak dapat menahan air
dan juga tidak dapat menumbuhkan tanaman. Itu (dua tanah yang pertama) adalah
perumpamaan orang yang faham agama Allah dan dapat memanfaatkan apa yang aku
diutus dengannya, dia mempelajarinya dan mengajarkannya, dan juga (tanah
ketiga) merupakan perumpamaan orang yang tidak peduli dan tidak menerima
hidayah Allah yang diturunkan kepadaku.”
21. Diangkatnya Ilmu dan Munculnya Kebodohan
80
- عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
«إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ: أَنْ يُرْفَعَ العِلْمُ، وَيَثْبُتَ
الجَهْلُ، وَيُشْرَبَ الخَمْرُ، وَيَظْهَرَ الزِّنَا»
70. Dari Anas bin
Malik Rodhiyallohu ‘Anhu, dia berkata: Rosululloh ﷺ bersabda: “Di antara tanda hari Kiamat adalah diangkatnya
ilmu, menetapnya kebodohan, diminumnya khomr, dan merajarelanya zina.”
81
- عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: لَأُحَدِّثَنَّكُمْ
حَدِيثًا لاَ يُحَدِّثُكُمْ أَحَدٌ بَعْدِي، سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: «مِنْ
أَشْرَاطِ السَّاعَةِ: أَنْ يَقِلَّ العِلْمُ، وَيَظْهَرَ الجَهْلُ، وَيَظْهَرَ
الزِّنَا، وَتَكْثُرَ النِّسَاءُ، وَيَقِلَّ الرِّجَالُ، حَتَّى يَكُونَ
لِخَمْسِينَ امْرَأَةً القَيِّمُ الوَاحِدُ»
71. Dari Anas bin
Malik Rodhiyallohu ‘Anhu, dia berkata: Aku akan menceritakan kepada
kalian sebuah hadits yang tidak akan ada yang menceritakannya kepada kalian
selain aku. Aku mendengar Rosululloh ﷺ
bersabda: “Di antara tanda Kiamat adalah sedikitnya ilmu, merajarelanya
kebodohan, merajarelanya zina, banyaknya wanita, sedikitnya lelaki hingga lima
puluh wanita dirawat oleh satu lelaki.”[5]
22. Keutamaan Ilmu
82
- عَنِ ابْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ،
قَالَ: «بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ، أُتِيتُ بِقَدَحِ لَبَنٍ، فَشَرِبْتُ حَتَّى
إِنِّي لَأَرَى الرِّيَّ يَخْرُجُ فِي أَظْفَارِي، ثُمَّ أَعْطَيْتُ فَضْلِي
عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ»، قَالُوا: فَمَا أَوَّلْتَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟
قَالَ: «العِلْمَ»
72. Dari Ibnu
Umar Rodhiyallohu ‘Anhuma, dia berkata: Aku mendengar Rosululloh ﷺ besabda: “Ketika aku tidur bermimpi diberi segelas susu lalu
kuminum hingga benar-benar aku melihat cucuran air keluar dari jari-jemariku,
lalu kuberikan sisanya ke Umar bin Al-Khoththob.” Orang-orang bertanya: “Apa
takwilnya wahai Rosululloh ﷺ?”
Beliau menjawab: “Ilmu.”
23. Memberikan Fatwa Saat Berkendara dan
Selainnya
83
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ العَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ ﷺ وَقَفَ فِي حَجَّةِ الوَدَاعِ بِمِنًى لِلنَّاسِ يَسْأَلُونَهُ،
فَجَاءهُ رَجُلٌ فَقَالَ: لَمْ أَشْعُرْ فَحَلَقْتُ قَبْلَ أَنْ أَذْبَحَ؟
فَقَالَ: «اذْبَحْ وَلاَ حَرَجَ»، فَجَاءَ آخَرُ فَقَالَ: لَمْ أَشْعُرْ
فَنَحَرْتُ قَبْلَ أَنْ أَرْمِيَ؟ قَالَ: «ارْمِ وَلاَ حَرَجَ»، فَمَا
سُئِلَ النَّبِيُّ ﷺ عَنْ شَيْءٍ قُدِّمَ وَلاَ أُخِّرَ إِلَّا قَالَ: «افْعَلْ
وَلاَ حَرَجَ»
73. Dari Abdullah
bin Amr bin Al-Ash Rodhiyallohu ‘Anhuma, bahwa Rosululloh ﷺ berdiri saat Haji Wada di Mina untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan manusia. Datang seorang lelaki dan berkata: “Aku tidak
tahu sehingga menyukur sebelum menyembelih.” Beliau menjawab: “Sembelilah,
tidak mengapa.” Datang lelaki lain dan berkata: “Aku tidak tahu sehingga
aku menyembelih sebelum melempar Jumroh.” Beliau menjawab: “Lemparlah, dan
tidak mengapa.” Setiap kali beliau ditanya sesuatu yang didahulukan maupun
diakhirkan, selalu menjawab: “Lakukan, tidak mengapa.”
24. Menjawab Fatwa dengan Isyarat Tangan dan
Kepala
84
- عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ سُئِلَ فِي
حَجَّتِهِ فَقَالَ: ذَبَحْتُ قَبْلَ أَنْ أَرْمِيَ؟ فَأَوْمَأَ بِيَدِهِ، قَالَ: «وَلاَ
حَرَجَ»، قَالَ: حَلَقْتُ قَبْلَ أَنْ أَذْبَحَ؟ فَأَوْمَأَ بِيَدِهِ: «وَلاَ
حَرَجَ»
74. Dari Ibnu
Abbas Rodhiyallohu ‘Anhuma, bahwa Nabi ﷺ
ditanya saat Haji Wada: “Aku telah menyembelih sebelum melempar Jumroh.” Beliau
menjawab dengan isyarat tangan yang maknanya: “Tidak mengapa.” Yang lain
bertanya: “Aku mencukur sebelum menyembelih.” Beliau menjawab dengan isyarat
tangannya yang maknanya: “Tidak mengapa.”
85
- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ، قَالَ: «يُقْبَضُ
العِلْمُ، وَيَظْهَرُ الجَهْلُ وَالفِتَنُ، وَيَكْثُرُ الهَرْجُ»، قِيلَ يَا
رَسُولَ اللَّهِ! وَمَا الهَرْجُ؟ فَقَالَ هَكَذَا بِيَدِهِ فَحَرَّفَهَا،
كَأَنَّهُ يُرِيدُ القَتْلَ
75. Dari Abu Huroiroh
Rodhiyallohu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ,
beliau bersabda: “Ilmu akan dicabut, kebodohan dan fitnah akan merajarela,
dan akan terjadi banyak harj.” Ada yang bertanya: “Wahai Rosululloh!
Apa itu harj?” Beliau menjawab dengan isyarat tangan yang dihunuskan, yakni
pembunuhan.
86
- عَنْ أَسْمَاءَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، قَالَتْ: أَتَيْتُ عَائِشَةَ وَهِيَ
تُصَلِّي فَقُلْتُ: مَا شَأْنُ النَّاسِ؟ فَأَشَارَتْ إِلَى السَّمَاءِ، فَإِذَا
النَّاسُ قِيَامٌ، فَقَالَتْ: سُبْحَانَ اللَّهِ، قُلْتُ: آيَةٌ؟ فَأَشَارَتْ
بِرَأْسِهَا: أَيْ نَعَمْ، فَقُمْتُ حَتَّى تَجَلَّانِي الغَشْيُ، فَجَعَلْتُ
أَصُبُّ عَلَى رَأْسِي المَاءَ، فَحَمِدَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ النَّبِيُّ ﷺ
وَأَثْنَى عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: «مَا مِنْ شَيْءٍ لَمْ أَكُنْ أُرِيتُهُ
إِلَّا رَأَيْتُهُ فِي مَقَامِي، حَتَّى الجَنَّةُ وَالنَّارُ، فَأُوحِيَ إِلَيَّ:
أَنَّكُمْ تُفْتَنُونَ فِي قُبُورِكُمْ مِثْلَ أَوْ قَرِيبَ - لاَ أَدْرِي
أَيَّ ذَلِكَ قَالَتْ أَسْمَاءُ - مِنْ فِتْنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ، يُقَالُ
مَا عِلْمُكَ بِهَذَا الرَّجُلِ؟ فَأَمَّا المُؤْمِنُ أَوِ المُوقِنُ - لاَ
أَدْرِي بِأَيِّهِمَا قَالَتْ أَسْمَاءُ - فَيَقُولُ: هُوَ مُحَمَّدٌ رَسُولُ
اللَّهِ، جَاءَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَالهُدَى، فَأَجَبْنَا وَاتَّبَعْنَا، هُوَ
مُحَمَّدٌ ثَلاَثًا، فَيُقَالُ: نَمْ صَالِحًا قَدْ عَلِمْنَا إِنْ كُنْتَ
لَمُوقِنًا بِهِ وَأَمَّا المُنَافِقُ أَوِ المُرْتَابُ - لاَ أَدْرِي أَيَّ
ذَلِكَ قَالَتْ أَسْمَاءُ - فَيَقُولُ: لاَ أَدْرِي، سَمِعْتُ النَّاسَ
يَقُولُونَ شَيْئًا فَقُلْتُهُ»
76. Dari Asma’ Rodhiyallohu
‘Anha, ia berkata: Aku menemui Aisyah saat dia sedang sholat. Setelah itu
aku tanyakan kepadanya: “Apa yang sedang dilakukan orang-orang?” Aisyah memberi
isyarat ke langit dan berkata: “Subhanallah.” Ternyata orang-orang sedang
melaksanakan sholat (gerhana matahari). Aku bertanya lagi: “Tanda (dari
kebesaran Allah)?” Lalu dia memberi isyarat dengan kepalanya, maksudnya
mengiyakan. Maka akupun ikut sholat hingga seakan-akan aku mau pinsan, lalu aku
siram kepalaku dengan air. Lalu Nabi ﷺ
memuji Allah dan mensucikan-Nya, lalu bersabda: “Tidak ada sesuatu yang
belum diperlihatkan kepadaku, kecuali aku sudah melihatnya dari tempatku ini
hingga Surga dan Neraka, lalu diwahyukan kepadaku: bahwa kalian akan terkena
fitnah dalam kubur kalian seperti atau hampir berupa —aku sendiri tidak
tahu apa yang diucapkan Asma’— dari fitnah Al-Masih Ad-Dajjal. Kalian akan
ditanya: ‘Apa yang kamu ketahui tentang laki-laki ini (Muhammad)?’ Adapun orang
beriman atau orang yang yakin, —aku tidak tahu mana yang dikatakan Asma’—
akan menjawab: ‘Dia adalah Muhammad Rosululloh yang datang kepada kami membawa mukjizat
dan petunjuk (wahyu). Lalu kami sambut dan kami ikuti. Dia adalah Muhammad,’
diucapkannya tiga kali. Lalu kepada orang itu dikatakan: ‘Tidurlah dengan tenang,
sungguh kami telah mengetahui bahwa kamu adalah orang yang yakin.’ Adapun orang
munafiq atau orang yang ragu, —aku tidak tahu mana yang dikatakan Asma’—
akan menjawab: ‘Aku tidak tahu siapa dia, aku mendengar manusia membicarakan
sesuatu maka akupun ikut-ikutan mengatakannya.’”
25. Anjuran Nabi ﷺ Kepada Utusan Kabilah Abdul Qois Untuk Menghafal Iman dan Ilmu,
dan Mengajarkannya ke Kaumnya
87
- عَنْ أَبِي جَمْرَةَ، قَالَ: كُنْتُ أُتَرْجِمُ بَيْنَ ابْنِ عَبَّاسٍ وَبَيْنَ
النَّاسِ، فَقَالَ: إِنَّ وَفْدَ عَبْدِ القَيْسِ أَتَوُا النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَ: «مَنِ
الوَفْدُ - أَوْ مَنِ القَوْمُ -؟» قَالُوا: رَبِيعَةُ فَقَالَ: «مَرْحَبًا
بِالقَوْمِ - أَوْ بِالوَفْدِ -، غَيْرَ خَزَايَا وَلاَ نَدَامَى» قَالُوا:
إِنَّا نَأْتِيكَ مِنْ شُقَّةٍ بَعِيدَةٍ، وَبَيْنَنَا وَبَيْنَكَ هَذَا الحَيُّ
مِنْ كُفَّارِ مُضَرَ، وَلاَ نَسْتَطِيعُ أَنْ نَأْتِيَكَ إِلَّا فِي شَهْرٍ
حَرَامٍ، فَمُرْنَا بِأَمْرٍ نُخْبِرُ بِهِ مَنْ وَرَاءَنَا، نَدْخُلُ بِهِ
الجَنَّةَ فَأَمَرَهُمْ بِأَرْبَعٍ وَنَهَاهُمْ عَنْ أَرْبَعٍ: أَمَرَهُمْ
بِالإِيمَانِ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَحْدَهُ، قَالَ: «هَلْ تَدْرُونَ مَا
الإِيمَانُ بِاللَّهِ وَحْدَهُ؟»
قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ:
«شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ،
وَإِقَامُ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ، وَصَوْمُ رَمَضَانَ، وَتُعْطُوا
الخُمُسَ مِنَ المَغْنَمِ»، وَنَهَاهُمْ عَنِ الدُّبَّاءِ وَالحَنْتَمِ
وَالمُزَفَّتِ، [وَالنَّقِيرِ]، قَالَ: «احْفَظُوهُ، وَأَخْبِرُوهُ مَنْ
وَرَاءَكُمْ»
87. Dari Abu Jamroh,
ia berkata: Aku pernah menjadi penerjemah antara Ibnu ‘Abbas dan orang-orang. Ibnu
Abbas berkata: “Rombongan utusan Abdul Qois menemui Nabi ﷺ lalu beliau bertanya: “Utusan siapakah ini atau kaum manakah
ini?” Utusan itu menjawab: “Rabi’ah.” Lalu beliau berkata: “Selamat
datang kaum atau para utusan tanpa kesedihan dan tanpa penyesalan.” Para
utusan berkata: “Wahai Rosululloh! Kami datang dari perjalanan yang jauh
sementara di antara kampung kami dan engkau ada kampung kaum kafir (suku)
Mudlor, dan kami tidak sanggup untuk mendatangi engkau kecuali di bulan Harom
(Rojab, Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharrom). Ajarkanlah kami dengan satu perintah
yang jelas, yang dapat kami amalkan dan kami ajarkan kepada orang-orang di
kampung kami, dan dengan begitu kami dapat masuk Surga.” Maka beliau
memerintahkan mereka empat hal dan melarang dari empat hal: (1) memerintahkan
mereka untuk beriman kepada Allah semata. Beliau berkata: “Tahukah kalian
apa arti beriman kepada Allah semata?” Mereka menjawab: “Allah dan Rosul-Nya
yang lebih mengetahui.” Beliau menjelaskan: “Persaksian tidak ada yang
berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, (2) menegakkan
sholat, (3) menunaikan zakat, (4) berpuasa di bulan Romadhon, dan (5) kalian menyerahkan
seperlima ghonimah.” Dan beliau melarang mereka dari empat perkara, yaitu hantam,
dubbaa, muzaffaat, dan naqir. Kemudian Nabi ﷺ
bersabda: “Hafalkan dan ajarkan kepada orang-orang di kampung kalian.”[6]
26. Bepergian Untuk Mencari Jawaban dari
Masalah yang Sedang Terjadi dan Mengajarkannya Kepada Keluarganya
88
- عَنْ عُقْبَةَ بْنِ الحَارِثِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّهُ تَزَوَّجَ ابْنَةً
لِأَبِي إِهَابِ بْنِ عُزَيْزٍ فَأَتَتْهُ امْرَأَةٌ فَقَالَتْ: إِنِّي قَدْ
أَرْضَعْتُ عُقْبَةَ وَالَّتِي تَزَوَّجَ، فَقَالَ لَهَا عُقْبَةُ: مَا أَعْلَمُ
أَنَّكِ أَرْضَعْتِنِي، وَلاَ أَخْبَرْتِنِي، فَرَكِبَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ
بِالْمَدِينَةِ فَسَأَلَهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «كَيْفَ وَقَدْ قِيلَ؟!»
فَفَارَقَهَا عُقْبَةُ، وَنَكَحَتْ زَوْجًا غَيْرَهُ
88. Dari Uqbah
bin Al-Harits Rodhiyallohu ‘Anhu, bahwa dia menikahi putri Abu Ihab bin
Uzaiz. Tiba-tiba seorang wanita datang dan berkata: “Aku dahulu menyusuai Uqbah
dan wanita yang dinikahinya.” Lalu Uqbah berkata kepadanya: “Aku tidak tahu
bahwa kamu pernah menyusuiku, dan kamu juga tidak memberitahuku.” Lalu dia
berkendara menuju Nabi ﷺ di Madinah untuk bertanya. Rosululloh
ﷺ bersabda: “Bagaimana lagi,
sudah dikatakan demikan.” Maka Uqbah menceraikannya lalu dinikahi lelaki
lain.
27. Bergantian dalam Mencari Ilmu
89
- عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: كُنْتُ أَنَا وَجَارٌ لِي مِنَ
الأَنْصَارِ فِي بَنِي أُمَيَّةَ بْنِ زَيْدٍ وَهِيَ مِنْ عَوَالِي المَدِينَةِ
وَكُنَّا نَتَنَاوَبُ النُّزُولَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، يَنْزِلُ يَوْمًا
وَأَنْزِلُ يَوْمًا، فَإِذَا نَزَلْتُ جِئْتُهُ بِخَبَرِ ذَلِكَ اليَوْمِ مِنَ
الوَحْيِ وَغَيْرِهِ، وَإِذَا نَزَلَ فَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ، فَنَزَلَ صَاحِبِي
الأَنْصَارِيُّ يَوْمَ نَوْبَتِهِ، فَضَرَبَ بَابِي ضَرْبًا شَدِيدًا، فَقَالَ:
أَثَمَّ هُوَ؟ فَفَزِعْتُ فَخَرَجْتُ إِلَيْهِ، فَقَالَ: قَدْ حَدَثَ أَمْرٌ
عَظِيمٌ قَالَ: فَدَخَلْتُ عَلَى حَفْصَةَ فَإِذَا هِيَ تَبْكِي، فَقُلْتُ:
طَلَّقَكُنَّ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ؟ قَالَتْ: لاَ أَدْرِي، ثُمَّ دَخَلْتُ عَلَى
النَّبِيِّ ﷺ فَقُلْتُ وَأَنَا قَائِمٌ: أَطَلَّقْتَ نِسَاءَكَ؟ قَالَ: «لاَ»
فَقُلْتُ: اللَّهُ أَكْبَرُ
89. Dari Umar Rodhiyallohu
‘Anhu, ia berkata: Aku dan tetanggaku dari Anshor berada di desa Bani
Umayyah bin Zaid yang terletak di dataran tinggi pinggiran Madinah. Kami saling
bergantian menimba ilmu dari Rosul ﷺ,
sehari aku yang turun dan hari berikutnya dia yang turun. Jika giliranku yang
turun, aku akan memberitahunya wahyu yang turun dan urusan penting di hari itu.
Dan jika giliran tetanggaku yang turun, ia pun melakukan hal yang sama. Ketika
hari giliran tetanggaku turun, dia pulang kepadaku dengan mengetuk pintuku
dengan sangat keras, seraya berkata: “Apakah ada Umar?” Maka aku kaget dan
keluar menemuinya. Dia berkata: “Telah terjadi persoalan yang gawat!” Umar
berkata: Aku pergi menemui Hafshoh, dan ternyata dia sedang menangis, aku
bertanya kepadanya: “Apakah Rosululloh ﷺ
menceraikanmu?” Hafshoh menjawab: “Aku tidak tahu.” Maka aku menemui Nabi ﷺ, sambil berdiri aku tanyakan: “Apakah Anda menceraikan
istri-istri Anda?” Beliau menjawab: “Tidak.” Maka aku ucapkan: “Allah
Maha Besar!”
28. Marah dalam Memberi Nasihat dan Mengajar
Jika Melihat Sesuatu yang Dibenci
90
- عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَجُلٌ
يَا رَسُولَ اللَّهِ! لاَ أَكَادُ أُدْرِكُ الصَّلاَةَ مِمَّا يُطَوِّلُ بِنَا
فُلاَنٌ، فَمَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ ﷺ فِي مَوْعِظَةٍ أَشَدَّ غَضَبًا مِنْ
يَوْمِئِذٍ، فَقَالَ: «أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّكُمْ مُنَفِّرُونَ، فَمَنْ
صَلَّى بِالنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ، فَإِنَّ فِيهِمُ المَرِيضَ، وَالضَّعِيفَ، وَذَا
الحَاجَةِ»
90. Dari Abu Mas’ud
Al-Anshori Rodhiyallohu ‘Anhu, dia berkata: Seseorang berkata: “Wahai Rosululloh!
Aku hampir tidak mampu sholat berjamaah karena si fulan (imam) memanjangkan sholatnya.”
Aku belum pernah melihat Nabi ﷺ memberi
teguran dengan kemarahan melebihi hari itu. Beliau bersabda: “Wahai manusia!
Kamu membuat orang lari. Siapa yang mengimami manusia maka ringankanlah, karena
di sana ada yang sakit, lemah, dan memiliki hajat.”
91
- عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الجُهَنِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ
سَأَلَهُ رَجُلٌ عَنِ اللُّقَطَةِ، فَقَالَ: «اعْرِفْ وِكَاءَهَا - أَوْ قَالَ:
وِعَاءَهَا - وَعِفَاصَهَا، ثُمَّ عَرِّفْهَا سَنَةً، ثُمَّ اسْتَمْتِعْ بِهَا،
فَإِنْ جَاءَ رَبُّهَا فَأَدِّهَا إِلَيْهِ»، قَالَ: فَضَالَّةُ الإِبِلِ؟
فَغَضِبَ حَتَّى احْمَرَّتْ وَجْنَتَاهُ - أَوْ قَالَ: احْمَرَّ وَجْهُهُ -،
فَقَالَ: «وَمَا لَكَ وَلَهَا، مَعَهَا سِقَاؤُهَا وَحِذَاؤُهَا، تَرِدُ
المَاءَ وَتَرْعَى الشَّجَرَ، فَذَرْهَا حَتَّى يَلْقَاهَا رَبُّهَا»، قَالَ:
فَضَالَّةُ الغَنَمِ؟ قَالَ: «لَكَ، أَوْ لِأَخِيكَ، أَوْ لِلذِّئْبِ»
91. Dari Zaid bin
Kholid Al-Juhanni Rodhiyallohu ‘Anhu, bahwa ada seseorang yang bertanya
kepada Nabi ﷺ tentang barang temuan. Beliau
menjawab: “Umumkan ciri tali pengikatnya atau kantong dan talinya, dan
umumkan selama setahun. Kemudian (jika belum ketemu pemiliknya) kamu boleh
memanfaatkannya. Jika datang pemiliknya maka serahkanlah kepadanya.” Dia
bertanya lagi: “Bagaimana jika menemukan unta?” Beliau marah hingga memerah
mukanya dan berkata: “Apa urusanmu dengan unta itu? Dia membawa air di
punuknya dan membawa sepatu, bisa mencari minum sendiri dan merumput. Biarkan
saja sampai ditemukan sendiri oleh pemiliknya.” Dia bertanya lagi: “Bagaimana
jika menemukan kambing?” Jawab beliau: “Ia untukmu, atau saudaramu, atau
srigala.”
92
- عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: سُئِلَ النَّبِيُّ ﷺ عَنْ
أَشْيَاءَ كَرِهَهَا، فَلَمَّا أُكْثِرَ عَلَيْهِ غَضِبَ، ثُمَّ قَالَ لِلنَّاسِ: «سَلُونِي
عَمَّا شِئْتُمْ»، قَالَ رَجُلٌ: مَنْ أَبِي؟ قَالَ: «أَبُوكَ حُذَافَةُ»،
فَقَامَ آخَرُ فَقَالَ: مَنْ أَبِي يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ فَقَالَ: «أَبُوكَ
سَالِمٌ مَوْلَى شَيْبَةَ»، فَلَمَّا رَأَى عُمَرُ مَا فِي وَجْهِهِ قَالَ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ! إِنَّا نَتُوبُ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
92. Dari Abu Musa
Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: Nabi ﷺ
ditanya tentang beberapa hal yang dibencinya. Ketika mereka terus bertanya,
beliau marah kemudian berkata kepada orang-orang: “Bertanyalah sesuka
kalian.” Seseorang bertanya: “Siapa ayahku?” Beliau menjawab: “Ayahmu
Hudzaifah.” Yang lain berdiri dan bertanya: “Siapa ayahku wahai Rosululloh?”
Beliau menjawab: “Ayahmu Salim bekas mudak Syaibah.” Ketika Umar melihat
kemarahan di wajah beliau, dia berkata: “Wahai Rosululloh! Kami bertaubat
kepada Allah Azza wa Jalla.”
29. Bersimpuh di Depan Imam Atau Muhaddits
93
- عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ خَرَجَ،
فَقَامَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ حُذَافَةَ فَقَالَ: مَنْ أَبِي؟ فَقَالَ: «أَبُوكَ
حُذَافَةُ»، ثُمَّ أَكْثَرَ أَنْ يَقُولَ: «سَلُونِي»، فَبَرَكَ عُمَرُ
عَلَى رُكْبَتَيْهِ فَقَالَ: رَضِينَا بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا
وَبِمُحَمَّدٍ ﷺ نَبِيًّا، فَسَكَتَ
93. Dari Anas bin
Malik Rodhiyallohu ‘Anhu, bahwa Rosululloh ﷺ
keluar rumah lalu tiba-tiba Abdullah bin Hudzafah bertanya: “Siapa ayahku?”
Beliau menjawab: “Ayahmu Hudzafah.” Kemudian beliau banyak berkata: “Bertanyalah
kepadaku!” Lalu Umar berlutut seraya berkata: “Aku ridho Allah sebagai Robb,
Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Nabi,” hingga beliau diam.
30. Mengulangi Hadits Tiga Kali Agar Mudah
Dipahami
94
- عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: «أَنَّهُ كَانَ إِذَا
سَلَّمَ سَلَّمَ ثَلاَثًا، وَإِذَا تَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَعَادَهَا ثَلاَثًا»
94. Dari Anas Rodhiyallohu
‘Anhu, dari Nabi ﷺ, bahwa apabila beliau salam,
mengulanginya sebanyak tiga kali. Jika mengucapkan sebuah kalimat,
mengulanginya sebanyak tiga kali.”
95
- عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: «أَنَّهُ كَانَ إِذَا
تَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَعَادَهَا ثَلاَثًا، حَتَّى تُفْهَمَ عَنْهُ، وَإِذَا أَتَى
عَلَى قَوْمٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ، سَلَّمَ عَلَيْهِمْ ثَلاَثًا»
95. Dari Anas Rodhiyallohu
‘Anhu, dari Nabi ﷺ, bahwa apabila beliau
mengucapkan sebuah kalimat, mengulanginya sebanyak tiga kali agar dipahami
dengan baik. Apabila beliau mendatangi suatu kaum lalu mengucapkan salam kepada
mereka, mengulanginya sebanyak tiga kali.”
96
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: تَخَلَّفَ
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فِي سَفَرٍ سَافَرْنَاهُ، فَأَدْرَكَنَا وَقَدْ أَرْهَقْنَا
الصَّلاَةَ صَلاَةَ العَصْرِ، وَنَحْنُ نَتَوَضَّأُ، فَجَعَلْنَا نَمْسَحُ عَلَى
أَرْجُلِنَا، فَنَادَى بِأَعْلَى صَوْتِهِ: «وَيْلٌ لِلْأَعْقَابِ مِنَ
النَّارِ!»، مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا
96. Dari Abdullah
bin Amr Rodhiyallohu ‘Anhuma, dia berkata: Nabi ﷺ
tertinggal dari kami dalam sebuah safar lalu berhasil menyusul kami saat kami
sedang berwudhu, dan saat itu sudah masuk waktu sholat Ashar. Saat kami
berwudhu, kami hanya mengusap kaki, lalu beliau berteriak dengan suara tinggi: “Celaka
tumit-tumit dari Neraka,” sebanyak dua atau tiga kali.
31. Seseorang Mengajari Budak dan Keluarganya
97
- عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «ثَلاَثَةٌ
لَهُمْ أَجْرَانِ: رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الكِتَابِ، آمَنَ بِنَبِيِّهِ وَآمَنَ
بِمُحَمَّدٍ ﷺ وَالعَبْدُ المَمْلُوكُ إِذَا أَدَّى حَقَّ اللَّهِ وَحَقَّ
مَوَالِيهِ وَرَجُلٌ كَانَتْ عِنْدَهُ أَمَةٌ فَأَدَّبَهَا فَأَحْسَنَ
تَأْدِيبَهَا، وَعَلَّمَهَا فَأَحْسَنَ تَعْلِيمَهَا، ثُمَّ أَعْتَقَهَا
فَتَزَوَّجَهَا؛ فَلَهُ أَجْرَانِ»
97. Dari Abu Musa
Rodhiyallohu ‘Anhu, dia berkata: Rosululloh ﷺ
bersabda: “Ada tiga orang yang mendapatkan dua pahala: (1) seseorang dari
Ahli Kitab yang beriman kepada Nabinya dan beriman kepada Muhammad ﷺ, (2) budak yang menunaikan hak Allah dan hak majikannya, (3)
seseorang yang memiliki budak wanita yang dididik dengan baik dan diajari
dengan baik lalu dimerdekakan lalu dinikahi. Ia mendapatkan dua pahala.”
32. Imam Menasihati dan Mengajari Kaum Wanita
98
- عَنْ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: أَشْهَدُ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ
خَرَجَ وَمَعَهُ بِلاَلٌ، فَظَنَّ أَنَّهُ لَمْ يُسْمِعْ فَوَعَظَهُنَّ وَأَمَرَهُنَّ
بِالصَّدَقَةِ، فَجَعَلَتِ المَرْأَةُ تُلْقِي القُرْطَ وَالخَاتَمَ، وَبِلاَلٌ
يَأْخُذُ فِي طَرَفِ ثَوْبِهِ
98. Dari Atho’,
dia berkata: Aku mendengar Ibnu Abbas Rodhiyallohu ‘Anhuma berkata: Aku
menyaksikan bahwa Nabi ﷺ keluar bersama Bilal. Beliau menyangka bahwa kaum
wanita tidak mendengar khutbahnya lalu beliau menasihai mereka dan memerintahkan
untuk bersedekah. Kaum wanita melempar anting dan cincin emasnya, dan Bilal menadahnya
dengan ujung-ujung bajunya.
33. Antusias dalam Hadits
99
- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّهُ قَالَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ! مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ القِيَامَةِ؟ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ ﷺ: «لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لاَ يَسْأَلُنِي عَنْ
هَذَا الحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى
الحَدِيثِ، أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ القِيَامَةِ؛ مَنْ قَالَ لاَ
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ - أَوْ نَفْسِهِ -»
99. Dari Abu Huroiroh
Rodhiyallohu ‘Anhu, dia berkata: Ada yang bertanya: “Wahai Rosululloh! Siapakah
orang yang paling berbahagia mendapatkan syafa’atmu pada hari Kiamat?” Rosululloh
ﷺ menjawab: “Aku telah menduga
wahai Abu Huroiroh, bahwa tidak ada orang yang mendahuluimu dalam menanyakan
masalah ini, karena aku lihat betapa besar perhatianmu terhadap hadits. Orang
yang paling berbahagia dengan syafaatku pada hari Kiamat adalah orang yang
mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan ikhlas dari hatinya atau jiwanya.”
34. Bagaimana Dicabutnya Ilmu?
100
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ العَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: «إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ العِلْمَ
انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ
العُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا
جُهَّالًا، فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا»
100. Dari
Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash Rodhiyallohu ‘Anhuma, ia berkata: Aku
mendengar Rosululloh ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Allah
tidak mencabut ilmu langsung dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan
cara mewafatkan para ulama, hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia
akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya
mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan.”
Perlukah Wanita Ditentukan Jadwal Khusus
dalam Ilmu?
101
- عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: قَالَتِ النِّسَاءُ
لِلنَّبِيِّ ﷺ: غَلَبَنَا عَلَيْكَ الرِّجَالُ، فَاجْعَلْ لَنَا يَوْمًا مِنْ
نَفْسِكَ، فَوَعَدَهُنَّ يَوْمًا لَقِيَهُنَّ فِيهِ، فَوَعَظَهُنَّ وَأَمَرَهُنَّ،
فَكَانَ فِيمَا قَالَ لَهُنَّ: «مَا مِنْكُنَّ امْرَأَةٌ تُقَدِّمُ ثَلاَثَةً مِنْ
وَلَدِهَا، إِلَّا كَانَ لَهَا حِجَابًا مِنَ النَّارِ»، فَقَالَتِ امْرَأَةٌ:
وَاثْنَتَيْنِ؟ فَقَالَ: «وَاثْنَتَيْنِ»
101. Dari Abu Sa’id
Al-Khudri Rodhiyallohu ‘Anhu, bahwa kaum wanita berkata kepada Nabi ﷺ: “Kaum lelaki telah mengalahkan kami untuk bertemu dengan Anda,
maka berilah kami satu hari untuk bermajelis dengan Anda.” Maka Nabi ﷺ berjanji kepada mereka untuk bertemu, lalu Nabi ﷺ memberi pelajaran dan memerintahkan mereka, di antara yang
disampaikannya adalah: “Tidaklah seorangpun dari kalian yang tinggal wafat
tiga anaknya (yang belum baligh) kecuali akan menjadi sebab tabir (dinding) bagi
dirinya dari Neraka.” Berkata seorang wanita: “Bagaimana kalau dua orang?” Beliau
menjawab: “Dua juga.”
102
- عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ بِهَذَا،
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: «ثَلاَثَةً لَمْ
يَبْلُغُوا الحِنْثَ»
102. Dari Abu Sa’id
Al-Khudri Rodhiyallohu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ
seperti hadits di atas, dan dari Abu Huroiroh Rodhiyallohu ‘Anhu dengan
tambahan: “Tiga anak yang belum baligh.”
Mendengar Ilmu Tetapi Belum Paham Agar
Mengulanginya Hingga Paham
103
- عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ ﷺ، كَانَتْ لاَ تَسْمَعُ
شَيْئًا لاَ تَعْرِفُهُ، إِلَّا رَاجَعَتْ فِيهِ حَتَّى تَعْرِفَهُ، وَأَنَّ
النَّبِيَّ ﷺ، قَالَ: «مَنْ حُوسِبَ عُذِّبَ»، قَالَتْ عَائِشَةُ: فَقُلْتُ:
أَوَلَيْسَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: {فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا}
[الانشقاق: 8] قَالَتْ: فَقَالَ: «إِنَّمَا ذَلِكِ العَرْضُ، وَلَكِنْ: مَنْ
نُوقِشَ الحِسَابَ يَهْلِكْ»
103. Dari Ibnu Abi
Mulaikah bahwa Aisyah Rodhiyallohu ‘Anha istri Nabi ﷺ, tidaklah mendengar sesuatu yang tidak dia mengerti kecuali
menanyakannya sampai dia mengerti, dan Nabi ﷺ
pernah bersabda: “Siapa yang dihisab berarti dia disiksa.” Aisyah
berkata: Aku bertanya: “Bukankah Allah Ta’ala berfirman: ‘Kelak dia akan
dihisab dengan hisab yang ringan,’ (QS. Al-Insyiqoq: 8). Nabi ﷺ menjawab: “Sesungguhnya
yang dimaksud itu adalah pemaparan (amalan). Akan tetapi barangsiapa yang
didebat hisabnya pasti celaka.”
35. Orang yang Hadir Menyampaikan Kepada yang
Tidak Hadir
104
- عَنْ سَعِيدٍ هُوَ ابْنُ أَبِي سَعِيدٍ،
عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ، أَنَّهُ قَالَ لِعَمْرِو بْنِ سَعِيدٍ: - وَهُوَ يَبْعَثُ
البُعُوثَ إِلَى مَكَّةَ - ائْذَنْ لِي أَيُّهَا الأَمِيرُ، أُحَدِّثْكَ قَوْلًا
قَامَ بِهِ النَّبِيُّ ﷺ الغَدَ مِنْ يَوْمِ الفَتْحِ، سَمِعَتْهُ أُذُنَايَ
وَوَعَاهُ قَلْبِي، وَأَبْصَرَتْهُ عَيْنَايَ حِينَ تَكَلَّمَ بِهِ: حَمِدَ
اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: «إِنَّ مَكَّةَ حَرَّمَهَا اللَّهُ،
وَلَمْ يُحَرِّمْهَا النَّاسُ، فَلاَ يَحِلُّ لِامْرِئٍ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَاليَوْمِ الآخِرِ أَنْ يَسْفِكَ بِهَا دَمًا، وَلاَ يَعْضِدَ بِهَا شَجَرَةً،
فَإِنْ أَحَدٌ تَرَخَّصَ لِقِتَالِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فِيهَا، فَقُولُوا: إِنَّ اللَّهَ
قَدْ أَذِنَ لِرَسُولِهِ وَلَمْ يَأْذَنْ لَكُمْ، وَإِنَّمَا أَذِنَ لِي فِيهَا
سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ، ثُمَّ عَادَتْ حُرْمَتُهَا اليَوْمَ كَحُرْمَتِهَا
بِالأَمْسِ، وَلْيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الغَائِبَ» فَقِيلَ لِأَبِي شُرَيْحٍ:
مَا قَالَ عَمْرٌو؟ قَالَ: أَنَا أَعْلَمُ مِنْكَ يَا أَبَا شُرَيْحٍ! لاَ يُعِيذُ
عَاصِيًا، وَلاَ فَارًّا بِدَمٍ، وَلاَ فَارًّا بِخَرْبَةٍ
104. Dari Sa’id
bin Abi Sa’id, dari Abu Syuraih Rodhiyallohu ‘Anhu, dia berkata kepada ‘Amr
bin Sa’id saat dia mengutus pasukan untuk menyerang Makkah: “Wahai Amir! Izinkan
aku menyampaikan satu hadits yang pernah disampaikan Nabi ﷺ dalam khutbahnya saat pembebasan Makkah, yang didengar langsung
kedua telingaku, dihafal hatiku, dan dilihat oleh kedua mataku ketika
disabdakan itu. Beliau memuji Allah seraya bersabda: ‘Sesungguhnya Makkah
disucikan Allah, bukan disucikan manusia, maka tidak halal bagi setiap orang
yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir menumpahkan darah di dalamnya, dan
tidak boleh mencabut pepohonan di dalamnya. Jika seseorang minta keringanan
karena peperangan yang pernah dilakukan oleh Rosululloh ﷺ di dalamnya maka katakanlah: ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala telah
mengizinkan Rosul-Nya dan tidak mengizinkan kalian.’ Sesungguhnya Allah Ta’ala
telah mengizinkanku pada satu saat pada siang hari kemudian dikembalikan
kesuciannya hari ini sebagaimana kesuciannya sebelumnya. Hendaklah yang hadir
menyampaikan kepada yang tidak hadir.’” Ada yang bertanya kepada Abu Syuraih: “Apa
jawaban ‘Amru?” Dia berkata: “Aku lebih mengetahui darimu wahai Abu Syuraih: Makkah
tidak melindungi orang yang bermaksiat, pembunuh yang lari untuk bersembunyi di
sana, dan pencuri yang lari untuk bersembunyi di sana.”
105
- عَنْ أَبِي بَكْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، ذُكِرَ النَّبِيُّ ﷺ، قَالَ: «فَإِنَّ
دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ، كَحُرْمَةِ
يَوْمِكُمْ هَذَا، فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، أَلاَ لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ مِنْكُمُ
الغَائِبَ» «أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ» مَرَّتَيْنِ
105.
Dari Abu Bakroh Rodhiyallohu ‘Anhu, Nabi ﷺ
bersabda: “Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, kehormatan kalian adalah
disucikan di antara kalian, sebagaimana kesucian hari kalian ini (hari Qurban),
di bulan kalian ini (Dzulhijjah). Perhatikanlah, orang yang hadir untuk
menyampaikannya kepada yang tidak hadir dari kalian.” Perhatikanlah, apakah aku
sudah menyampaikan?” Beliau mengucapkannya dua kali.
36. Dosa Orang yang Berdusta Atas Nama Nabi ﷺ
106
- عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «لاَ
تَكْذِبُوا عَلَيَّ؛ فَإِنَّهُ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ فَلْيَلِجِ النَّارَ»
106. Dari Ali Rodhiyallohu
‘Anhu, ia berkata: Nabi ﷺ
bersabda: “Kalian jangan berdusta atas namaku, karena siapa yang berdusta
atas namaku akan masuk Neraka.”
107
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قُلْتُ
لِلزُّبَيْرِ: إِنِّي لاَ أَسْمَعُكَ تُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ كَمَا
يُحَدِّثُ فُلاَنٌ وَفُلاَنٌ؟ قَالَ: أَمَا إِنِّي لَمْ أُفَارِقْهُ، وَلَكِنْ
سَمِعْتُهُ يَقُولُ: «مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ؛ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ
النَّارِ»
107. Dari
Abdullah bin Az-Zubair Rodhiyallohu ‘Anhuma, ia berkata: Aku berkata
kepada Az-Zubair: “Aku tidak mendengar Anda banyak menyampaikan hadits Rosululloh
seperti yang dilakukan si fulan dan si fulan (yakni Ibnu Mas’ud).” Dia
menjawab: “Aku tidak pernah berpisah dari beliau, tetapi aku pernah mendengar
beliau bersabda: ‘Siapa yang berdusta atas namaku maka silahkan ia
menyiapkan tempat duduknya di Neraka.”
108
- قَالَ أَنَسٌ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: إِنَّهُ لَيَمْنَعُنِي أَنْ أُحَدِّثَكُمْ
حَدِيثًا كَثِيرًا أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ، قَالَ: «مَنْ تَعَمَّدَ عَلَيَّ كَذِبًا؛
فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ»
108. Anas Rodhiyallohu
‘Anhu berkata: Yang menghalangiku untuk menyampaikan banyak hadits kepada
kalian adalah sabda Nabi ﷺ: “Siapa yang sengaja berdusta
atas namaku, maka silahkan ia menyiapkan tempat duduknya di Neraka.”
109
- عَنْ سَلَمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: «مَنْ
يَقُلْ عَلَيَّ مَا لَمْ أَقُلْ؛ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ»
109. Dari Salamah
Rodhiyallohu ‘Anhu, dia berkata: Aku mendengar Nabi ﷺ bersabda: “Siapa yang mengucapkan atas namaku apa yang tidak
aku ucapkan, maka silahkan ia menyiapkan tempat duduknya di Neraka.”
110
- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ، قَالَ: «تَسَمَّوْا
بِاسْمِي وَلاَ تَكْتَنُوا بِكُنْيَتِي، وَمَنْ رَآنِي فِي المَنَامِ فَقَدْ
رَآنِي، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَتَمَثَّلُ فِي صُورَتِي، وَمَنْ كَذَبَ
عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ»
110. Dari Abu Huroiroh
Rodhiyallohu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ,
beliau bersabda: “Berilah nama dengan namaku, tetapi jangan memakai nama
kun-yahku (Abul Qosim). Siapa yang bermimpi melihatku, sungguh ia benar
melihatku, karena setan tidak bisa menyerupai bentuk rupaku. Siapa yang sengaja
berdusta atas namaku maka silahkan ia menyiapkan tempat duduknya di Neraka.”
37. Menulis Ilmu
111
- عَنْ أَبِي جُحَيْفَةَ، قَالَ: قُلْتُ لِعَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ: هَلْ
عِنْدَكُمْ كِتَابٌ؟ قَالَ: لاَ، إِلَّا كِتَابُ اللَّهِ، أَوْ فَهْمٌ أُعْطِيَهُ
رَجُلٌ مُسْلِمٌ، أَوْ مَا فِي هَذِهِ الصَّحِيفَةِ قَالَ: قُلْتُ: فَمَا فِي
هَذِهِ الصَّحِيفَةِ؟ قَالَ: العَقْلُ، وَفَكَاكُ الأَسِيرِ، وَلاَ يُقْتَلُ
مُسْلِمٌ بِكَافِرٍ
111. Dari Abu
Juhaifah, ia berkata: Aku bertanya kepada Ali bin Abi Tholib Rodhiyallohu ‘Anhu:
“Apakah Anda memiliki kitab (yang ditulis dari Rosululloh ﷺ)?” Jawabnya: “Tidak, kecuali Kitabullah, atau pemahaman yang
diberikan kepada Muslim, atau apa yang ada di dalam lembaran ini (yang
tergantung di pedangku).” Aku bertanya: “Apa yang di lembaran ini?” Jawabnya: “Ketentuan
tebusan, membebaskan tawanan, dan Muslim tidak dibunuh karena membunuh orang
kafir.”
112
- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ خُزَاعَةَ قَتَلُوا رَجُلًا
مِنْ بَنِي لَيْثٍ - عَامَ فَتْحِ مَكَّةَ - بِقَتِيلٍ مِنْهُمْ قَتَلُوهُ،
فَأُخْبِرَ بِذَلِكَ النَّبِيُّ ﷺ، فَرَكِبَ رَاحِلَتَهُ فَخَطَبَ، فَقَالَ: «إِنَّ
اللَّهَ حَبَسَ عَنْ مَكَّةَ القَتْلَ، أَوِ الفِيلَ - قَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ
كَذَا، قَالَ أَبُو نُعَيْمٍ: وَاجْعَلُوهُ عَلَى الشَّكِّ الفِيلَ أَوِ القَتْلَ
وَغَيْرُهُ يَقُولُ الفِيلَ - وَسَلَّطَ عَلَيْهِمْ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ
وَالمُؤْمِنِينَ، أَلاَ وَإِنَّهَا لَمْ تَحِلَّ لِأَحَدٍ قَبْلِي، وَلَمْ تَحِلَّ
لِأَحَدٍ بَعْدِي، أَلاَ وَإِنَّهَا حَلَّتْ لِي سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ، أَلاَ
وَإِنَّهَا سَاعَتِي هَذِهِ حَرَامٌ، لاَ يُخْتَلَى شَوْكُهَا، وَلاَ يُعْضَدُ شَجَرُهَا،
وَلاَ تُلْتَقَطُ سَاقِطَتُهَا إِلَّا لِمُنْشِدٍ، فَمَنْ قُتِلَ فَهُوَ بِخَيْرِ
النَّظَرَيْنِ: إِمَّا أَنْ يُعْقَلَ، وَإِمَّا أَنْ يُقَادَ أَهْلُ القَتِيلِ»،
فَجَاءَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ اليَمَنِ، فَقَالَ: اكْتُبْ لِي يَا رَسُولَ اللَّهِ!
فَقَالَ: «اكْتُبُوا لِأَبِي فُلاَنٍ» فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ قُرَيْشٍ:
إِلَّا الإِذْخِرَ يَا رَسُولَ اللَّهِ! فَإِنَّا نَجْعَلُهُ فِي بُيُوتِنَا
وَقُبُورِنَا؟ فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «إِلَّا الإِذْخِرَ، إِلَّا الإِذْخِرَ»،
فَقِيلَ لِأَبِي عَبْدِ اللَّهِ: أَيُّ شَيْءٍ كَتَبَ لَهُ؟ قَالَ: كَتَبَ لَهُ
هَذِهِ الخُطْبَةَ
112. Dari Abu Huroiroh
Rodhiyallohu ‘Anhu, bahwa suku Khuza’ah membunuh seorang laki-laki dari
Bani Laits saat hari pembebasan Makkah, sebagai balasan terbunuhnya seorang
laki-laki dari mereka (suku Laits). Peristiwa itu lalu disampaikan kepada Nabi ﷺ, beliau lalu naik kendaraannya dan berkhutbah: “Sesungguhnya
Allah telah menahan pembunuhan atau pasukan gajah dari Makkah. Lalu Allah
memenangkan Rosululloh ﷺ dan
kaum Mukminin atas mereka. Ketahuilah Makkah tidaklah halal bagi seorangpun
baik sebelumku atau sesudahku (untuk pertumpahan darah). Ketahuilah bahwa
sesungguhnya ia pernah menjadi halal buatku sesaat di siang hari. Ketahuilah,
dan pada saat ini ia telah menjadi haram: durinya tidak boleh dipotong, pohonnya
tidak boleh ditebang, barang temuannya tidak boleh diambil kecuali untuk
diumumkan dan dicari pemiliknya. Maka barangsiapa dibunuh, dia akan mendapatkan
satu dari dua kebaikan: meminta tebusan atau keluarga korban menuntut qishos.” Lalu datang seorang penduduk Yaman dan
berkata: “Wahai Rosululloh! Tuliskanlah buatku (khutbah ini)?” Beliau bersabda:
“Tuliskanlah untuk Abu fulan (Abu Syah).” Seorang laki-laki Quraisy (Abbas) berkata:
“Kecuali pohon idzkhir wahai Rosululloh, karena pohon itu kami gunakan untuk
atap rumah kami dan (untuk penutup jenazah) di kuburan kami.” Maka Nabi ﷺ bersabda: “Kecuali pohon idzkhir, kecuali pohon idzkhir.”
113
- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: «مَا مِنْ أَصْحَابِ
النَّبِيِّ ﷺ أَحَدٌ أَكْثَرَ حَدِيثًا عَنْهُ مِنِّي، إِلَّا مَا كَانَ مِنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، فَإِنَّهُ كَانَ يَكْتُبُ وَلاَ أَكْتُبُ»
113. Dari Abu Huroiroh
Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: “Tidak ada seorang pun dari Sahabat Nabi
ﷺ yang lebih banyak haditsnya
dariku kecuai Abdullah bin Amr, karena dia menulis sementara aku tidak.”
114
- عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: لَمَّا اشْتَدَّ
بِالنَّبِيِّ ﷺ وَجَعُهُ قَالَ: «ائْتُونِي بِكِتَابٍ أَكْتُبْ لَكُمْ كِتَابًا
لاَ تَضِلُّوا بَعْدَهُ»، قَالَ عُمَرُ: إِنَّ النَّبِيَّ ﷺ غَلَبَهُ
الوَجَعُ، وَعِنْدَنَا كِتَابُ اللَّهِ حَسْبُنَا فَاخْتَلَفُوا وَكَثُرَ
اللَّغَطُ، قَالَ: «قُومُوا عَنِّي، وَلاَ يَنْبَغِي عِنْدِي التَّنَازُعُ»،
فَخَرَجَ ابْنُ عَبَّاسٍ يَقُولُ: إِنَّ الرَّزِيَّةَ كُلَّ الرَّزِيَّةِ، مَا
حَالَ بَيْنَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ وَبَيْنَ كِتَابِهِ
114. Dari Ibnu ‘Abbas
Rodhiyallohu ‘Anhuma, ia berkata: Ketika Nabi ﷺ
bertambah parah sakitnya, beliau bersabda: “Berikan aku surat biar aku tuliskan
sesuatu untuk kalian sehingga kalian tidak akan sesat sepeninggalku.” Umar
berkata: “Nabi ﷺ semakin berat sakitnya dan di
sisi kita ada Kitabullah, yang cukup buat kita.” Kemudian orang-orang
berselisih dan timbul suara gaduh, maka Nabi ﷺ
bersabda: “Pergilah kalian menjauh dariku, tidak pantas terjadi perdebatan di
hadapanku.” Maka Ibnu ‘Abbas keluar seraya berkata: “Ini adalah musibah, dan tidak
layak ada perselisihan dan kegaduhan antara Rosululloh ﷺ
dan suratnya.”
38. Menyampaikan Ilmu dan Nasihat di Malam
Hari
115
- عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، قَالَتْ: اسْتَيْقَظَ النَّبِيُّ ﷺ
ذَاتَ لَيْلَةٍ فَقَالَ: «سُبْحَانَ اللَّهِ! مَاذَا أُنْزِلَ اللَّيْلَةَ مِنَ
الفِتَنِ؟! وَمَاذَا فُتِحَ مِنَ الخَزَائِنِ؟! أَيْقِظُوا صَوَاحِبَاتِ الحُجَرِ،
فَرُبَّ كَاسِيَةٍ فِي الدُّنْيَا عَارِيَةٍ فِي الآخِرَةِ»
115. Dari Ummu
Salamah Rodhiyallohu ‘Anha, ia berkata: Nabi ﷺ
terbangun di malam hari lalu berkata: “Subhanallah! Fitnah apa yang
diturunkan di malam ini? Perbendaharaan apa yang dibuka (malam ini)? Bangunkan
pemilik-pemilik kamar (istri-istri beliau). Betapa banyak orang berpakaian di
dunia dan telanjang di Akhirat.”
39. Begadang Untuk Ilmu
116
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: صَلَّى بِنَا
النَّبِيُّ ﷺ العِشَاءَ فِي آخِرِ حَيَاتِهِ، فَلَمَّا سَلَّمَ قَامَ، فَقَالَ: «أَرَأَيْتَكُمْ
لَيْلَتَكُمْ هَذِهِ، فَإِنَّ رَأْسَ مِائَةِ سَنَةٍ مِنْهَا، لاَ يَبْقَى مِمَّنْ
هُوَ عَلَى ظَهْرِ الأَرْضِ أَحَدٌ»
116. Dari
Abdullah bin Umar Rodhiyallohu ‘Anhuma, dia berkata: Nabi ﷺ mengimami kami sholat Isya di akhir hidupnya. Seusai salam,
beliau berdiri dan bersabda: “Tidakkah kalian perhatikan malam kalian ini?
Sesungguhnya pada setiap penghujung seratus tahun darinya, tidak akan tersisa
seorangpun yang tinggal di bumi.”
117
- عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: بِتُّ فِي بَيْتِ خَالَتِي
مَيْمُونَةَ بِنْتِ الحَارِثِ زَوْجِ النَّبِيِّ ﷺ وَكَانَ النَّبِيُّ ﷺ عِنْدَهَا
فِي لَيْلَتِهَا، فَصَلَّى النَّبِيُّ ﷺ العِشَاءَ، ثُمَّ جَاءَ إِلَى مَنْزِلِهِ،
فَصَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ، ثُمَّ نَامَ، ثُمَّ قَامَ، ثُمَّ قَالَ: «نَامَ
الغُلَيِّمُ؟»
أَوْ كَلِمَةً تُشْبِهُهَا، ثُمَّ قَامَ، فَقُمْتُ عَنْ
يَسَارِهِ، فَجَعَلَنِي عَنْ يَمِينِهِ، فَصَلَّى خَمْسَ رَكَعَاتٍ، ثُمَّ صَلَّى
رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ نَامَ، حَتَّى سَمِعْتُ غَطِيطَهُ - أَوْ خَطِيطَهُ -، ثُمَّ
خَرَجَ إِلَى الصَّلاَةِ
117. Dari Ibnu ‘Abbas
Rodhiyallohu ‘Anhuma, dia berkata: Aku bermalam di rumah bibiku,
Maimunah binti Al-Harits, isteri Nabi ﷺ.
Dan saat itu Nabi ﷺ bersamanya di malam gilirannya.
Nabi ﷺ melaksanakan sholat Isya, lalu
beliau pulang ke rumahnya dan sholat empat rakaat, lalu tidur, lalu bangun lagi
dan berkata: “Apakah si bocah (Ibnu Abbas) sudah tidur?” atau kalimat
yang serupa dengan itu. Kemudian beliau sholat malam, lalu aku ikut sholat dan
berdiri di sisi kirinya. Lalu beliau menempatkan aku di sisi kanannya. Setelah
itu beliau sholat lima rakaat, kemudian sholat dua rakaat, kemudian tidur
hingga aku mendengar dengkurannya, kemudian beliau keluar untuk melaksanakan sholat
Subuh.
40. Menghafal Ilmu
118
- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: إِنَّ النَّاسَ يَقُولُونَ
أَكْثَرَ أَبُو هُرَيْرَةَ، وَلَوْلاَ آيَتَانِ فِي كِتَابِ اللَّهِ مَا حَدَّثْتُ
حَدِيثًا، ثُمَّ يَتْلُو: {إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ
البَيِّنَاتِ وَالهُدَى} [البقرة: 159] إِلَى قَوْلِهِ {الرَّحِيمُ}
[البقرة: 160] إِنَّ إِخْوَانَنَا مِنَ المُهَاجِرِينَ كَانَ يَشْغَلُهُمُ
الصَّفْقُ بِالأَسْوَاقِ، وَإِنَّ إِخْوَانَنَا مِنَ الأَنْصَارِ كَانَ
يَشْغَلُهُمُ العَمَلُ فِي أَمْوَالِهِمْ، وَإِنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ كَانَ
يَلْزَمُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ بِشِبَعِ بَطْنِهِ، وَيَحْضُرُ مَا لاَ يَحْضُرُونَ،
وَيَحْفَظُ مَا لاَ يَحْفَظُونَ
118. Dari Abu Huroiroh
Rodhiyallohu ‘Anhu, dia berkata: “Orang-orang mengatakan bahwa Abu Huroiroh
adalah yang paling banyak (menyampaikan hadits dari Rosululloh ﷺ). Andai bukan karena dua ayat dalam Kitabullah aku tidak akan
menyampaikannya.” Lalu Abu Huroiroh membaca ayat: “Sesungguhnya orang-orang
yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan
(yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam
Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua makhluk yang
dapat melaknati, kecuali mereka yang telah tobat dan mengadakan perbaikan dan
menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima tobatnya dan
Akulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqoroh [2]:
159-160). Sesungguhnya saudara-saudara kami dari kalangan Muhajirin, mereka
disibukkan perdagangan di pasar-pasar, sementara saudara-saudara kami dari
kalangan Anshor, mereka disibukkan pekerjaan mereka dalam mengurus harta. Sementara
Abu Huroiroh selalu menyertai Rosululloh ﷺ
dalam keadaan lapar, ia selalu hadir saat orang-orang tidak bisa hadir, dan ia
menghafal saat orang-orang tidak menghafalnya.
119
- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قُلْتُ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ! إِنِّي أَسْمَعُ مِنْكَ حَدِيثًا كَثِيرًا أَنْسَاهُ؟ قَالَ:
«ابْسُطْ رِدَاءَكَ»، فَبَسَطْتُهُ، قَالَ: فَغَرَفَ بِيَدَيْهِ، ثُمَّ قَالَ:
«ضُمَّهُ»، فَضَمَمْتُهُ، فَمَا نَسِيتُ شَيْئًا بَعْدَهُ
119. Dari Abu Huroiroh
Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: “Wahai Rosululloh, aku telah mendengar
dari Anda banyak hadits namun aku sudah lupa.” Beliau bersabda: “Hamparkanlah
selendangmu.” Maka aku menghamparkannya, lalu beliau (seolah) menciduk
sesuatu dengan tangannya, lalu bersabda: “Rangkullah.” Aku pun merangkulnya. Maka
sejak itu aku tidak pernah lupa lagi.
120
- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: «حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ
اللَّهِ ﷺ وِعَاءَيْنِ: فَأَمَّا أَحَدُهُمَا فَبَثَثْتُهُ، وَأَمَّا الآخَرُ
فَلَوْ بَثَثْتُهُ قُطِعَ هَذَا البُلْعُومُ»
120. Dari Abu Huroiroh
Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: “Aku menghafal dari Rosululloh ﷺ dua wadah
ilmu. Yang satu aku sebarkan, yang satu lagi sekiranya aku sebarkan maka akan
terputuslah tenggorakan ini.”[7]
41. Diam Untuk Mendengarkan Ulama
121
- عَنْ جَرِيرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ لَهُ فِي حَجَّةِ
الوَدَاعِ: «اسْتَنْصِتِ النَّاسَ»، فَقَالَ: «لاَ تَرْجِعُوا بَعْدِي
كُفَّارًا، يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ»
121. Dari Jarir Rodhiyallohu
‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda kepadanya pada Haji Wada’:
“Suruh manusia diam,” beliau melanjutkan: “Janganlah kalian kembali
menjadi kafir, kalian saling membunuh satu sama lain.”
42. Anjuran Bagi Alim Jika Ditanya Siapa
Manusia Paling Berilmu Untuk Mengembalikannya Kepada Allah
122
- عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، قَالَ: قُلْتُ لِابْنِ عَبَّاسٍ: إِنَّ نَوْفًا
البَكَالِيَّ يَزْعُمُ أَنَّ مُوسَى لَيْسَ بِمُوسَى بَنِي إِسْرَائِيلَ، إِنَّمَا
هُوَ مُوسَى آخَرُ؟ فَقَالَ: كَذَبَ عَدُوُّ اللَّهِ، حَدَّثَنَا أُبَيُّ بْنُ
كَعْبٍ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: «قَامَ مُوسَى النَّبِيُّ خَطِيبًا فِي بَنِي
إِسْرَائِيلَ فَسُئِلَ أَيُّ النَّاسِ أَعْلَمُ؟ فَقَالَ: أَنَا أَعْلَمُ،
فَعَتَبَ اللَّهُ عَلَيْهِ، إِذْ لَمْ يَرُدَّ العِلْمَ إِلَيْهِ، فَأَوْحَى
اللَّهُ إِلَيْهِ: أَنَّ عَبْدًا مِنْ عِبَادِي بِمَجْمَعِ البَحْرَيْنِ، هُوَ
أَعْلَمُ مِنْكَ قَالَ: يَا رَبِّ، وَكَيْفَ بِهِ؟ فَقِيلَ لَهُ: احْمِلْ حُوتًا
فِي مِكْتَلٍ، فَإِذَا فَقَدْتَهُ فَهُوَ ثَمَّ، فَانْطَلَقَ وَانْطَلَقَ
بِفَتَاهُ يُوشَعَ بْنِ نُونٍ، وَحَمَلاَ حُوتًا فِي مِكْتَلٍ، حَتَّى كَانَا
عِنْدَ الصَّخْرَةِ وَضَعَا رُءُوسَهُمَا وَنَامَا، فَانْسَلَّ الحُوتُ مِنَ المِكْتَلِ
فَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي البَحْرِ سَرَبًا، وَكَانَ لِمُوسَى وَفَتَاهُ عَجَبًا،
فَانْطَلَقَا بَقِيَّةَ لَيْلَتِهِمَا وَيَوْمَهُمَا، فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ
مُوسَى لِفَتَاهُ: {آتِنَا غَدَاءَنَا لَقَدْ لَقِينَا مِنْ سَفَرِنَا هَذَا
نَصَبًا} [الكهف: 62]، وَلَمْ يَجِدْ مُوسَى مَسًّا مِنَ النَّصَبِ حَتَّى جَاوَزَ
المَكَانَ الَّذِي أُمِرَ بِهِ، فَقَالَ لَهُ فَتَاهُ: {أَرَأَيْتَ إِذْ أَوَيْنَا
إِلَى الصَّخْرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ الْحُوتَ وَمَا أَنْسَانِيهُ إِلَّا
الشَّيْطَانُ أَنْ أَذْكُرَهُ} [الكهف: 63] قَالَ مُوسَى: {ذَلِكَ مَا كُنَّا
نَبْغِ، فَارْتَدَّا عَلَى آثَارِهِمَا قَصَصًا} [الكهف: 64] فَلَمَّا انْتَهَيَا
إِلَى الصَّخْرَةِ، إِذَا رَجُلٌ مُسَجًّى بِثَوْبٍ، أَوْ قَالَ تَسَجَّى
بِثَوْبِهِ، فَسَلَّمَ مُوسَى، فَقَالَ الخَضِرُ: وَأَنَّى بِأَرْضِكَ السَّلاَمُ؟
فَقَالَ: أَنَا مُوسَى، فَقَالَ: مُوسَى بَنِي إِسْرَائِيلَ؟ قَالَ: نَعَمْ،
قَالَ: هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِي مِمَّا عُلِّمْتَ رَشَدًا قَالَ:
إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا، يَا مُوسَى إِنِّي عَلَى عِلْمٍ مِنْ
عِلْمِ اللَّهِ عَلَّمَنِيهِ لاَ تَعْلَمُهُ أَنْتَ، وَأَنْتَ عَلَى عِلْمٍ
عَلَّمَكَهُ لاَ أَعْلَمُهُ، قَالَ: سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ صَابِرًا،
وَلاَ أَعْصِي لَكَ أَمْرًا، فَانْطَلَقَا يَمْشِيَانِ عَلَى سَاحِلِ البَحْرِ،
لَيْسَ لَهُمَا سَفِينَةٌ، فَمَرَّتْ بِهِمَا سَفِينَةٌ، فَكَلَّمُوهُمْ أَنْ
يَحْمِلُوهُمَا، فَعُرِفَ الخَضِرُ فَحَمَلُوهُمَا بِغَيْرِ نَوْلٍ، فَجَاءَ
عُصْفُورٌ، فَوَقَعَ عَلَى حَرْفِ السَّفِينَةِ، فَنَقَرَ نَقْرَةً أَوْ
نَقْرَتَيْنِ فِي البَحْرِ، فَقَالَ الخَضِرُ: يَا مُوسَى مَا نَقَصَ عِلْمِي
وَعِلْمُكَ مِنْ عِلْمِ اللَّهِ إِلَّا كَنَقْرَةِ هَذَا العُصْفُورِ فِي
البَحْرِ، فَعَمَدَ الخَضِرُ إِلَى لَوْحٍ مِنْ أَلْوَاحِ السَّفِينَةِ،
فَنَزَعَهُ، فَقَالَ مُوسَى: قَوْمٌ حَمَلُونَا بِغَيْرِ نَوْلٍ عَمَدْتَ إِلَى
سَفِينَتِهِمْ فَخَرَقْتَهَا لِتُغْرِقَ أَهْلَهَا؟ قَالَ: أَلَمْ أَقُلْ إِنَّكَ
لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا؟ قَالَ: لاَ تُؤَاخِذْنِي بِمَا نَسِيتُ وَلاَ
تُرْهِقْنِي مِنْ أَمْرِي عُسْرًا - فَكَانَتِ الأُولَى مِنْ مُوسَى نِسْيَانًا -،
فَانْطَلَقَا، فَإِذَا غُلاَمٌ يَلْعَبُ مَعَ الغِلْمَانِ، فَأَخَذَ الخَضِرُ
بِرَأْسِهِ مِنْ أَعْلاَهُ فَاقْتَلَعَ رَأْسَهُ بِيَدِهِ، فَقَالَ مُوسَى:
أَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً بِغَيْرِ نَفْسٍ؟ قَالَ: أَلَمْ أَقُلْ لَكَ إِنَّكَ
لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا؟ - قَالَ ابْنُ عُيَيْنَةَ: وَهَذَا أَوْكَدُ
- فَانْطَلَقَا، حَتَّى إِذَا أَتَيَا أَهْلَ قَرْيَةٍ اسْتَطْعَمَا أَهْلَهَا،
فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمَا، فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارًا يُرِيدُ أَنْ
يَنْقَضَّ فَأَقَامَهُ، قَالَ الخَضِرُ: بِيَدِهِ فَأَقَامَهُ، فَقَالَ لَهُ
مُوسَى: لَوْ شِئْتَ لاَتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا، قَالَ: هَذَا فِرَاقُ بَيْنِي
وَبَيْنِكَ»، قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «يَرْحَمُ اللَّهُ مُوسَى، لَوَدِدْنَا
لَوْ صَبَرَ حَتَّى يُقَصَّ عَلَيْنَا مِنْ أَمْرِهِمَا»
122. Dari Sa’id
bin Jubair, ia berkata: Aku berkata kepada Ibnu ‘Abbas: “Nauf Al-Bakali
menganggap bahwa Musa bukanlah Musa Bani Isro’il, tapi Musa yang lain.” Ibnu
Abbas berkata: Musuh Allah itu berdusta, sungguh Ubay bin Ka’ab telah
menceritakan kepada kami dari Nabi ﷺ:
“Musa Nabi Allah berdiri di hadapan Bani Isro’il memberikan khutbah, lalu
dia ditanya: ‘Siapakah orang yang paling pandai?’ Musa menjawab: ‘Aku.’ Maka
Allah Ta’ala mencelanya karena dia tidak mengembalikan pengetahuan itu kepada
Allah. Lalu Allah Ta’ala memahyukan kepadanya: ‘Ada seorang hamba di antara
hamba-Ku yang tinggal di pertemuan antara dua lautan lebih pandai darimu.’ Lalu
Musa berkata: ‘Wahai Robb, bagaimana aku bisa bertemu dengannya?’ Maka
dikatakan padanya: ‘Bawalah ikan dalam keranjang, bila nanti kamu kehilangan
ikan itu, maka di sanalah dia.’ Lalu berangkatlah Musa bersama pelayannya yang
bernama Yusya’ bin Nun, dan keduanya membawa ikan dalam keranjang hingga
keduanya sampai pada batu besar. Lalu keduanya istirahat di atas batu dan
tidur. Kemudian keluarlah ikan itu dari keranjang lalu ikan itu melompat
mengambil jalannya ke laut itu. Kejadian ini mengherankan Musa dan pelayannya, tetapi
keduanya melanjutkan sisa malam dan hari perjalanannya. Hingga pada suatu pagi
Musa berkata kepada pelayannya: ‘Bawalah kemari makanan kita, sesungguhnya kita
telah merasa lelah karena perjalanan kita ini’ (QS. Al-Kahfi: 62). Musa tidak
merasakan kelelahan kecuali setelah melewati tempat yang diperintahkan. Maka
pelayannya berkata kepadanya: ‘Apakah kamu ingat ketika kita mencari tempat
berlindung di batu tadi? Sesungguhnya aku lupa menceritakan ikan itu. Dan
tidaklah yang melupakan aku ini kecuali setan’ (QS. Al-Kahfi: 63). Musa
berkata: ‘Itulah tempat yang kita cari.’ Lalu keduanya kembali mengikuti jejak
mereka semula’ (QS. Al-Kahfi: 64). Ketika keduanya sampai di batu tersebut,
didapatinya ada seorang laki-laki mengenakan pakaian yang lebar, Musa lantas
memberi salam. Khidhir berkata: ‘Bagaimana cara salam di tempatmu?’ Musa
menjawab: ‘Aku adalah Musa.’ Khidhir balik bertanya: ‘Musa Bani Isro’il?’ Musa
menjawab: ‘Benar.’ Musa kemudian berkata: ‘Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu
mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan
Allah kepadamu?’ Khidhir menjawab: ‘Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan
sanggup sabar bersamaku.’ Khidhir melanjutkan ucapannya: ‘Wahai Musa, aku
memiliki ilmu dari ilmunya Allah yang Dia ajarkan kepadaku yang kamu tidak
tahu, dan kamu juga punya ilmu yang diajarkan-Nya kepadamu yang aku juga tidak
tahu.’ Musa berkata: ‘In syaa Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang
sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun.’ Maka keduanya
berjalan kaki di tepi pantai sementara keduanya tidak memiliki perahu, lalu
melintaslah sebuah perahu kapal. Mereka berbicara agar orang-orang yang ada di
perahu itu mau membawa keduanya. Karena Khidhir telah dikenali maka mereka pun
membawa keduanya dengan tanpa bayaran. Kemudian datang burung kecil hinggap di
sisi perahu mematuk-matuk di air laut untuk minum dengan satu atau dua kali
patukan. Khidhir berkata: ‘Wahai Musa, ilmuku dan ilmumu bila dibandingkan
dengan ilmu Allah tidaklah seberapa kecuali seperti patukan burung ini di air
lautan.’ Kemudian Khidhir sengaja mengambil papan perahu lalu merusaknya. Musa
pun berkata: ‘Mereka telah membawa kita dengan tanpa bayaran, tapi kenapa kamu
merusaknya untuk menenggelamkan penumpangnya?’ Khidhir berkata: ‘Bukankah aku
telah berkata bahwa kamu sekali-kali tidak akan sabar bersamaku.’ Musa menjawab:
‘Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani
aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku.’ Kejadian pertama ini karena Musa
terlupa. Kemudian keduanya pergi hingga bertemu dengan anak kecil yang sedang
bermain dengan dua temannya. Khidhir memegang anak itu dari atas kepalanya lalu
mencopotnya dengan tangannya (hingga mati). Maka Musa pun bertanya: ‘Mengapa
kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain?’ Khidhir
menjawab: ‘Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak
akan dapat sabar bersamaku? —Ibnu ‘Uyainah berkata: Ini lebih tegas—. Maka
keduanya berjalan hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri,
mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu
tidak mau menjamu mereka. Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu
dinding rumah yang hampir roboh. Maka Khidhir menegakkan dinding itu. Khidhir
melakukannya dengan tangannya sendiri. Lalu Musa berkata, ‘Jikalau kamu mau,
kamu bisa mengambil upah untuk itu.’ Khidhir menjawab: ‘Inilah saat perpisahan
antara aku dan kamu.” Nabi ﷺ
bersabda: “Semoga Allah merahmati Musa. Kita sangat berharap sekiranya Musa
bisa sabar sehingga akan banyak cerita yang bisa kita dengar tentang keduanya.”
43. Bertanya Sambil Berdiri Kepada Alim yang
Duduk
123
- عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ
فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! مَا القِتَالُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ فَإِنَّ
أَحَدَنَا يُقَاتِلُ غَضَبًا، وَيُقَاتِلُ حَمِيَّةً، فَرَفَعَ إِلَيْهِ رَأْسَهُ،
قَالَ: وَمَا رَفَعَ إِلَيْهِ رَأْسَهُ إِلَّا أَنَّهُ كَانَ قَائِمًا، فَقَالَ: «مَنْ
قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ العُلْيَا، فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
عَزَّ وَجَلَّ»
123. Dari Abu
Musa Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: Seorang laki-laki datang menemui
Nabi ﷺ dan bertanya: “Wahai Rosululloh!
Apakah yang disebut dengan perang fi sabilillah (di jalan Allah)? Sebab di
antara kami ada yang berperang karena marah dan ada yang karena fanatik
kesukuan?” Beliau mengangkat kepalanya ke arah orang yang bertanya, dan beliau
mengangkat kepalanya karena orang yang bertanya itu berdiri. Beliau menjawab: “Barangsiapa
berperang untuk meninggikan kalimat Allah, maka dia perperang di jalan Allah ‘Azza
wa Jalla.”
44. Bertanya dan Berfatwa Saat Melempar
Jumroh
124
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: رَأَيْتُ
النَّبِيَّ ﷺ عِنْدَ الجَمْرَةِ وَهُوَ يُسْأَلُ، فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ! نَحَرْتُ قَبْلَ أَنْ أَرْمِيَ؟ قَالَ: «ارْمِ وَلاَ حَرَجَ»،
قَالَ آخَرُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! حَلَقْتُ قَبْلَ أَنْ أَنْحَرَ؟ قَالَ: «انْحَرْ
وَلاَ حَرَجَ»، فَمَا سُئِلَ عَنْ شَيْءٍ قُدِّمَ وَلاَ أُخِّرَ إِلَّا قَالَ:
«افْعَلْ وَلاَ حَرَجَ»
124. Dari ‘Abdullah
bin ‘Amr Rodhiyallohu ‘Anhuma, ia berkata: Aku melihat Nabi ﷺ di sisi Jumrah sedang ditanya. Seorang laki-laki bertanya: “Wahai
Rosululloh! Aku menyembelih hewan sebelum aku melempar?” Beliau menjawab: “Melemparlah
sekarang, dan tidak mengapa.” Kemudian datang orang lain dan berkata: “Wahai
Rosululloh! Aku telah mencukur rambut sebelum aku menyembelih?” Beliau
menjawab: “Sembelihlah sekarang, dan tidak mengapa.” Dan tidaklah beliau
ditanya tentang sesuatu yang dikerjakan lebih dahulu atau sesuatu yang
diakhirkan dalam mengerjakannya kecuali menjawab: “Lakukanlah, dan tidak
mengapa.”
45. Firman Allah: “Kalian tidak diberi ilmu
kecuali sedikit” (QS. Al-Isro: 85)
125
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: بَيْنَا أَنَا أَمْشِي مَعَ
النَّبِيِّ ﷺ فِي خَرِبِ المَدِينَةِ، وَهُوَ يَتَوَكَّأُ عَلَى عَسِيبٍ مَعَهُ،
فَمَرَّ بِنَفَرٍ مِنَ اليَهُودِ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: سَلُوهُ عَنِ
الرُّوحِ؟ وَقَالَ بَعْضُهُمْ: لاَ تَسْأَلُوهُ، لاَ يَجِيءُ فِيهِ بِشَيْءٍ
تَكْرَهُونَهُ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: لَنَسْأَلَنَّهُ، فَقَامَ رَجُلٌ مِنْهُمْ،
فَقَالَ: يَا أَبَا القَاسِمِ! مَا الرُّوحُ؟ فَسَكَتَ، فَقُلْتُ: إِنَّهُ يُوحَى
إِلَيْهِ، فَقُمْتُ، فَلَمَّا انْجَلَى عَنْهُ، قَالَ: {وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ
الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ
إِلَّا قَلِيلًا} [الإسراء: 85]
125. Dari ‘Abdullah
bin Mas’ud Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: Ketika aku berjalan bersama
Nabi ﷺ di sekitar reruntuhan Kota
Madinah, saat itu beliau membawa tongkat dari batang pohon kurma, beliau
melewati sekumpulan orang Yahudi, maka sesama mereka saling berkata: “Tanyakanlah
kepadanya tentang ruh!” Sebagian yang lain berkata: “Janganlah kalian bicara
dengannya karena ia akan menjawab dengaan sesuatu yang kalian tidak
menyukainya.” Lalu sebagian yang lain berkata: “Sungguh saya benar-benar akan
bertanya kepadanya.” Maka berdirilah seorang laki-laki dari mereka seraya
bertanya: “Wahai Abul Qosim! Ruh itu apa?” Beliau diam. Maka aku pun bergumam: “Beliau
sedang menerima wahyu.” Usai itu, beliau pun membaca: “Dan mereka bertanya
kepadamu tentang ruh. Katakanlah: ruh itu termasuk urusan Robbku, dan tidaklah
kamu diberi ilmu melainkan hanya sedikit.” (QS. Al-Isro: 85)
46. Meninggalkan Beberapa Pilihan Karena
Khawatir Manusia Tidak Mampu Memahaminya Hingga Terjatuh dalam Kesalahan yang
Lebih Berat
126 - عَنِ الأَسْوَدِ، قَالَ: قَالَ لِي
ابْنُ الزُّبَيْرِ، كَانَتْ عَائِشَةُ تُسِرُّ إِلَيْكَ كَثِيرًا، فَمَا
حَدَّثَتْكَ فِي الكَعْبَةِ؟ قُلْتُ: قَالَتْ لِي: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «يَا
عَائِشَةُ! لَوْلاَ قَوْمُكِ حَدِيثٌ عَهْدُهُمْ بِكُفْرٍ، لَنَقَضْتُ الكَعْبَةَ،
فَجَعَلْتُ لَهَا بَابَيْنِ: بَابٌ يَدْخُلُ النَّاسُ، وَبَابٌ يَخْرُجُونَ»
فَفَعَلَهُ ابْنُ الزُّبَيْرِ
126. Dari Al-Aswad,
ia berkata: Ibnu Az-Zubair berkata kepadaku: “Aisyah banyak merahasiakan
(hadits) kepadamu. Apa yang pernah dibicarakannya kepadamu tentang Ka’bah?” Aku
berkata: Aisyah berkata kepadaku: Nabi ﷺ
berkata kepadaku: “Wahai ‘Aisyah, kalau bukan karena kaummu (Quroisy) baru
masuk Islam, belum lama dari kekafiran, akan aku pugar Ka’bah, lalu aku buat
dua pintu, satu pintu masuk dan satu pintu keluar.” Di kemudian hari hal
ini dilaksanakan oleh Ibnu Zubair.
47. Mengkhususkan Ilmu Hanya Kepada Suatu
Kaum Bukan Lainnya Khawatir Salah Paham
127
- وَقَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: «حَدِّثُوا النَّاسَ بِمَا يَعْرِفُونَ؛
أَتُحِبُّونَ أَنْ يُكَذَّبَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ»
127. Ali Rodhiyallohu
‘Anhu berkata: “Berbicara kepada manusia dengan apa yang bisa mereka
pahami. Apakah kalian suka Allah dan Rosul-Nya didustakan?”
128
- عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ وَمُعاذٌ
رَدِيفُهُ عَلَى الرَّحْلِ، قَالَ: «يَا مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ!»، قَالَ:
لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ! وَسَعْدَيْكَ، قَالَ: «يَا مُعَاذُ!»،
قَالَ: لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ! وَسَعْدَيْكَ، ثَلاَثًا، قَالَ: «مَا
مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ
اللَّهِ صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ، إِلَّا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ»
قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! أَفَلاَ أُخْبِرُ بِهِ النَّاسَ فَيَسْتَبْشِرُوا؟
قَالَ: «إِذًا يَتَّكِلُوا» وَأَخْبَرَ بِهَا مُعَاذٌ عِنْدَ مَوْتِهِ
تَأَثُّمًا
128. Dari Anas
bin Malik Rodhiyallohu ‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ
menunggang kendaraan sementara Mu’adz dibonceng di belakangnya. Beliau
bersabda: “Wahai Mu’adz bin Jabal!” Mu’adz menjawab: “Wahai Rosululloh,
aku penuhi panggilanmu.” Beliau memanggil kembali: “Wahai Mu’adz!” Mu’adz
menjawab: “Wahai Rosululloh, aku penuhi panggilanmu.” Hal itu terulang tiga
kali, beliau bersabda: “Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tidak ada yang
berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah Rosululloh, tulus dari dalam
hatinya, kecuali Allah akan mengharamkan Neraka atasnya.” Mu’adz lalu
bertanya: “Apakah boleh aku memberitahukan hal itu kepada manusia, agar mereka
bergembira?” Beliau menjawab: “Nanti mereka jadi malas (untuk beramal).” Mu’adz
menyampaikan hadits itu ketika dirinya akan meninggal karena takut dari dosa.
129
–
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: ذُكِرَ لِي أَنَّ
النَّبِيَّ ﷺ، قَالَ لِمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ: «مَنْ لَقِيَ اللَّهَ لاَ يُشْرِكُ
بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الجَنَّةَ»، قَالَ: أَلاَ أُبَشِّرُ النَّاسَ؟ قَالَ: «لاَ،
إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَتَّكِلُوا»
129. Dari Anas
bin Malik Rodhiyallohu ‘Anhu, dia berkata: Aku diberitahu bahwa Nabi ﷺ berkata kepada Muadz bin Jabal: “Siapa yang bertemu Allah
tanpa membawa dosa syirik maka pasti dia masuk Surga.” Dia bertanya: “Bolehkah
aku sampaikan kabar gembira ini kepada manusia?” Jawab beliau: “Jangan, aku
khawatir mereka malas beramal.”
48. Malu dalam Ilmu
130
- عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، قَالَتْ: جَاءَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ
إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! إِنَّ اللَّهَ لاَ
يَسْتَحْيِي مِنَ الحَقِّ، فَهَلْ عَلَى المَرْأَةِ مِنْ غُسْلٍ إِذَا
احْتَلَمَتْ؟ قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «إِذَا رَأَتِ المَاءَ»، فَغَطَّتْ أُمُّ
سَلَمَةَ، تَعْنِي وَجْهَهَا، وَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! أَوَتَحْتَلِمُ
المَرْأَةُ؟ قَالَ: «نَعَمْ، تَرِبَتْ يَمِينُكِ، فَبِمَ يُشْبِهُهَا
وَلَدُهَا»
130. Dari Ummu
Salamah Rodhiyallohu ‘Anha, ia berkata: Ummu Sulaim datang menemui Rosululloh
ﷺ dan berkata: “Wahai Rosululloh,
sesungguhnya Allah tidak malu dalam perkara yang hak. Apakah wanita wajib mandi
jika ia bermimpi basah?” Nabi ﷺ
menjawab: “Ya, jika dia melihat bekas air (sperma).” Ummu Salamah lalu
menutupi wajahnya seraya bertanya: “Wahai Rosululloh, apakah seorang wanita itu
bermimpi basah?” Beliau menjawab: “Ya. Kanapa kamu heran, jika tidak, dari
mana anak bisa mirip ibunya?”
131
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
ﷺ قَالَ: «إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً لاَ يَسْقُطُ وَرَقُهَا، وَهِيَ
مَثَلُ المُسْلِمِ، حَدِّثُونِي مَا هِيَ؟»، فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ
البَادِيَةِ، وَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ، قَالَ عَبْدُ اللَّهِ:
فَاسْتَحْيَيْتُ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ! أَخْبِرْنَا بِهَا؟ فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «هِيَ النَّخْلَةُ»، قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: فَحَدَّثْتُ
أَبِي بِمَا وَقَعَ فِي نَفْسِي، فَقَالَ: «لَأَنْ تَكُونَ قُلْتَهَا أَحَبُّ
إِلَيَّ مِنْ أَنْ يَكُونَ لِي كَذَا وَكَذَا»
131. Dari
Abdullah bin Umar Rodhiyallohu ‘Anhuma, bahwa Rosululloh ﷺ bersabda: “Di antara pepohonan ada sebuah pohon yang tidak
mudah gugur daunnya dan ia ibarat Muslim, tebaklah pohon apa itu?” Manusia
beranggapan bahwa ia pohon di gurun pasir, sementara aku menebaknya pohon kurma,
akan tetapi aku malu mengungkapkannya. Orang-orang pun bertanya: “Wahai Rosululloh!
Beritahu kami pohon apakah itu.” Rosululloh ﷺ
bersabda: “Pohon kurma.” Aku ceritakan kepada ayahku jawaban yang
terbesit di hatiku lalu ia berkata: “Kamu menjawabnya, hal itu lebih kusukai
daripada aku memiliki ini dan itu.”
49. Malu Bertanya Lalu Menyuruh Orang Lain
132
- عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: كُنْتُ رَجُلًا
مَذَّاءً فَأَمَرْتُ المِقْدَادَ بْنَ الأَسْوَدِ أَنْ يَسْأَلَ النَّبِيَّ ﷺ فَسَأَلَهُ،
فَقَالَ: «فِيهِ الوُضُوءُ»
132. Dari Ali bin
Abi Tholib Rodhiyallohu ‘Anhu, dia berkata: Aku adalah lelaki yang
banyak mengeluarkan madzi lalu aku perintahkan Al-Miqdad bin Al-Aswad
menanyakan hukumnya kepada Nabi ﷺ
lalu beliau menjawab: “Cukup berwudhu.”[8]
50. Menyampaikan Ilmu dan Fatwa di Masjid
133
- عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا: أَنَّ رَجُلًا قَامَ
فِي المَسْجِدِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! مِنْ أَيْنَ تَأْمُرُنَا أَنْ
نُهِلَّ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «يُهِلُّ أَهْلُ المَدِينَةِ مِنْ ذِي
الحُلَيْفَةِ، وَيُهِلُّ أَهْلُ الشَّأْمِ مِنَ الجُحْفَةِ، وَيُهِلُّ أَهْلُ
نَجْدٍ مِنْ قَرْنٍ»، وَقَالَ ابْنُ عُمَرَ: وَيَزْعُمُونَ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ ﷺ قَالَ: «وَيُهِلُّ أَهْلُ اليَمَنِ مِنْ يَلَمْلَمَ»، وَكَانَ
ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ: لَمْ أَفْقَهْ هَذِهِ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ
133. Dari ‘Abdullah
bin ‘Umar Rodhiyallohu ‘Anhuma, bahwa ada seorang laki-laki datang
berdiri di masjid lalu bertanya: “Wahai Rosululloh, dari mana Anda
memerintahkan kami untuk bertalbiyah (memulai ihrom)?” Rosululloh ﷺ lalu menjawab: “Bagi penduduk Madinah bertalbiyah dari Dzul
Hulaifah, penduduk Syam dari Al-Juhfah, dan penduduk Najed dari Qorn.” Ibnu
Umar berkata: “Orang-orang menganggap Rosululloh ﷺ
juga bersabda bahwa ‘penduduk
Yaman bertalbiyah’ dari Yalamlam. Akan tetapi aku tidak hafal ini dari Rosululloh
ﷺ.”
51. Menjawab Pertanyaan Melebihi yang
Ditanyakan
134
- عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّ رَجُلًا
سَأَلَهُ: مَا يَلْبَسُ المُحْرِمُ؟ فَقَالَ: «لاَ يَلْبَسُ القَمِيصَ، وَلاَ
العِمَامَةَ، وَلاَ السَّرَاوِيلَ، وَلاَ البُرْنُسَ، وَلاَ ثَوْبًا مَسَّهُ
الوَرْسُ أَوِ الزَّعْفَرَانُ، فَإِنْ لَمْ يَجِدِ النَّعْلَيْنِ فَلْيَلْبَسِ
الخُفَّيْنِ، وَلْيَقْطَعْهُمَا حَتَّى يَكُونَا تَحْتَ الكَعْبَيْنِ»
[1] Mengusap kaki adalah rukun wudhu, dan tidak sah
jika ditinggal. Membasuh (ghuslun) berbeda dengan mengusap (mas-hun),
membasuh berarti air mengenai anggota wudhu secara sempurna dan merata, berbeda
dengan mengusap yang hanya mengenai sebagian. Kesalahan praktek wudhu dalam
hadits ini adalah kaki diusap tidak dibasuh.
[2] Sebagian ulama (di antaranya Musim, murid
Al-Bukhari) berpendapat bahwa ucapan ahli hadits: haddatsana, akhbarona,
dan anba-ana tidak sama maksudnya. Jika murid mendengar hadits dari
lisan syaikhnya maka menggunakan haddatsana, dan jika kitab hadits
seorang syaikh dibaca murid kepadanya dan syaikhnya mendengar maka menggunakan akhbarona,
sementara anba-ana digunakan untuk ijazah kitab (yakni guru mengizinkan
kitabnya diajarkan oleh muridnya). Adapun Al-Bukhari berpendapat ketiga istilah
ini satu makna dan berdalil dengan ayat dan hadits ini. Dalam hadits ini Rosululloh
Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam tidak membedakan hadits yang beliau
bacakan dengan jawaban Sahabatnya dengan lafazh tahdits. Al-Bukhari
berkata: Al-Humaidi berkata kepada kami: “Ibnu Unaiyah berpendapat haddatsana,
akhbarona, anba-ana, dan sami’tu adalah sama.”
[3] Sisi kemiripan Mukmin dengan pohon kurma adalah
dalam manfaat. Manfaat Muslim selalu ada dan kokoh sebagaimana kokohnya daun
pohon kurma yang sulit berguguran. Dalam hadits shahih riwayat Thobrani disebutkan:
“Perumpamaan Mukmin seperti pohon kurma, bagian mana saja yang kamu ambil
darinya pasti bermanfaat bagimu.”
[4] Hasad di sini bermakna ghibthoh, yaitu keinginan
memiliki nikmat yang ada pada seseorang, tanpa berkeinginan nikmat itu hilang
dari pemiliknya, berbeda dengan hasad yang berkeinginan nikmat tersebut hilang
dari pemiliknya. Hikmah di sini maknanya pemahaman dari Quran dan Sunnah
sehingga dengan hikmah itu mampu menggali hukum-hukum di dalam keduanya.
[5] Anas bin Malik berkata itu kepada penduduk
Bashroh, dan dia adalah Sahabat terakhir yang meninggal di sana. Sedikitnya
lelaki dan banyaknya wanita disebabkan banyaknya kaum lelaki yang meninggal
karena huru-hara menjelang Kiamat seperti peperangan dan pembunuhan dan
semisalnya.
[6] Hantam, dubba, muzaffat, naqir adalah nama-nama wadah untuk membuat
khomr. Lalu hukum ini dihapus sehingga boleh memanfaatkannya asal bukan untuk
membuat khomr.
[7] Abu Hurairah menghafal dua jenis tema hadits. Tema
yang tidak disebar berkaitan dengan nama-nama atau ciri-ciri pemimpin zolim
sepeninggal Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam. Ciri-ciri itu nampak di
zamannya sehingga Abu Huroiroh akan dipenggal lehernya jika diketahui penguasa
menyebarkannya.
[8] Madzi adalah cairan yang keluar karena dorongan
syahwat, sifat keluarnya tidak muncrat, berbeda dengan sperma yang muncrat. Ali
malu bertanya karena kedudukan istrinya sebagai putri Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam.