BAB 9 PRAKTIK DI HADITS - Bahasa Arob Khusus Untuk Memahami Quran dan Hadits
BAB 9 PRAKTIK DI HADITS 1. Hadīts Al-Bukhōrī عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّ...
BAB 9
PRAKTIK DI HADITS
1. Hadīts Al-Bukhōrī
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
أَيُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ؟ قَالَ: «تُطْعِمُ الطَّعَامَ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ
عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ» رَوَاهُ البُخَارِيُّ
Dari Abdullah bin Amr ﭭ, bahwa seorang lelaki bertanya kepada Nabi
ﷺ:
“Amalan Islam manakah yang paling utama?” Jawab beliau: “Kamu memberi makan,
kamu mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal maupun tidak kamu kenal.”
Diriwayatkan oleh Al-Bukhori
عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو
“Dari Abdillah bin Amr”
‘Abdi:
majrur kemasukan huruf Jar sekaligus sebagai Mudhōf | Lafzhul
Jalālah: majrur menjadi Mudhōf Ilaih | Bin atau Ibni: majrur
menjadi Badal[1]
untuk Abdi, sekaligus sebagai Mudhōf | Amrin[2]:
majrur menjadi Mudhōf Ilaih.
رَضِيَ
اللَّهُ عَنْـهُمَا
“Semoga Allōh meridhoi keduanya.”
Lafzhul Jalālah:
marfu’ menjadi Fā’il | Humā: di tempat majrur kemasukan huruf
Jar ‘An.
أَنَّ
رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ
“bahwa seseorang bertanya kepada Nabi”
Anna
adalah ejaan lain dari Inna, biasa dipakai jika posisinya di tengah
kalimat. Rojulan: manshub menjadi Isim Inna | Sa`ala dst: di
tempat marfu’ menjadi Khobar Inna | An-Nabiyya: manshub
menjadi Maf’ūl Bih, adapun Fa’ilnya tersimpan di fi’il Sa`ala yaitu huwa
yang kembali ke Rojul.
صَلَّى
اللهُ عَلَيْـهِ
وَسَلَّمَ
“Semoga Allōh memberi sholat dan salam
kepadanya”
Lafzhul Jalālah:
marfu’ menjadi Fā’il | Hi: di tempat marfu’ kemasukan huruf
Jar ‘Alā | Fā’il untuk Sallama tersimpan yaitu Huwa di tempat marfu’,
yang merujuk kepada Allōh.
أَيُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ؟
“Islam yang manakah yang terbaik?”
Kalimat pertanyaan nonverbal selalu berpola Mubtadā’
Khobar yang dibalik. Ayyu: marfu’ menjadi Khobar Muqoddam
(diawalkan) karena berupa pertanyaan,
sekaligus sebagai Mudhōf | Al-Islāmi: majrur menjadi Mudhōf Ilaih
| Khoirun: marfu’ menjadi Mubtadā’ yang diakhirkan.
تُـطْعِمُ الطَّعَامَ
“Kamu memberi makan”
Tu: di tempat marfu’
menjadi Fā’il | Ath-Tho’ām: manshub menjadi Maf’ūl Bih. Kata
kerja memberi butuh dua objek, dan pada potongan hadits ini diperkirakan
objek II adalah manusia.
وَتَـقْرَأُ السَّلاَمَ
عَلَى مَنْ عَرَفْـتَ وَمَنْ
لَمْ تَـعْرِفْ
“dan kamu mengucapkan salam kepada orang yang kamu
kenal dan kepada orang yang tidak kamu kenal”
Ta: di tempat marfu’
menjadi Fā’il | As-Salām: manshub menjadi Maf’ūl Bih | Man:
di tempat majrur kemasukan huruf Jar ‘Alā | Ta: di
tempat marfu’ menjadi Fā’il | Man II: di tempat majrur karena
diathofkan (disambungkan hukumnya) kepada huruf Jar ‘Alā | Ta: di
tempat marfu’ menjadi Fā’il.
رَوَاهُ البُخَارِيُّ
“Diriwayatkannya oleh Al-Bukhori” atau “Al-Bukhori meriwayatkannya (hadits di atas)”
Hū: di tempat manshub
menjadi Maf’ūl Bih | Al-Bukhōriyyu: marfu’ menjadi Fā’il.
2. Hadīts Muslim
قُلْ:
آمَنْــتُ
بِـاللهِ، ثُّمَّ اسْتَقِمْ
“Katakanlah:
‘Aku beriman kepada Allōh,’ kemudian istiqomahlah.”
Tu: di tempat marfu’
menjadi Fā’il | Lafzhul Jalālah: majrur karena kemasukan huruf
Jar Bi.
3. Hadīts Abū Dāwūd
«اللَّهُمَّ
بِـكَ أَصْبَحْـنَا، وَبِـكَ
أَمْسَيْـنَا، وَبِـكَ نَـحْيَا،
وَبِـكَ نَـمُوتُ، وَإِلَيْـكَ النُّشُورُ»
“Ya Allōh, karena-Mu
aku memasuki Shubuh, karena-Mu aku memasuki sore, karena-Mu aku hidup, dan
karena-Mu aku mati, serta hanya kepada-Mu aku dikumpulkan.”
Ka (sebanyak empat): di
tempat majrur kemasukan huruf Jar Bi | Nā (panjang, sebanyak
dua): di tempat marfu’ menjadi Fā’il | Ilaika: di tempat
marfu’ menjadi Khobar Muqoddam (diawalkan) | Ka: di tempat majrur
kemasukan huruf Jar Ilā | An-Nusyūr: marfu’ menjadi Mubtadā’
Muakhor (diakhirkan).
4. Hadīts At-Tirmīdzī
«لَوْ
أَنَّـكُمْ كُنْتُمْ تَـوَكَّلُـونَ
عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْـتُمْ
كَـمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ تَـغْدُو
خِمَاصًا وَتَـرُوحُ بِطَانًا»
“Seaindanya kalian
benar-benar bertawakal kepada Allōh dengan sebenarnya, pasti kalian diberi
rizki sebagaimana burung diberi rizki, yang berangkat di waktu pagi dalam
keadaan lapar dan kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.”
Kum: di tempat manshub
menjadi Isim Inna | Tawakkalūna dst: di tempat marfu’ Khobar Inna
| Ta+Wawu: di tempat marfu’ menjadi Fā’il | Lafzhul Jalālah:
majrur kemasukan huruf Jar ‘Alā | Haqqo: manshub
menjadi Maf’ūl, sekaligus sebagai Mudhōf | Tawakkuli: majrur
menjadi Mudhōf Ilaih I | Hi: di tempat majrur menjadi Mudhōf
Ilaih II | Tum: di tempat marfu’ menjadi Na`ibul Fail (kalimat
pasif) | Ath-Thoiru: marfu’ menjadi Na`ibul Fā’il (kalimat pasif)
| Ta: di tempat marfu’ menjadi Fā’il | Khimashon: manshub
menjadi Maf’ūl | Ta: di tempat marfu’ menjadi Fā’il | Bithōnan:
manshub menjadi Maf’ūl;
5. Hadīts An-Nasā`ī
«السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِـلْفَمِ مَرْضَاةٌ
لِـلرَّبِّ»
“Bersiwak
membersihkan mulut dan membuat Allōh ridho.”
As-Siwāku: marfu’
menjadi Mubtadā’ | Math-harotun: marfu’ menjadi Khobar I | Al-Fami:
majrur kemasukan huruf Jar Li | Mardhōtun: marfu’
menjadi Khobar II | Ar-Robbi: majrur kemasukan huruf Jar
Li.
6. Hadīts Ibnu Mājah
«لَا
بَأْسَ بِـالْغِنَى لِـمَنِ اتَّقَى، وَالصِّحَّةُ
لِـمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ
الْغِنَى، وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ
النَّعِيمِ»
“Tidak mengapa kaya
asal bertaqwa. Sehat bagi orang bertaqwa lebih utama daripada kaya, dan jiwa
yang baik (qona’ah) termasuk kenikmatan.”
Al-Ghinā: majrur
kemasukan huruf Jar Bi, tanda majrurnya muqoddaroh (dikira-kira) karena
ia termasuk isim maqshur | Man: di tempat majrur kemasukan
huruf Jar Li | Ash-Shihhatu: marfu’ menjadi Mubtadā’ | Man:
di tempat majrur kemasukan huruf Jar Li | Khoirun: marfu’
menjadi Khobar | Al-Ghinā: majrur kemasukan huruf Jar Min
| Thību: marfu’ menjadi Mubtadā’, sekaligus sebagai Mudhōf | An-Nafsi:
majrur menjadi Mudhōf Ilaih | Minan Na’īm: di tempat marfu
menjadi Khobar | An-Na’īm: majrur kemasukan huruf Jar Min.
7. Hadīts Ad-Dārimī
«مَنْ
طَلَبَ الْعِلْمَ فَأَدْرَكَهُ، كَانَ لَـهُ كِفْلَانِ مِنَ الْأَجْرِ،
فَإِنْ لَمْ يُدْرِكْهُ، كَانَ لَـهُ كِفْلٌ مِنَ
الْأَجْرِ»
“Siapa
yang mempelajari ilmu Syar’i dan berhasil memahaminya maka ia mendapatkan dua
bagian pahala, dan jika dia tidak mampu memahaminya maka ia mendapatkan satu
bagian pahala.”
Al-Ilma: manshub
menjadi Maf’ūl Bih | Al-Ajri: majrur kemasukan huruf Jar
Min | Hū: di tempat majrur kemasukan huruf Jar La | Kiflun:
marfu’ menjadi Isim Kāna | Minal Ajri: di tempat marfu’
menjadi Khobar Inna | Al-Ajri: majrur kemasukan huruf Jar
Min.
8. Hadīts Ahmad
«أَجِيبُـوا الدَّاعِيَ، وَلَا تَـرُدُّوا الْهَدِيَّةَ،
وَلَا تَـضْرِبُـوا الْمُسْلِمِينَ»
“Penuhilah undangan,
jangan menolak hadiah, dan jangan memukul kaum Muslimin.”
Wawu: di tempat marfu’
menjadi Fā’il | Ad-Dā`ī: manshub menjadi Maf’ūl Bih | Ta+Wawu:
di tempat marfu’ menjadi Fā’il | Al-Hadiyyata: manshub
menjadi Maf’ūl Bih | Ta+Wawu: di tempat marfu’ menjadi Fā’il | Al-Muslimīna:
manshub menjadi Maf’ūl Bih.
9. Hadīts Ibnu Khuzaimah
«إِنَّ
مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَمُرَّ
الرَّجُلُ فِي الْمَسْجِدِ لَا
يُـصَلِّي فِيـهِ رَكْعَتَيْنِ»
“Sesungguhnya
di antara tanda Kiamat adalah seseorang melewati masjid tanpa sholat dua
rokaat.”
Min Asyrōthis Sā’ah: di
tempat marfu’ menjadi Khobar Inna Muqoddam (diawalkan) | Asyrōth: majrur
kemasukan huruf Jar Min, sekaligus menjadi Mudhōf | As-Sā’ah: majrur
menjadi Mudhōf Ilaih | An Yamurro dst: di tempat manshub menjadi
Isim Inna Muakhor (diakhirkan) | Ar-Rojulu: marfu’ menjadi Fā’il
| Al-Masjidi: majrur kemasukan huruf Jar Fī | Yu: di
tempat marfu’ menjadi Fā’il | Hi: di tempat majrur kemasukan huruf
Jar Fī.
10. Hadīts Ibnu Hibbān
«البَرَكَةُ مَعَ أَكَابِرِكُمْ»
“Keberhakan itu
bersama orang-orang yang dituakan dari kalian.”
Al-Barokatu: marfu’
menjadi Mubtadā’ | Ma’a Akābirikum: di tempat marfu’ menjadi
Khobar | Akābiri: majrur menjadi Mudhōf Ilaih I | Kum: di
tempat majrur menjadi Mudhōf Ilaih II.
11. Hadīts Al-Hākim
«يَوْمُ الْقِيَامَةِ كَقَدْرِ مَا بَيْنَ الظُّهْرِ
وَالْعَصْرِ»
“Hari Kiamat lamanya
seperti jarak antara Zhuhur dan Ashar.”
[1] Badal adalah pengganti atau alias, misalnya Ustadz Ahmad, di mana
Ahmad adalah Badal untuk Ustadz, konsekuensi Badal adalah hukumnya mengikuti
kata sebelumnya. Badal dan Na’at hampir mirip, cara menentukan apakah ia Badal
atau Na’at menurut kecocokan.
[2] Amr diberi tambahan wawu untuk membedakan dengan Umar,
mengingat tulisannya mirip saat tanpa harokat.
KEMBALI KE DAFTAR ISI