Terjemah dan Matan Muqaddimah Risalah Ibnu Abi Zaid Al-Qairawani
Terjemah Muqaddimah Ibnu Abi Zaid Al-Qairawani
بَابُ مَا تَنْطِقُ بِهِ الأَلْسِنَةُ وَتَعْتَقِدُهُ الأَفْئِدَةُ
مِنْ وَاجِبِ أُمُورِ الدِّيَانَاتِ:
Di antara perkara-perkara agama yang wajib diucapkan lisan dan diyakini
hati adalah:
Keesaan dan Kekuasan Allah
مِنْ ذَلِكَ: الإِيمَانُ بِالقَلْبِ وَالنُّطْقُ بِاللِّسَانِ أَنَّ
اللهَ إلٰهٌ وَاحِدٌ، لَا
إِلٰهَ غَيْرُهُ، وَلَا شَبِيهَ لَهُ، وَلَا نَظِيرَ
لَهُ، وَلَا وَلَدَ لَهُ، وَلَا وَالِدَ لَهُ، وَلَا صَاحِبَةَ لَهُ، وَلَا شَرِيكَ
لَهُ.
Beriman (membenarkan dan menerima) dengan hati dan mengucapkan dengan lisan
bahwa Allah itu esa (tunggal), tidak ada yang berhak disembah selain-Nya, tidak
ada yang menyerupai-Nya dan tidak ada yang menyamai-Nya, tidak beranak, tidak
diperanakkan, tidak beristri, dan tidak ada sekutu bagi-Nya.
لَيْسَ لِأَوَّلِيَّتِهِ ابْتِدَاءٌ، وَلَا لِآخِرِيَّتِهِ انْقِضَاءٌ،
لَا يَبْلُغُ كُنْهَ صِفَتِهِ الوَاصِفُونَ، وَلاَ يُحِيطُ بِأَمْرِهِ المُتَفَكِّرُونَ،
يَعْتَبِرُ المُتَفَكِّرُونَ بِآيَاتِهِ، وَلَا يَتَفكَّرُونَ فِي مَاهِيَةِ ذَاتِهِ،
وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ
Keberadaan-Nya yang awal tidak didahului oleh apapun dan keberadaan-Nya
yang akhir tidak diakhiri oleh apapun. Orang-orang yang mensifatinya
tidak mampu mensifati-Nya, orang-orang ahli fikir tidak mampu menjangkau
urusan-Nya. Para ahli fikir
mendapatkan ibroh dari ayat-ayat-Nya, mereka tidak mampu memikirkan eksistensi
Dzat-Nya, mereka tidak mampu meliputi sedikitpun ilmu-Nya kecuali apa yang Dia
kehendaki[1].
Kursi
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوَاتِ
وَالأَرْضَ، وَلَا يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ العَلِيُّ العَظِيمُ.
Kursi-Nya meliputi langit-langit
dan bumi. Dia tidak merasa lelah menjaga keduanya dan Dia Maha Tinggi dan Maha
Agung.
العَالِمُ الخَبِيرُ، المُدَبِّرُ القَدِيرُ، السَّمِيعُ البَصِيرُ،
العَلِيُّ الكَبِيرُ، وَأَنَّهُ فَوْقَ عَرْشِهِ المَجِيدِ بِذَاتِهِ، وَهُوَ فِي كُلِّ
مَكَانٍ بِعِلْمِهِ.
Dia Maha Berilmu, Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Mengatur, Yang Maha
Kuasa, Yang Maha Mendengar, Yang Maha Melihat, Yang Maha Tinggi, Yang Maha
Besar, dan Dia Maha Mulia dan tinggi di atas ‘Arsy-Nya dengan Dzat-Nya, dan di
setiap tempat terjangkau dengan ilmu-Nya.
خَلَقَ الإِنْسَانَ، وَيَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ، وَهُوَ
أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الوَرِيدِ، وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلاَّ يَعْلَمُهَا،
وَلاَ حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأَرْضِ وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ
مُبِينٍ.
Dia menciptakan manusia dan Dia
mengetahui apa yang dibisikkan oleh jiwanya, dan Dia lebih dekat kepadanya
melebihi urat nadinya sendiri[2]. Tidak ada daun berguguran
melainkan diketahui-Nya. Tidak ada biji di kegelapan bumi, maupun sesuatu yang basah dan kering, melainkan tertulis di Lauhul
Mahfuzh.
Tinggi di Atas Arsy
عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى، وَعَلَى المُلْكِ احْتَوَى، وَلَهُ الأَسْمَاءُ
الحُسْنَى وَالصِّفَاتُ العُلَى، لَم يَزَلْ بِجَمِيعِ صِفَاتِهِ وَأَسْمَائِهِ، تَعَالَى
أَنْ تَكُوْنَ صِفَاتُهُ مَخْلُوقَةً، وَأَسْمَاؤُهُ مُحْدَثَةً.
Dia tinggi di atas ‘Arsy dan Dia
menguasai segala kerajaan. Dia memiliki nama-nama indah dan sifat-sifat mulia. Nama-nama dan sifat-sifat-Nya senantiasa ada pada-Nya. Maha
Tinggi (Allah tersucikan) dari sifat-sifat-Nya adalah makhluk dan nama-nama-Nya
adalah baru.
Kalamullah
كَلَّمَ مُوسَى بِكَلَامِهِ الَّذِي هُوَ صِفَةُ ذَاتِهِ، لَا خَلْقٌ
مِنْ خَلْقِهِ، وَتَجَلَّى لِلْجَبَل فَصَارَ دَكًّا مِنْ جَلَالِهِ
Dia berbicara kepada Musa dengan
kalam yang merupakan sifat Dzat-Nya bukan makhluk dari makhluk-makhluk-Nya. Dia
menampakkan diri kepada gunung lalu gunung itu pecah berkeping-keping karena
keagungan-Nya.
وَأَنَّ القُرْآنَ كَلَامُ اللهِ، لَيْسَ بِمَخْلُوقٍ فَيَبِيدُ، وَلَا
صِفَةً لِمَخْلُوقٍ فَيَنْفَدُ.
Al-Qur’an adalah Kalamullah
bukan makhluk yang akan punah dan bukan sifat makhluk yang akan lenyap.
Takdir
وَالإِيمَانُ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ، حُلْوِهِ وَمُرِّهِ،
وَكُلُّ ذَلِكَ قَدْ قَدَّرَهُ اللهُ رَبُّنَا، وَمَقَادِيرُ الأُمُورِ بِيَدِهِ، وَمَصْدَرُهَا
عَنْ قَضَائِهِ.
Wajib iman kepada takdir yang
baik maupun yang buruk, yang manis maupun yang pahit. Semua itu telah
ditakdirkan oleh Allah Rob
kita. Takdir-takdir semua urusan di Tangan-Nya dan sumbernya dari
ketetapan-Nya.
عَلِمَ كُلَّ شَيْءٍ قَبْلَ كَونِهِ، فَجَرَى عَلَى قَدَرِهِ، لَا
يَكُونُ مِنْ عِبَادِهِ قَوْلٌ وَلَا عَمَلٌ إِلاَّ وَقَدْ قَضَاهُ وَسَبَقَ عِلْمُهُ
بِهِ، ﴿أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ﴾
Dia mengetahui segala sesuatu
sebelum terjadi. Semua berjalan sesuai takdirnya. Tidak ada ucapan para hamba
dan perbuatannya kecuali telah ditetapkan-Nya dan diketahui sebelumnya. “Apakah
Dzat yang menciptakan tidak mengetahui padahal Dia Maha Lembut dan Maha
Mengetahui?” (QS. Al-Mulk: 14)
يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ، فيَخْذُلُهُ بِعَدْلِهِ، وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ،
فَيُوَفِّقُهُ بِفَضْلِهِ، فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ بِتَيْسِيرِهِ إِلَى مَا سَبَقَ مِنْ
عِلْمِهِ وَقَدَرِهِ، مِنْ شَقِيٍّ أَوْ سَعِيدٍ.
Dia membiarkan sesat siapa yang dikehendaki-Nya
tetapi Dia membiarkannya sesat
dengan keadilan-Nya. Dia memberi petunjuk siapa yang dikehendaki-Nya dan
memberi taufik dengan karunia-Nya. Semua makhluk telah dimudahkan menuju apa
yang telah berlalu (tercatat) dari ilmu dan takdir-Nya, baik celaka maupun
bahagia.
تَعَالَى أَنْ يَكُونَ فِي مُلْكِهِ مَا لَا يُرِيدُ، أَوْ يَكُونَ
لِأَحَدٍ عَنْهُ غِنًى خَالِقاً لِكُلِّ شَيْءٍ، أَلاَ هُوَ رَبُّ العِبَادِ وَرَبُّ
أَعْمَالِهِمْ، وَالمُقَدِّرُ لِحَرَكَاتِهِمْ وَآجَالِهِمْ.
Maha Tinggi (Allah tersucikan) dalam kerajaan-Nya (terjadi apa) yang tidak
diinginkan-Nya atau ada yang tidak butuh kepada sang Pencipta segala sesuatu. Ketahuilah
bahwa Dia adalah Rob para
hamba dan Rob perbuatan
mereka. Yang mentakdirkan gerakan-gerakan mereka dan ajal-ajal mereka.
Risalah Kerosulan
البَاعِثُ الرُّسُلَ إِلَيْهِمْ لِإِقَامَةِ الحُجَّةِ عَلَيْهِمْ.
Dia mengutus para Rosul untuk
menegakkan hujjah atas mereka.
ثُمَّ خَتَمَ الرِّسَالَةَ وَالنَّذَارَةَ وَالنُّبُوَةَ بِمُحَمَّدٍ
نَبِيِّهِ ﷺ، فَجَعَلَهُ آخِرَ المُرْسَلِينَ،
بَشِيراً وَنَذِيراً، وَدَاعِياً إِلَى اللهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجاً مُنِيراً، وَأَنْزَلَ
عَلَيْهِ كِتَابَهُ الحَكِيمَ، وَشَرَحَ بِهِ دِينَهُ القَوِيمَ، وَهَدَى بِهِ الصِّرَاطَ
المُسْتَقيمَ.
Kemudian Dia menutup kerosulan dan kenabian dengan Muhammad Nabi-Nya ﷺ. Dijadikan-Nya dia akhir dari para Rosul sebagai pemberi kabar
gembira dan pemberi peringatan, sebagai dai kepada jalan Allah dengan
seizin-Nya, sebagai pelita dan penerang. Dia menurunkan kepadanya
Kitab-Nya Al-Hakim. Dengannya dia menjelaskan agama-Nya yang lurus dan
menunjukkan jalan yang lurus.
Hari Kiamat
وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا، وَأَنَّ اللهَ يَبْعَثُ
مَنْ يَمُوتُ، كَمَا بَدَأَهُمْ يَعُودُونَ.
Kiamat pasti terjadi tanpa
keraguan. Allah akan membangkitkan orang-orang yang mati. Sebagaimana Dia telah
memulai maka Dia akan mengulangi lagi.
وَأَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى ضَاعَفَ لِعِبَادِهِ المُؤْمِنِينَ
الحَسَنَاتِ، وَصَفَحَ لَهُمْ بِالتَّوْبَةِ عَنْ كِبَائِرِ السَّيِّئَاتِ، وَغَفَرَ
لَهُمُ الصَّغَائِرَ بِاجْتِنَابِ الكَبَائِر، وَجَعَلَ مَنْ لَمْ يَتُبْ مِنَ الكَبَائِرِ
صَائِراً إِلَى مَشِيئَتِهِ ﴿إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ
لِمَنْ يَشَاءُ﴾
Sesungguhnya Allah Subhanahu
wa Ta’ala melipatgandakan pahala kebaikan hamba-hamba-Nya yang beriman. Dia
mengapus untuk mereka dosa-dosa besar dengan taubat. Dia mengampuni dosa-dosa
kecil dengan meninggalkan dosa-dosa besar. Dia jadikan orang yang tidak
bertaubat dari dosa-dosa besar di bawah kehendak-Nya[3]. “Sesungguhnya Allah tidak
mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa di bawahnya bagi siapa yang
dikehendaki oleh-Nya.” (QS. An-Nisa:
48)
وَمَنْ عَاقَبَهُ اللهُ بِنَارِهِ أَخْرَجَهُ مِنْهَا بِإِيمَانِهِ،
فَأَدْخَلَهُ بِهِ جَنَّتَهُ ﴿فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُ﴾
Siapa yang Allah siksa dengan Neraka-Nya kelak akan dikeluarkan karena
keimanannya lalu memasukkannya ke dalam Surga-Nya. “Siapa yang
mengerjakan sekecil dzarroh
kebaikan pasti akan melihat (balasannya).” (QS. Al-Zalzalah: 7)
وَيُخْرِجُ مِنْهَا بِشَفَاعَة النَّبِيِّ ﷺ مَنْ
شَفَعَ لَهُ مِنْ أَهْلِ الكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِهِ.
Dia juga mengeluarkan dari Neraka dengan syafaat Nabi ﷺ siapa yang beliau beri syafaat
dari pelaku dosa-dosa besar dari umatnya.
Surga
وَأَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ قَدْ خَلَقَ الجَنَّةَ فَأَعَدَّهَا دَارَ
خُلُودٍ لِأَوْلِيَائِهِ، وَأَكْرَمَهُمْ فِيهَا بِالنَّظَرِ إِلَى وَجْهِهِ الكَرِيم،ِ
وَهِيَ الَّتِي أَهْبَطَ مِنْهَا آدَمَ نَبِيَّهُ وَخَلِيفَتَهُ إِلَى أَرْضِهِ، بِمَا
سَبَقَ فِي سَابِقِ عِلْمِهِ.
Sungguh Allah telah menciptakan
Surga dan menjadikannya kekal untuk para wali-Nya. Dia memuliakan mereka dengan
melihat Wajah-Nya yang Mulia. Surga itulah yang Adam Nabi-Nya dan kholifah-Nya dikeluarkan darinya
menuju bumi-Nya, sesuai dengan ketentuan yang telah berlalu di dalam ilmu-Nya.
Neraka
وَخَلَقَ النَّارَ فَأَعَدَّهَا دَارَ خُلُودٍ لِمَنْ كَفَرَ بِهِ
وَأَلْحَدَ فِي آيَاتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ، وَجَعَلَهُمْ مَحْجُوبِينَ عَنْ رُؤيَتِهِ.
Dia menciptakan Neraka dan menjadikannya kekal untuk siapa saja yang kafir
kepada-Nya, menentang ayat-ayat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rosul-Rosul-Nya, dan
menjadikan mereka terhalangi dari melihat-Nya.
Mizan
وَأَنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَجِيءُ يَومَ القِيَامَةِ وَالمَلَكُ
صَفًّا صَفًّا؛ لِعَرْضِ الأُمَمِ وَحِسَابِهَا وَعُقُوبَتِهَا وَثَوَابِهَا، وَتُوضَعُ
المَوَازِينُ لَوَزْنِ أَعْمَالِ العِبَادِ، فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولٰئِكَ
هُمُ المُفلِحُونَ
Allah Tabāroka wa Ta’ālā
datang pada hari Kiamat sementara para Malaikat berbaris-baris untuk memutuskan
perkara umat dan menghisabnya, memberi hukuman dan memberi balasan pahala.
Diletakkan Mizan (timbangan) untuk menimbang amal para hamba. Siapa yang berat
timbangannya maka dia termasuk yang beruntung.
Catatan Amal
وَيُؤْتَوْنَ صَحَائِفَهُمْ بِأَعْمَالِهِمْ، فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ
بِيَمِينِهِ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِساباً يَسِيراً، وَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ
ظَهْرِهِ فَأُولٰئِكَ يَصْلَوْنَ سَعِيراً.
Buku catatan amal perbuatan
didatangkan. Siapa yang diberi dengan tangan kanannya maka dia akan dihisab
dengan mudah dan siapa yang diberi dari belakang punggungnya maka merekalah
yang akan masuk ke Neraka Sa’ir.
Shirot
وَأَنَّ الصِّرَاطَ حَقٌّ، يَجُوزُهُ العِبَادُ بِقَدْرِ أَعْمَالِهِمْ،
فَنَاجُونَ مُتَفَاوَتُونَ فِي سُرْعَةِ النَّجَاةِ عَلَيْهِ مِنْ نَارِ جَهَنَّمَ،
وَقَوْمٌ أَوْبَقَتْهُمْ فِيهَا أَعْمَالُهُمْ.
Shirot (jembatan yang membentang di punggung
Neraka menuju Surga) adalah benar adanya yang akan dilewati para hamba sesuai
dengan kadar amalnya. Lalu ada yang selamat melewatinya dengan cepat dari Neraka Jahannam, dan ada pula sejumlah
orang yang amal jelek mereka menjatuhkannya ke dalam Neraka.
Telaga
وَالإِيمَانُ بِحَوْضِ رَسُولِ اللهِ ﷺ، تَرِدُهُ
أُمَّتُهُ لاَ يَظْمَأُ مَنْ شَرِبَ مِنْهُ، وَيُذَادُ عَنْهُ مَنْ بَدَّلَ وَغَيَّرَ.
Wajib mengimani haudh
(telaga Kautsar) Rosulullah ﷺ
yang akan dikunjungi oleh umatnya. Tidak akan haus selamanya siapa yang
meminumnya dan akan dihalau darinya siapa yang mengganti (murtad) dan merubah
(agama dengan bid’ah).
Definisi Iman
وَأَنَّ الإِيمَانَ قَوْلٌ بِاللِّسَانِ، وَإِخْلاَصٌ بِالقَلْبِ،
وَعَمَلٌ بِالجَوَارِحِ، يَزِيدُ بِزِيَادَةِ الأَعْمَالِ، وَيَنقُصُ بِنَقْصِهَا،
فَيَكُونُ فِيهَا النَّقْصُ وَبِهَا الزِّيَادَةُ، وَلَا يَكْمُلُ قَوْلُ الإِيمَانِ
إِلاَّ بِالعَمَلِ، وَلَا قَوْلٌ وَعَمَلٌ إِلاَّ بِنِيَّةٍ، وَلَا قَوْلٌ وَعَمَلٌ
وَنِيَّةٌ إِلاَّ بِمُوَافَقَةِ السُّنَّةِ.
Iman adalah ucapan di lisan,
keikhlasan di hati, dan amal di anggota badan. Ia bertambah dengan bertambahnya
amal dan berkurang dengan berkurangnya amal sehingga iman bisa bertambah
dan berkurang. Ucapan iman tidak akan sempurna
kecuali dengan amal dan tidak ada ucapan dan amal kecuali dengan niat (ikhlas). Tidak ada (sah) ucapan,
amal, dan niat (ikhlas)
kecuali sesuai Sunnah.
Bantahan Khowarij
وَأنَّهُ لَا يُكَفَّرُ أَحَدٌ بِذَنْبٍ مِنْ أَهْلِ القِبْلَةِ.
Tidak boleh seorang pun dari
ahli kiblat[4]
dikafirkan.
Kondisi Arwah
وَأَنَّ الشُّهَدَاءَ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ، وَأَرْوَاحُ
أَهْلِ السَّعَادَةِ بِاقِيَةٌ نَاعِمَةٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ، وَأَرْوَاحُ أَهْلِ
الشَّقَاوَةِ مُعَذَّبَةٌ إِلَى يَومِ الدِّينِ.
Sesungguhnya para syuhada hidup
di sisi Rob mereka dengan
diberi rezeki. Ruh-ruh orang-orang bahagia senantiasa diberi nikmat hingga hari
mereka dibangkitkan. Sementara ruh-ruh orang celaka disiksa hingga hari
Pembalasan.
Fitnah Kubur
وَأَنَّ المُؤْمِنِينَ يُفْتَنُونَ فِي قُبُورِهِمْ وَيُسْأَلُونَ،
﴿يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ﴾
Sungguh kaum Mukminin difitnah
(diberi ujian) dan pertanyaan di alam
kubur. “Allah meneguhkan orang-orang beriman dengan ucapan yang teguh di
kehidupan dunia dan Akhirat (alam
kubur).” (QS. Ibrohim: 27)
Malaikat Pencatat Amal
وَأَنَّ عَلَى العِبَادِ حَفَظَةً يَكْتُبُونَ أَعْمَالَهُمْ، وَلَا
يَسْقُطُ شَيْءٌ مِنْ ذَلِكَ عَنْ عِلْمِ رَبِّهِمْ
Setiap hamba ada Malaikat
Penjaga yang menulis amalnya. Tidak ada satu pun dari amal tersebut yang
terluput dari ilmu Rob-nya.
Malaikat Maut
وَأَنَّ مَلَكَ المَوْتِ يَقْبِضُ الأَرْوَاحَ بِإِذْنِ رَبِّهِ.
Sungguh Malaikat Maut mencabut
ruh-ruh dengan seizin dari Rob-nya.
Sahabat Generasi Terbaik
وَأَنَّ خَيْرَ القُرُونِ القَرْنُ الَّذِينَ رَأَوا رَسُولَ اللهِ
ﷺ وَآمَنُوا بِهِ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ.
Sebaik-baik generasi adalah generasi yang melihat Rosulullah ﷺ dan beriman kepadanya. Kemudian generasi berikutnya (Tabi’in)
kemudian generasi berikutnya (Tabi’ut Tabi’in).
Khulafa Rosyidin
وَأَفْضَلُ الصَّحَابَةِ الخُلَفَاءُ الرَّاشِدُونَ المَهْدِيُّونَ:
أَبُو بَكْرٍ ثُمَّ عُمَرُ ثُمَّ عُثْمَانُ ثُمَّ عَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ أَجْمَعِينَ.
Sahabat yang terbaik adalah Khulafa Rasyidin yang terbimbing yaitu Abu
Bakar kemudian ‘Umar kemudian ‘Utsman kemudian ‘Ali Rodhiyallahu ‘Anhum
Ajma’in.
Tidak Membicarakan
Perselisihan Antar Sahabat
وَأَنْ لاَ يُذْكَرَ أَحَدٌ مِنْ صَحَابَةِ الرَّسُولِ ﷺ إِلاَّ
بِأَحْسَنِ ذِكْرٍ، وَالإِمْسَاكُ عَمَّا شَجَرَ بَيْنَهُمْ، وَأَنَّهُمْ أَحَقُّ النَّاسِ،
أَنْ يُلْتَمَسَ لَهُمْ أَحَسَنُ المَخَارِجِ، وَيُظَنَّ بِهِمْ أحْسَنُ المَذَاهِبِ.
Tidak boleh seorang pun dari
para Sahabat Rosulullah ﷺ disebut kecuali
dengan penyebutan yang baik. Wajib diam atas perseteruan di antara mereka.
Mereka adalah manusia yang paling berhak untuk dicarikan uzur terbaik bagi
mereka dan berbaik sangka kepada mereka dengan yang terbaik.
Ta’at Ulil Amri
وَالطَّاعَةُ لِأَئِمَّةِ المُسْلِمِينَ مِنْ وُلاَةِ أُمُورِهِمْ
وَعُلَمَآئِهِمْ، وَاتِّبَاعُ السَّلَفِ الصَّالِحِ وَاقْتِفَاءُ آثَارِهِمْ، وَالِاسْتِغْفَارُ
لَهُمْ، وَتَرْكُ المِرَاءِ وَالجِدَالِ فِي الدِّينِ، وَتَرْكُ مَا أَحْدَثَهُ المُحْدِثُونَ.
Wajib taat kepada para imam kaum
Muslimin baik penguasa ataupun ulama. Wajib mengikuti Salafush Sholih dan menempuh jejak-jejak mereka,
memintakan ampun untuk mereka. Wajib meninggalkan debat dan berbantah-bantahan
dalam agama dan meninggalkan perkara baru yang diada-adakan oleh ahli bid’ah.
Penutup
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَزْوَاجِهِ
وَذُرِّيَّتِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيماً كَثِيراً.
Semoga sholawat dan salam Allah atas penghulu kita
Muhammad Nabi-Nya ﷺ,
atas keluarganya, istri-istrinya, dan keturunannya.
/
[1]
Yakni yang sebatas yang Allah
jelaskan dalam wahyu.
[2]
Yakni ilmu-Nya, karena Dzat Allah di
atas Arsy. Allah tidak butuh Arsy dan tidak menempel dengan makhluk-Nya
sedikitpun.
[3]
Yakni, terserah Allah ampuni dengan
rohmat-Nya atau Allah siksa dengan keadilan-Nya.
[4] Yakni kaum Muslimin. Istilah ini
disemarakkan untuk membedakan dengan Syi’ah yang kiblatnya bukan Ka’bah tetapi
membuat sendiri di Iran. Mereka bukan ahli kiblat, bukan kaum Muslimin.