SUJUD - Ringkasan Sifat Sholat Nabi - Syaikh Al-Albani
7. SUJUD 86. Lalu mengucapkan “Allahu Ak bar” dan ini wajib. 87. Kadang-kadang sambil mengangkat kedua tangan. Turun dengan Kedua...
7. SUJUD
86. Lalu mengucapkan “Allahu Akbar” dan ini wajib.
87.
Kadang-kadang sambil mengangkat kedua tangan.
Turun dengan Kedua Tangan
88. Lalu turun untuk sujud, dengan kedua tangan diletakkan terlebih dahulu
sebelum kedua lutut, demikianlah yang diperintahkan oleh Nabi Shollallōhu
‘Alaihi wa Sallam serta shohih dari perbuatan beliau. Beliau
melarang untuk menyerupai cara berlututnya unta yang turun dengan kedua lututnya
yang terdapat di kaki depan.
89.
Apabila sujud —dan ini adalah rukun— bertumpu pada kedua telapak tangan serta
melebarkannya.
90.
Merapatkan jari-jari.
91.
Lalu menghadapkan ke Qiblat.
92.
Merapatkan kedua tangan sejajar dengan bahu.
93.
Kadang-kadang meletakkan keduanya sejajar dengan telinga.
94.
Mengangkat kedua lengan dari lantai dan tidak meletakkannya seperti cara
anjing. Hukumnya adalah wajib.
95.
Menempelkan hidung dan dahi ke lantai, ini termasuk rukun.
96.
Menempelkan kedua lutut ke lantai.
97.
Demikian pula ujung-ujung jari kaki.
98.
Menegakkan kedua kaki, dan semua ini adalah wajib.
99.
Menghadapkan ujung-ujung jari ke Qiblat.
100.
Merapatkan kedua mata kaki.
Tegak Ketika Sujud
101. Wajib tegak (i’tidal) ketika sujud, yaitu bertumpu dengan seimbang
pada semua anggota sujud yang terdiri dari: [1] dahi termasuk hidung, [2-3] dua
telapak tangan, [4-5] dua lutut, dan [6-7] ujung-ujung jari kedua kaki.
102. Siapa sujud seperti itu berarti telah thuma’ninah, sedangkan thuma’ninah
ketika sujud termasuk
rukun.
103.
Mengucapkan ketika sujud:
«سُبْحَانَ رَبِّيَ الأَعْلَى»
(Subhāna
robbiyal a’lā)
“Mahasuci
Robb-ku yang Maha Tinggi,” sebanyak 3 kali atau lebih. (HR. Muslim no. 772)[1]
104. Disukai untuk memperbanyak do’a saat sujud, karena saat itu do’a banyak
dikabulkan.
105. Menjadikan sujud sama panjang dengan ruku’ seperti diterangkan
terdahulu.
106.
Boleh sujud langsung di lantai,
boleh pula dengan alas
seperti kain, permadani, tikar,
dan sebagainya.
107.
Tidak boleh membaca Al-Qur’an saat sujud.
Iftirosy dan Iq’a Ketika Duduk Antara Dua Sujud
108.
Kemudian mengangkat kepala sambil takbir, dan hukumnya adalah wajib.
109.
Kadang-kadang sambil mengangkat kedua tangan.
110.
Lalu duduk dengan tenang sehingga semua tulang kembali ke tempatnya
masing-masing, dan ini adalah rukun.
111.
Melipat (iftirosy) kaki
kiri dan mendudukinya. Hukumnya wajib.
112.
Menegakkan kaki kanan.
113.
Menghadapkan jari-jari kaki ke Qiblat.
114.
Boleh iq’a sewaktu-waktu, yaitu duduk di atas kedua tumit.
115.
Mengucapkan pada waktu duduk:
«اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَارْحَمْنِي، وَاجْبُرْنِي، وَارْفَعْنِي،
وَعَافِنِي، وَارْزُقْنِي»
(Allōhummaghfirlī,
warhamnī, wajburnī, warfa’nī, wa’āfinī, warzuqnī)
“Ya Allah,
ampunilah aku, sayangilah aku, tolonglah aku, angkatlah derajatku, sehatkanlah
aku, dan berilah aku rizqi.” (HR. Al-Hakim no. 1004)
116.
Dapat pula mengucapkan:
«رَبِّ اغْفِرْ لِي، رَبِّ اغْفِرْ لِي»
(Robbighfirlī, Robbighfirlī)
“Ya Allah, ampunilah
aku. Ya Allah, ampunilah aku.” (HR. Abu Dawud no. 874)
117. Memperpanjang duduk sampai mendekati lama sujud.
Sujud Kedua
118. Kemudian takbir, dan hukumnya wajib.
119. Kadang-kadang mengangkat kedua tangannya saat takbir.
120.
Lalu sujud yang kedua, ini termasuk rukun juga.
121.
Melakukan pada sujud ini apa-apa yang dilakukan pada sujud pertama.
Duduk Istirahat
122.
Setelah mengangkat kepala dari sujud kedua, dan ingin bangkit ke roka’at kedua
wajib bertakbir.
123.
Kadang-kadang sambil mengangkat kedua tangannya.
124.
Duduk sebentar di atas kaki kiri seperti duduk iftirosy sebelum bangkit berdiri, sekadar
tulang-tulang menempati
tempatnya.
Roka’at Kedua
125.
Kemudian bangkit roka’at kedua —ini termasuk rukun— sambil menekan ke lantai
dengan kedua tangan yang terkepal,
seperti tukang tepung (mengepal
kedua tangannya).
126.
Melakukan pada roka’at kedua seperti apa yang dilakukan pada roka’at pertama.
127.
Akan tetapi tidak membaca pada roka’at kedua ini do’a istiftah (iftitah).
128.
Memendekkan roka’at kedua dari roka’at pertama.
Duduk Tasyahhud
129.
Setelah selesai dari roka’at kedua,
duduk untuk tasyahhud, hukumnya wajib.
130.
Duduk iftirosy
seperti diterangkan pada duduk di antara
dua sujud.
131.
Tapi tidak boleh iq’a di tempat ini.
132.
Meletakkan tangan kanan sampai siku di atas paha dan lutut kanan, tidak
diletakkan jauh darinya.
133.
Membentangkan tangan kiri di atas paha dan lutut kiri.
134.
Tidak boleh duduk sambil bertumpu pada tangan, khususnya tangan yang kiri.
Menggerakkan Telunjuk dan Memandangnya
135. Menggenggam semua jari tangan kanan, dan sewaktu-waktu meletakkan ibu jari
di atas jari tengah.
136.
Kadang-kadang membuat lingkaran ibu jari dengan jari tengah.
137.
Mengisyaratkan jari telunjuk ke Qiblat.
138.
Dan pandangan tertuju kepada telunjuk.
139.
Menggerakkan telunjuk sambil berdo’a dari awal tasyahhud sampai akhir.
140.
Tidak boleh mengisyaratkan (menunjuk)
dengan jari tangan kiri.
141.
Melakukan semua ini di semua tasyahhud.
Ucapan Tasyahhud dan Do’a Sesudahnya
142.
Tasyahhud adalah wajib, jika lupa harus sujud sahwi.
143.
Membaca tasyahhud dengan sirr (tidak dikeraskan).
144.
Dan lafadznya:
«التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلاَمُ
عَلَي النَّبِيِّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى
عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ»
(Attahiyyātu
lillāh, wash-sholawātu, wath-thoyyibāt. Assalāmu ‘alan nabiyyi[2] warohmatullōhi wa
barokātuh. Assalāmu ‘alainā wa’alā ‘ibādillāhish shōlihīn)
“Segala
penghormatan, sholawat, dan kebaikan milik Allah. Keselamatan, rohmat Allah,
dan berkah-Nya atas Nabi. Keselamatan atas kita dan atas hamba-hamba Allah yang
sholih.” (HR. Bukhori no. 831 dan Muslim no. 402)[3]
145.
Sesudah itu bersholawat
kepada Nabi Muhammad Shollallōhu ‘Alaihi wa Sallam dengan mengucapkan:
«اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ»
(Allōhumma
sholli ‘alā Muhammad wa ‘alā āli Muhammad, kamā shollaita ‘alā Ibrōhim, wa ‘alā
āli Ibrōhīm, innaka hamīdum majīd. Allōhumma bārik ‘alā Muhammad wa ‘alā āli
Muhammad, kamā bārokta ‘alā Ibrōhim, wa ‘alā āli Ibrōhīm, innaka hamīdum majīd)
“Ya Allah
berilah sholawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau memberi
sholawat kepada Ibrohim dan keluarga Ibrohim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji
dan Maha Mulia. Ya Allah berilah berkah atas Muhammad dan keluarga Muhammad,
sebagaimana Engkau memberi berkah kepada Ibrohim dan keluarga Ibrohim,
sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.” (HR. Bukhori no. 3370 dan Muslim no. 406)
146. Anda juga boleh meringkasnya jika mau:
«اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، وَبَارِكْ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وبَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ»
(Allōhumma
sholli ‘alā Muhammad wa ‘alā āli Muhammad, wa bārik ‘alā Muhammad wa ‘alā āli
Muhammad, kamā shollaita wa bārokta ‘alā Ibrōhīm wa ‘alā āli Ibrōhīm, innaka
hamīdum majīd)
“Ya Allah,
berilah sholawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, berilah berkah kepada
Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau memberi sholawat dan berkah
kepada Ibrohim dan kepada keluarga Ibrohim, sungguh Engkau Maha Terpuji lagi
Maha Mulia.” (HR.
Ath-Thobroni no. 2585 dalam Al-Ausath)
147.
Kemudian memilih do’a shohih yang paling
disenangi, dan digunakan untuk berdo’a kepada
Allah.
Roka’at Ketiga dan Keempat
148.
Kemudian takbir, dan hukumnya wajib. Disunnahkan
bertakbir dalam keadaan duduk.
149.
Kadang-kadang mengangkat kedua tangan.
150.
Kemudian bangkit ke roka’at ketiga, ini adalah rukun seperti sebelumnya.
151.
Seperti itu pula yang dilakukan bila ingin bangkit ke roka’at keempat.
152.
Akan tetapi sebelum bangkit berdiri, duduk sebentar di atas kaki yang kiri
(duduk iftirosy)
sampai semua tulang menempati tempatnya.
153.
Kemudian berdiri sambil bertumpu pada kedua tangan sebagaimana yang dilakukan
ketika berdiri ke roka’at kedua.
154.
Kemudian membaca pada roka’at ketiga dan keempat surat Al-Fatihah, dan hukumnya wajib.
155.
Kadang kadang boleh ditambahi dengan
membaca satu ayat atau lebih.
Qunut Nazilah dan Tempatnya
156.
Disunnahkan untuk Qunut dan berdo’a untuk kaum Muslimin atas suatu musibah
yang menimpa mereka.
157.
Tempatnya adalah setelah mengucapkan “Robbanā lakal hamdu”.
158.
Tidak ada ketetapan bacaan Qunut, disesuaikan dengan musibah yang sedang terjadi.
159.
Mengangkat kedua tangan ketika berdo’a.
160.
Mengeraskan do’a tersebut apabila sebagai imam.
161.
Orang yang di belakangnya mengaminkannya.
162.
Apabila telah selesai membaca,
bertakbir untuk sujud.
Qunut Witir: Tempat dan Lafazhnya
163. Adapun Qunut di Sholat Witir boleh dikerjakan kadang-kadang.
164.
Tempatnya sebelum ruku’, hal ini berbeda dengan Qunut Nazilah.
165.
Mengucapkan do’a berikut:
«اللَّهُمَّ اهْدِنِي
فِيمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ،
وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ، فَإِنَّكَ تَقْضِي وَلَا
يُقْضَى عَلَيْكَ، وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ،
تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ، لَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ»
(Allōhummahdinī
fīman hadaīt, wa ‘āfinī fīman ‘āfaīt, wa tawallanī fīman tawallaīt, wa bārik lī
fīmā a’thoīt, wa qinī syarro mā qodhoīt, fainnaka taqdhī wa lā yuqdhō ‘alaīk, fa
innahū lā yadzillu man wālaīt, wa lā ya’izzu man ‘ādaīt, tabārokta robbanā wa
ta’ālaīt, lā manjā minka illā ilaīk)
“Ya Allah
bimbinglah aku bersama orang-orang yang Engkau bimbing. Sehatkanlah aku bersama
orang-orang yang Engkau beri kesehatan. Jagalah aku bersama orang-orang yang
Engkau jaga. Berkahilah apa saja yang Engkau berikan kepadaku. Jagalah aku dari
keburukan apa yang Engkau takdirkan. Engkau mentakdirkan dan tidak ada yang bisa
menolaknya dari-Mu. Tidak akan terhina siapa yang Engkau muliakan. Tidak akan
mulia siapa yang Engkau musuhi. Engkau Mahaberkah wahai Robb kami dan
Mahatinggi. Tidak ada tempat berlindung dari siksa-Mu kecuali mendekat
kepada-Mu.” (HR. Abu
Dawud no. 1425)
166. Do’a ini termasuk do’a yang diajarkan oleh Rosululloh Shollallōhu
‘Alaihi wa Sallam dan tidak boleh ditambah-tambah kecuali bersholawat
kepada beliau, hal ini boleh karena telah shohih dari beberapa Sahabat.
167.
Kemudian ruku’ dan bersujud dua kali seperti terdahulu.
Tasyahhud Akhir dan Duduk Tawarruk
168.
Kemudian duduk untuk tasyahhud akhir. Tasyahhud
awal dan akhir adalah wajib.
169.
Melakukan pada tasyahhud akhir apa yang dilakukan pada tasyahhud awal.
170.
Bedanya, cara duduknya adalah tawarruk, yaitu meletakkan pangkal paha
kiri ke lantai dan
mengeluarkan kedua kaki dari satu arah, dan meletakkan
kaki kiri di bawah betis
kanan.
171.
Menegakkan telapak kaki
kanan.
172.
Kadang-kadang boleh juga dijulurkan.
173.
Menempelkan telapak tangan kiri ke
lutut dan bersandar padanya.
Kewajiban Sholawat Atas Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam dan
Berlindung dari Empat Perkara
174. Wajib pada tasyahhud akhir bersholawat kepada Nabi Shollallōhu ‘Alaihi
wa Sallam dengan lafazh yang telah kami sebutkan pada tasyahhud awal.
175.
Kemudian berlindung kepada Allah dari empat perkara, dan mengucapkan:
«اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ
عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ
الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ»
(Allōhumma
innī a’ūdzu bika min adzābi Jahannam, wa min ‘adzābil qobri, wa min fitnatil
mahyā wal mamāt, wa min syarri fitnatil masīhid dajjāl)
“Ya Allah aku
berlindung kepada-Mu dari adzab Jahannam, dari adzab kubur, dari ujian
kehidupan dan kematian, dan dari keburukan ujian Al-Masih Ad-Dajjal.” (HR. Muslim no. 588)[4]
Berdo’a Sebelum Salam
176. Kemudian berdo’a untuk dirinya dengan do’a yang mudah baginya dari
do’a-do’a shohih dalam Al-Kitab dan Sunnah, dan do’a ini sangat banyak dan
baik. Apabila dia tidak hafal do’a-do’a tersebut maka diperbolehkan
berdo’a dengan apa yang mudah baginya dan bermanfaat bagi agama dan dunianya.
Salam dan Macam-Macamnya
177.
Kemudian mengucapkan salam ke
arah kanan sampai terlihat pipinya yang kanan, hal ini adalah rukun.
178.
Dan ke arah kiri sampai
terlihat pipinya yang kiri,
meskipun pada Sholat Jenazah.
179.
Imam mengeraskan suaranya ketika salam kecuali pada Sholat Jenazah.
180.
Beberapa cara salam:
a) Ke kanan mengucapkan assalāmu
‘alaikum wa rohmatullōhi wa barokātuh, dan ke kiri mengucapkan assalāmu
‘alaikum wa rohmatullōh.
b) Sama dengan di atas
tanpa wa barokātuh.
c) Ke kanan mengucapkan assalāmu
‘alaikum wa rohmatullōh, dan ke kiri mengucapkan assalāmu ‘alaikum.
[1] Ada beberapa bacaan lain yang bisa Anda lihat di Sifat
Sholat Nabi (hal. 145).
[2] Ini yang diperintahkan setelah wafatnya Nabi Shollallōhu
‘Alaihi wa Sallam. Penggantian assalāmu ’alaika ayyuhannabiyyu
dengan assalāmu ‘alannabiyyi adalah shohih dari tasyahhud Ibnu Mas’ud,
Aisyah, Ibnu Az-Zubair, dan Ibnu Abbas Rodhiyallōhu ‘Anhum. Siapa yang
ingin perinciannya bisa merujuk ke Sifat Sholat Nabi hal. 161, cetakan
Maktabah Al-Ma’arif Riyadh.
[3] Dalam kitabku di atas disebutkan lafazh-lafazh lain yang
shohih, dan apa yang kucantumkan di atas adalah yang paling shohih.
[4] Ujian kehidupan adalah ujian yang dihadapi manusia
selama hidupnya berupa ujian dunia dan syahwat. Ujian kematian adalah fitnah
kubur dan pertanyaan Munkar Nakir. Ujian Dajjal adalah kemampuan luar biasa
yang dilakukannya untuk menyesatkan banyak manusia, dan mereka pun mengikutinya
atas pengakuannya sebagai tuhan.