Al-Ushul Ats-Tsalatsah dan Terjemah
https://www.terjemahmatan.com/2015/11/al-ushul-ats-tsalatsah-dan-terjemah.html?m=0
Al-Ushul Ats-Tsalatsah dan Terjemah
(Tiga
Hal Dasar yang Wajib Diketahui Setiap Muslim)
Oleh: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab at-Tamimi an-Najdi
REVISI (Di bawah)
DOWNLOAD FILE
File APK (Android) 1,44 MB: https://drive.google.com/file/d/0B1iVgc7j_tdiN0JQZTZhWTNlQms/view?usp=sharing
File PDF (0,541 MB): https://drive.google.com/file/d/0B1iVgc7j_tdiWnZ2bHpMOVJCaXM/view?usp=sharing
File DOC (1,87 MB): https://drive.google.com/file/d/0B1iVgc7j_tdiTUtub3ZyQUFlSzg/view?usp=sharing
File XPS (0,534 MB): https://drive.google.com/file/d/0B1iVgc7j_tdibFlVZWRNdGxqcUE/view?usp=sharing
File DOC (ARAB) – 0,60 MB: https://drive.google.com/file/d/0B1iVgc7j_tdiUVhKVG1IbHVuaGc/view?usp=sharing
File Ebook (ARAB) – 0,17 MB: https://drive.google.com/file/d/0B1iVgc7j_tdic1VaeS0zOWxUdUk/view?usp=sharing
***
Judul
Asli:
اَلْأُصُوْلُ
الثَّلاَثَةُ
Penyusun:
Syaikh
Muhammad bin Sulaiman at-Tamimi rahimahullah
(Mujaddid
Abad 12 H, Wafat 1206 H)
Edisi
Terjemah:
Al-Ushul
Ats-Tsalatsah
(Tiga
Hal Dasar yang Wajib Diketahui Setiap Muslim)
Penerjemah:
Tim Ahli Akademi Matan
Penerbit:
Pustaka
Syabab Surabaya
MUQODDIMAH PENERJEMAH
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا
كَثِيْرًا طَيِّباً مُبَارَكًا فِيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَاهُ،
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ:
Gerakan
menghafal matan (kitab kecil dan dasar) adalah tahapan belajar yang direkomen-dasi
untuk para penutup ilmu syar’i.
Dalam menyusun
naskah kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah ini, Syaikh Al-Qashim mengacu kepada
manuskrip-manuskrip berikut:
- Manuskrip tulisan tangan
di markas Malik Faishal, KSA, no. 5258, tertanggal 1307 H.
- Manuskrip tulisan tangan
di markas Malik Faishal, KSA, no. 5265, tertanggal 1338 H.
- Manuskrip tulisan tangan
di Universitas Malik Saud, KSA, no. 2328.
- Manuskrip tulisan tangan
di Universitas Malik Saud, KSA, no. 3979.
- Manuskrip tulisan tangan
di perpustakaan Syaikh Abdurrahman As-Sa’di di Qashim, KSA.
Untuk
itu, naskah ini bisa dijadikan acuan menghafal para penuntut ilmu. Hanya saja, karena
terlalu tebal maka kami hanya mencantumkan ayat dan hadits saja untuk teks
Arabnya. Bagi yang ingin menghafal teks Arabnya bisa mendownload file pdfnya di
situs resminya di www.mottoon.com. Semoga
Allah menerima dari kita semua.[]
Surabaya,
Sya’ban 1439 H/Mei 2018
TAAM - Tim
Ahli Akademi Matan
AL-USHUL
ATS-TSALATSAH: MATAN DAN TERJEMAH
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيْمِ
[Empat
Kewajiban Setiap Muslim]
Ketahuilah –semoga Allah
merahmatimu– bahwa wajib bagi kita mempelajari empat hal:
Pertama: ilmu, yaitu mengenal Allah,
mengenal Nabi-Nya, dan mengenal agama Islam disertai dalil-dalinya.
Kedua: mengamalkannya.
Ketiga: mendakwahkannya.
Keempat: sabar atas gangguan dalam
melaksanakannya.
Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala:
﴿بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢)
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ
وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ﴾
“Dengan
menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal shalih serta yang nasihat-menasihati supaya
menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashr [103]: 1-3)
Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah
berkata:
لَوْ مَا أَنْزَلَ اللهُ حُجَّةً عَلَى خَلْقِهِ إِلاَّ هَذِهِ
السُّوْرَةَ لَكَفَتْهُمْ
“Sekiranya Allah tidak
menurunkan hujjah bagi makhluk-Nya selain surat ini, niscaya ia telah
mencukupi.”
Imam Al-Bukhari Rahimahullah
berkata:
بَابُ الْعِلْمِ قَبْلَ الْقَوْلِ وَالْعَمَلِ
“Bab: ilmu sebelum berucap dan
berbuat.”
Dalil hal tersebut adalah
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿فَاعْلَمْ
أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ﴾
“Ilmuilah
bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan mintalah
ampun atas dosamu.”
(QS. Muhammad [47]: 9) Oleh karena itu, ilmu
didahulukan sebelum berkata dan beramal.
[Tiga
Keyakinan Terhadap Allah]
Ketahuilah –semoga Allah merahmatimu– bahwa wajib bagi
setiap Muslim dan Muslimah mempelajari pula tiga hal berikut ini dan
mengamalkannya.
Pertama: Allah-lah yang menciptakan
dan memberi rezki kepada kita dan tidak membiarkan kita terlantar, tetapi
mengutus seorang Rasul kepada kita. Barangsiapa yang mentaatinya, akan masuk Surga,
dan barangsiapa yang menentangnya, akan masuk Neraka. Dalilnya adalah firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿إِنَّا
أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُولًا شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلَى
فِرْعَوْنَ رَسُولًا (١٥) فَعَصَى فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذًا
وَبِيلًا﴾
“Sesungguhnya
Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul sebagai saksi atas kalian,
sebagaimana Kami telah mengutus seorang Rasul kepada Fir’aun, lalu Fir’aun
menentangnya, maka Kami siksa ia dengan siksaan yang berat.” (QS. Al-Muzammil [73]:
15-16)
Kedua: Sesungguhnya Allah tidak
ridha untuk disekutukan dengan sesuatu pun bersama-Nya dalam ibadah kepada-Nya,
baik Malaikat yang didekatkan ataupun Nabi yang diutus. Dalilnya adalah firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللهِ أَحَدًا﴾
“Dan
sesungguhnya masjid-masjid adalah milik Allah, maka janganlah kamu berdoa
kepada seorang pun bersama Allah.” (QS. Jin [72]: 18)
Ketiga: Barangsiapa yang mentaati Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan mentauhidkan Allah, maka tidak boleh
baginya untuk berwala’ (berkasih sayang) kepada orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya,
meskipun ia adalah kerabat dekatnya. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala:
﴿لَا تَجِدُ
قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللهَ
وَرَسُولَهُ، وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ
أَوْ عَشِيرَتَهُمْ، أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ
بِرُوحٍ مِنْهُ، وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
خَالِدِينَ فِيهَا، رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ، أُولَئِكَ حِزْبُ اللهِ،
أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ﴾
“Kamu
tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhir,
saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya,
sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, atau pun
keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan
dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang
dari-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam Surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka
pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.” (QS. Al-Mujadilah [58]: 22)
[Makna
Hanif]
Ketahuilah –semoga Allah Subhanahu
wa Ta’ala membimbingmu untuk mentaati-Nya– bahwa agama Ibrahim yang hanif
adalah engkau menyembah Allah semata dan memurnikan ketaatan kepada-Nya,
demikian itu yang diperintahkan Allah kepada seluruh manusia dan tujuan diciptakannya
mereka. Hal ini sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ﴾
“Tidaklah
Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56)
Makna (يَعْبُدُوْنِ)
“menyembah-Ku” adalah (يُوَحِّدُوْنِ)
“mentauhidkan-Ku”.
Hal teragung yang
diperintahkan Allah adalah tauhid, yaitu menyendirikan Allah dalam ibadah,
sementara hal yang sangat dilarang-Nya adalah kesyirikan, yaitu menyembah selain Allah
bersamaan dengan (menyembah) Allah.
Dalilnya
adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿وَاعْبُدُوا اللهَ
وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا﴾
“Dan
sembahlah Allah dan jangan berbuat syirik kepada-Nya sedikitpun.” (QS. An-Nisa’ [4]: 36)
[Tiga
Hal yang Wajib Diketahui Setiap Muslim]
Apabila ditanyakan kepadamu,
“Apa Al-Ushul As-Tsalatsah (tiga hal mendasar) yang wajib diketahui oleh
tiap-tiap Muslim?” Maka, jawablah, “Seorang hamba mengenal Tuhannya, agamanya,
dan Nabinya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”
[Mengenal
Allah]
Apabila ditanyakan kepadamu,
“Siapa Tuhanmu?” Maka jawablah, “Tuhanku adalah Allah yang telah memeliharaku
dan seluruh alam dengan nikmat-nikmat-Nya. Dia adalah sesembahanku. Aku tidak
memiliki sesembahan selain Dia.” Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala:
﴿الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ﴾
“Segala
puji milik Allah tuhan semesta alam.” (QS. Al-Fatihah [1]: 2] Segala sesuatu selain
Allah adalah alam (makhluk).
Apabila ditanyakan kepadamu,
“Dengan apa engkau mengenal Tuhanmu?” Maka Jawablah, “Dengan tanda-tanda
(kekuasaan) dan makhluk-makhluk-Nya.” Di antara tanda-tanda (kekuasaan)-Nya
adalah malam dan siang, dan matahari dan bulan. Di antara makhluk-makhluk-Nya adalah
langit yang tujuh dan bumi yang tujuh serta apa yang ada di antara keduanya.
Dalilnya dalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿وَمِنْ
آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا
لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ
كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ﴾
“Dan
sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya ialah malam dan siang, matahari, dan
bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan,
tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya
saja menyembah.”
(QS. Al-Fussilat [41]: 37)
Dan juga firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala:
﴿إِنَّ
رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا
وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ، أَلَا لَهُ
الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ﴾
“Sesungguhnya
Rabb-mu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
lalu Dia tinggi di atas ‘Arasy. Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan
(diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing)
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak
Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-A’raf [7]: 54)
Rabb (Tuhan) adalah yang
disembah. Dalil hal ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿يَا أَيُّهَا
النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (٢١) الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا
وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ
الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ
تَعْلَمُونَ﴾
“Hai
manusia! Sembahlah Rabb-mu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu,
agar kamu bertakwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan
langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu, karena
itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 21-22)
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah
berkata:
الْخَالِقُ لِهَذِهِ الْأَشْيَاءِ هُوَ الْمُسْتَحِقُّ
لِلْعِبَادَةِ
“Yang menciptakan semua ini
adalah yang berhak untuk diibadahi.”
Jenis-jenis ibadah yang
diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Islam, iman, dan ihsan.
Di antaranya pula: doa, khauf (takut), raja` (berharap),
tawakkal, raghbah (berharap amalnya diterima), rahbah (cemas
amalnya ditolak), khusyu’, khasyyah (takut), inabah (tobat), isti’anah
(minta pertolongan), isti’adzah (minta perlindungan dari gangguan setan), istighatsah (minta pertolongan saat
genting), menyembelih, bernadzar, dan ibadah-ibadah lainnya yang diperintahkan
Allah Subhanahu wa Ta’ala secara keseluruhan. Dalilnya adalah firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿وَأَنَّ
الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللهِ أَحَدًا﴾
“Dan
sesungguhnya masjid-masjid adalah milik Allah, maka janganlah kamu berdoa kepada
seorang pun bersama Allah.” (QS. Jin [72]: 18)
Barangsiapa yang memalingkan
satu saja ibadah tersebut kepada selain Allah, maka dia seorang musyrik lagi
kafir (batal keislamannya). Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿وَمَنْ
يَدْعُ مَعَ اللهِ إِلَهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ
عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ﴾
“Dan
barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu
dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi
Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.” (QS. Al-Mukminun [23]: 117)
Dalam sebuah hadits Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam disebutkan:
«الدُّعَاءُ
مُخُّ الْعِبَادَةِ»
“Doa
adalah intisari ibadah.” (HR. At-Tirmidzi no. 3371)
Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala:
﴿وَقَالَ
رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ
عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ﴾
“Dan
Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang merasa tidak butuh dari berdo’a kepada-Ku akan
masuk Neraka Jahanam dalam keadaan hina dina’.” (QS. Ghafir [40]: 60)
Dalil khauf adalah
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿فَلَا
تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ﴾
“Maka,
janganlah engkau takut kepada mereka dan takutlah kepadaku, jika engkau
orang-orang beriman.” (QS. Ali Imran [3]: 175)
Dalil raja` adalah
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿فَمَنْ كَانَ
يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ
بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا﴾
“Barangsiapa
yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia beramal shalih dan
tidak menyekutukan dengan suatu apa pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi [18]: 110)
Dalil tawakkal adalah firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿وَعَلَى اللهِ
فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ﴾
“Dan
hanya kepada Allah-lah kalian bertawakkal, jika kalian orang-orang Mukmin.” (QS. Al-Maidah [5]: 23)
﴿وَمَنْ
يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ﴾
“Dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Dia akan mencukupinya.” (QS. Ath-Thalaq [65]: 3)
Dalil raghbah, rahbah,
dan khusyu’ adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿إِنَّهُمْ كَانُوا
يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا
خَاشِعِينَ﴾
“Mereka
adalah orang-orang yang bersegera dalam kebaikan dan mereka berdoa kepada Kami
dengan penuh harap dan cemas, dan mereka khusyu’ kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya` [21]: 90)
Dalil khasyyah adalah
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿فَلَا
تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي﴾
“Maka,
janganlah engkau takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah [2]: 150)
Dalil inabah adalah
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿وَأَنِيبُوا
إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ﴾
“Dan bertaubatlah kepada Tuhanmu
dan serahkanlah dirimu kepada-Nya.” (QS. Az-Zumar [39]: 54)
Dalil isti’anah adalah
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿إِيَّاكَ
نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ﴾
“Hanya
kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah [1]: 4)
Dalam sebuah hadits Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam disebutkan:
«وَإِذَا
اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ»
“Apabila
engkau meminta pertolongan, maka mintalah kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi no. 2516)
Dalil isti’adzah adalah
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿قُلْ أَعُوذُ
بِرَبِّ الْفَلَقِ﴾
“Katakanlah:
aku berlindung kepada Tuhannya falaq.” (QS. Al-Falaq [113]: 1)
﴿قُلْ أَعُوذُ
بِرَبِّ النَّاسِ﴾
“Katakanlah:
aku berlindung kepada Tuhannya manusia.” (QS. An-Nas [114]: 1)
Dalil istighatsah
adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿إِذْ
تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ﴾
“Jika
engkau beristighatsah kepada Tuhanmu, niscaya Dia akan mengabulkan bagimu.” (QS. Al-Anfal [8]: 9)
Dalil dari As-Sunnah:
«لَعَنَ اللهَ
مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ»
“Allah
melaknat seseorang yang menyembelih karena selain Allah.” (HR. Muslim no. 1978)
Dalil menyembelih adalah
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿قُلْ إِنَّ
صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (١٦٢) لَا
شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ﴾
“Katakanlah:
sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidup, dan matiku hanya untuk Allah Tuhan
semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya.” (QS. Al-An’am [6]: 162-163)
Dalil nadzar adalah firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿يُوْفُوْنَ
بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا﴾
“Mereka
menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang adzabnya merata di mana-mana.” (QS. Al-Insan [76]: 7)
[Mengenal
Agama]
Dasar yang kedua: mengenal
agama Islam disertai dalil-dalilnya. Islam adalah:
اْلاِسْتِسْلاَمُ لِلَّهِ بِالتَّوْحِيْدِ، وَالْاِنْقِيَادُ لَهُ
بِالطَّاعَةِ، وَالْبَرَاءَةُ مِنَ الشِّرْكِ وَأَهْلِهِ
“Berserah diri kepada Allah
dengan mentauhidkan-Nya, tunduk patuh dengan mentaati-Nya, dan berlepas diri dari
kesyirikan dan pelakunya.”
Islam memiliki tiga tingkatan:
Islam, iman, dan ihsan. Masing-masing tingkatan memiliki rukun
tersendiri.
Rukun Islam ada lima:
syahadatain, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa
Ramadhan, dan haji ke Baitullah Al-Haram.
Dalil syahadat adalah firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿شَهِدَ اللهُ
أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا
بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ﴾
“Allah
menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,
Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran [3]: 18)
Maknanya adalah (لَا مَعْبُوْدَ بِحَقٍّ
إِلاَّ اللهُ) “tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah”.
Lafazh (لَا إِلَهَ)
menafikan seluruh yang disembah selain Allah dan lafazh (إِلاَّ اللهُ)
menetapkan bahwa ibadah hanya untuk Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya
dalam ibadah kepada-Nya, begitu juga tidak ada sekutu bagi-Nya dalam
kerajaan-Nya. Tafsir tentang ini akan
jelas dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿وَإِذْ قَالَ
إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ (٢٦)
إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ (٢٧) وَجَعَلَهَا كَلِمَةً
بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ﴾
“Dan
ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: ‘Sesungguhnya aku
tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah)
Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah
kepadaku.’ Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada
keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 26-28)
﴿قُلْ يَا
أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ
أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ
بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا
اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ﴾
“Katakanlah:
‘Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang
tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah kecuali
Allah dan kita tidak persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula)
sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.’ Jika
mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: ‘Saksikanlah, bahwa kami adalah
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).’” (QS. Ali Imran [3]: 64)
Dalil syahadat مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ adalah
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿لَقَدْ
جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ
عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ﴾
“Sesungguhnya
telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang Mukmin.” (QS. At-Taubah [9]:128)
Makna syahadat (مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ) adalah:
[1] (طَاعَتُهُ فِيْمَا أَمَرَ):
mentaati Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terhadap apa yang
diperintahkannya.
[2] (تَصْدِيْقُهُ فِيْمَا أَخْبَرَ):
membenarkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terhadap apa yang
dikabarkannya.
[3] (اِجْتِنَابُ مَا نَهَى عَنْهُ وَزَجَرَ):
menjauhi apa yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam larang dan
peringatkan.
[4] (أَنْ لَا يُعْبَدَ اللهُ إِلاَّ بِمَا
شَرَعَ): Allah
tidak disembah kecuali dengan apa yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
syariatkan.
Dalil shalat, zakat, dan
tafsir tauhid adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿وَمَا
أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ﴾
“Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan
salat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah [98]: 5)
Dalil puasa adalah firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ
مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ﴾
“Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 183)
Dalil haji adalah firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala:
﴿وَلِلَّهِ
عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ
فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ﴾
“Mengerjakan
haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkarinya, maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya dari semesta alam.” (QS. Ali Imran [3]: 97.)
Tingkatan kedua: iman.
Iman memiliki 70 cabang lebih. Yang paling
tinggi adalah ucapan (لَا
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ) dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari
jalan, dan malu adalah cabang dari iman.
Rukun iman adalah engkau
beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya,
hari Akhir, dan engkau beriman terhadap takdir yang baik maupun yang buruk.
Dalil mengenai rukun yang enam
ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿لَيْسَ
الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ
الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ
وَالنَّبِيِّينَ﴾
“Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, Malaikat-Malaikat,
kitab-kitab, Nabi-Nabi.” (QS. Al-Baqarah [2]: 177)
Adapun dalil takdir adalah
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿إِنَّا كُلَّ
شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ﴾
“Sesungguhnya
segala sesuatu Kami ciptakan dengan takdir-takdir.” (QS. Al-Qamar [54]: 49)
Tingkatan ketiga: ihsan. Ihsan
hanya memiliki satu rukun, yaitu:
«أَنْ
تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ»
“Engkau
menyembah Allah dalam keadaan seolah-olah melihat-Nya, jika engkau tidak bisa
melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Al-Bukhari no. 50 dan Muslim no. 8)
Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala:
﴿إِنَّ اللهَ
مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ﴾
“Sesungguhnya
Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang muhsin.” (QS. An-Nahl [16]: 128)
Dan juga firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala:
﴿وَتَوَكَّلْ
عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ (٢١٧) الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ (٢١٨)
وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ (٢١٩) إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ﴾
“Dan
bertawakallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Yang
melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat), dan (melihat pula) perubahan
gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia adalah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Asy-Syu’araa [26]: 217-220)
Dan firman-Nya pula:
﴿وَمَا
تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلَا تَعْمَلُونَ مِنْ
عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ﴾
“Tidaklah
kamu berada dalam suatu keadaan dan tidak pula membaca suatu ayat dari Al-Qur’an
dan tidak pula kamu mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami melihatmu di
waktu kamu melakukannya.” (QS. Yunus [10]: 61)
Dalil dari As-Sunnah adalah hadits Jibril
yang terkenal dari Umar Radhiyallahu ‘Anhu, beliau berkata:
بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ ﷺ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا
رَجُلٌ، شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ، شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى
عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى
النَّبِيِّ ﷺ، فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَوَضَعَ كَفَّيْهِ
عَلَى فَخِذَيْهِ، وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ! أَخْبِرْنِيْ عَنِ الْإِسْلَامِ.
قَالَ: «أَنْ تَشْهَدَ أَنْ
لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَتُقِيْمَ
الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ
إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً» فَقَالَ: صَدَقْتَ. فَعَجِبْنَا لَهُ
يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْإِيْمَانِ. قَالَ: «أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ
وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ
بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ» قَالَ: صَدَقْتَ. قَالَ: فَأَخْبِرْنِي
عَنِ الْإِحْسَانِ. قَالَ: «أَنْ
تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ»
قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ. قَالَ: «مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ»
قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا. قَالَ: «أَنْ تَلِدَ الْأَمَّةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرَى
الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي
الْبُنْيَانِ» قَالَ: ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ لِي: «يَا عُمَرُ أَتَدْرِيْ مَنِ السَّائِلِ؟» قُلْتُ: اللهُ
وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: «فَإِنَّهُ
جِبْرِيْلُ، أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ»
“Ketika kami tengah berada di
majelis bersama Rasulullah, tiba-tiba tampak dihadapan kami seorang laki-laki
yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya
tanda-tanda bekas perjalanan jauh, dan tidak seorang pun di antara kami yang
mengenalnya. Lalu dia duduk di hadapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
dan menyandarkan lututnya pada lutut beliau serta meletakkan tangannya di atas
paha beliau, selanjutnya dia berkata, ‘Hai Muhammad, beritahukan kepadaku
tentang Islam.’ Beliau menjawab, ‘Islam itu Anda bersaksi bahwa sesungguhnya
tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, Anda
mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan
mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika Anda mampu melakukannya.’ Orang
itu berkata, ‘Engkau benar.’ Kami pun heran, dia yang bertanya tetapi dia pula
yang membenarkan. Orang itu berkata lagi, ‘Beritahukan kepadaku tentang Iman.’
Beliau menjawab, ‘Anda beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan-Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir
yang baik maupun yang buruk.’ Dia berkata, ‘Engkau benar.’ Orang itu
berkata lagi, ‘Beritahukan kepadaku tentang ihsan.’ Beliau menjawab, ‘Anda
beribadah kepada Allah seakan-akan Anda melihat-Nya, jika Anda tidak
melihatnya, sesungguhnya Dia melihat Anda.’ Orang itu berkata lagi,
‘Beritahukan kepadaku tentang Kiamat.’ Beliau menjawab, ‘Orang yang ditanya
itu tidak lebih tahu dari yang bertanya.’ Selanjutnya orang itu berkata
lagi, ‘Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya.’ Beliau menjawab, ‘Jika
budak perempuan telah melahirkan anak majikannya, jika Anda melihat orang-orang
yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing,
berlomba-lomba meninggikan bangunan.’ Kemudian pergilah ia, aku
diam beberapa lama kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
berkata kepadaku, ‘Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?’
Saya menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.’ Beliau bersabda, ‘Ia
adalah Jibril, dia datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.’” (HR. Muslim no. 8)
[Mengenal
Nabi Muhammad]
Dasar yang ketiga: Mengenal
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Beliau adalah Muhammad bin
Abdillah bin Abdul Muththalib bin Hasyim. Hasyim dari Quraisy dan Quraisy
dari Arab, dan Arab dari keturunan Ismail bin Ibrahim Al-Khalil ‘Alaihis
Salam.
Usia beliau 63 tahun. Yang 40
tahun sebelum kenabian, dan 23 tahun sebagai Nabi dan Rasul. Awal kenabian Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan turunnya wahyu surat Al-Alaq dan kerasulan dengan turunnya wahyu
surat Al-Muddats-tsir. Negeri beliau Makkah.
Allah mengutus beliau sebagai
pemberi peringatan dari kesyirikan dan mengajak kepada tauhid. Dalilnya adalah
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿يَا أَيُّهَا
الْمُدَّثِّرُ (١) قُمْ فَأَنْذِرْ (٢) وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ (٣) وَثِيَابَكَ
فَطَهِّرْ (٤) وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ (٥) وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ (٦)
وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ﴾
“Hai
orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu
agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan
janganlah kamu memberi agar memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan karena
Tuhanmu, bersabarlah.” (QS. Al-Muddatsir [74]: 1-7)
Makna (قُمْ فَأَنْذِرْ) adalah
berilah peringatan dari kesyirikan dan ajaklah kepada tauhid.
Makna (وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ) adalah
agungkanlah Dia dengan tauhid.
Makna (وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ) adalah
bersihkanlah amalanmu dari kesyirikan.
Makna (وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ) adalah
pebuatan dosa dengan menyembah berhala, dan cara mengatasinya dengan
meninggalkannya dan berlepas diri darinya dan pelakunya. Untuk hal ini, beliau Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam berdakwah selama 13 tahun untuk mengajak kepada tauhid.
Setelah 10 tahun kenabian, beliau dinaikkan ke langit dan mendapatkan kewajiban
shalat lima waktu. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam shalat di Makkah
selama 3 tahun, setelah itu diperintah hijrah ke Madinah.
Hijrah adalah berpindah dari
negeri kesyirikan ke negeri Islam. Hijrah diwajibkan atas umat ini dari negeri
kesyirikan menuju negeri Islam. Hal ini tetap berlaku hingga terjadinya Kiamat.
Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala:
﴿إِنَّ
الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ
كُنْتُمْ، قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ، قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ
أَرْضُ اللهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا، فَأُولَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ
وَسَاءَتْ مَصِيرًا (٩٧) إِلَّا الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ
وَالْوِلْدَانِ لَا يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلَا يَهْتَدُونَ سَبِيلًا (٩٨)
فَأُولَئِكَ عَسَى اللهُ أَنْ يَعْفُوَ عَنْهُمْ وَكَانَ اللهُ عَفُوًّا غَفُورًا﴾
“Sesungguhnya
orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri,
(kepada mereka) Malaikat bertanya: ‘Bagaimana keadaan kalian dulu?’ Mereka
menjawab: ‘Kami dulu adalah orang-orang yang tertindas di negeri (Makkah).’ Para Malaikat berkata:
‘Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?’
Orang-orang itu tempatnya di Neraka Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk
tempat kembali, kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita atau
pun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk
hijrah). Mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan adalah Allah Maha
Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS. An-Nisa` [4]: 97-99)
Dan firman-Nya pula:
﴿يَا
عِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ أَرْضِي وَاسِعَةٌ فَإِيَّايَ فَاعْبُدُونِ﴾
“Hai
hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku saja.” (QS. Al-Ankabut [29]: 56)
Imam Al-Baghawi Rahimahullah
berkata:
سَبَبُ نُزُوْلِ هَذِهِ الْآيَةِ فِي الْمُسْلِمِيْنَ الَّذِيْنَ
بِمَكَّةَ لَمْ يُهَاجِرُوْا، نَادَاهُمُ اللهُ بِاسْمِ الْإِيْمَانِ
“Sebab turunnya ayat ini
mengenai kaum Muslimin yang tinggal di Makkah yang belum berhijrah.
Allah memanggil mereka dengan sebutan keimanan.”
Dalil hijrah dari As-Sunnah adalah sabda Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam:
«لاَ
تَنْقَطِعُ الْهِجْرَةُ حَتَّى تَنْقَطِعَ التَّوْبَةُ، وَلاَ تَنْقَطِعَ
التَّوْبَةُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا»
“Hijrah
tidak akan terputus hingga taubat terputus dan taubat tidak akan terputus
kecuali matahari terbit dari barat.” (HR. Abu Dawud no. 2479)
Ketika Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam menetap di Madinah, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam diperintah dengan syariat Islam yang masih tersisa,
seperti zakat, puasa, haji, jihad, adzan, amar ma’ruf, nahi mungkar, selama
10 tahun.
Kemudian beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam wafat dalam keadaan agama
sempurna.
Beginilah agama Islam, tidak ada kebaikan melainkan
beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menunjukkannya kepada umatnya,
dan tidak ada keburukan melainkan beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
telah memperingatkannya kepada umatnya. Kebaikan yang ditunjukkan oleh Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam adalah tauhid dan keburukan yang diperingatkan adalah
kesyirikan dan seluruh yang dibenci dan tidak disukai Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengutus beliau kepada seluruh manusia dan mewajibkan seluruh jin dan manusia
mentaatinya. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿قُلْ يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا﴾
“Katakanlah:
Wahai sekalian manusia! Aku adalah utusan Allah kepada kalian seluruhnya.” (QS. Al-Araf [7]: 158]
Dengan beliau Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam, Allah menyempurnakan agama-Nya. Dalilnya adalah firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ
الْإِسْلَامَ دِينًا﴾
“Pada
hari ini telah Aku sempurnakan agama bagimu dan telah Kucukupkan nikmat-Ku
padamu serta telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.” (QS. Al-Ma`idah [5]: 3)
Dalil atas kematian Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿إِنَّكَ
مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ (٣٠) ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عِنْدَ
رَبِّكُمْ تَخْتَصِمُونَ﴾
“Sesungguhnya
engkau akan mati dan sesungguhnya mereka juga akan mati. Kemudian, benar-benar
kalian pada hari Kiamat berbantah-bantahan di sisi Tuhanmu.” (QS. Az-Zumar [39]: 30-31)
Apabila manusia meninggal,
mereka akan dibangkitkan kembali. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala:
﴿مِنْهَا
خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى﴾
“Dari
tanah itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu
dan darinya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.” (QS. Thaha [20]: 55)
Dan juga firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala:
﴿وَاللهُ
أَنْبَتَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ نَبَاتًا (١٧) ثُمَّ يُعِيدُكُمْ فِيهَا
وَيُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجًا﴾
“Dan
Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia
mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu dengan sebenar-benarnya.” (QS. Nuh [71]: 17-18)
Setelah kebangkitan, mereka
dihisab dan dibalas amal-perbuatannya. Dalilnya
adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿لِيَجْزِيَ
الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى﴾
“Supaya
Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang
telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik
dengan pahala yang lebih baik (Surga).” (QS. An-Najm [53]: 31)
Barangsiapa yang mendustakannya,
maka dia kafir. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿زَعَمَ
الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ
لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرٌ﴾
“Orang-orang
yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan.
Katakanlah: ‘Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan,
kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.’ Yang demikian
itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. At-Taghabun [64]: 7)
Allah mengutus seluruh Rasul ‘Alaihimus
Shalatu was Salam sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan.
Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
﴿رُسُلًا
مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةٌ
بَعْدَ الرُّسُلِ﴾
“(Mereka
kami utus) selaku Rasul-Rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan
agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-Rasul
itu.”
(QS. An-Nisa` [4]: 165)
Rasul yang pertama adalah Nuh ‘Alaihis
Salam dan Rasul yang terakhir adalah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam. Dalil bahwa Rasul yang pertama adalah Nuh Alaihis Salam adalah
﴿إِنَّا
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ﴾
“Sesungguhnya
Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu
kepada Nuh.”
(QS. An-Nisa` [4]: 163)
Setiap umat yang Allah Subhanahu
wa Ta’ala mengutus seorang Rasul kepada mereka dari Nuh hingga Muhammad Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam memerintahkan mereka untuk menyembah hanya kepada Allah
dan melarang mereka menyembah thaghut. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala:
﴿وَلَقَدْ
بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا
الطَّاغُوتَ﴾
“Dan
sungguh telah Kami utus pada setiap umat seorang Rasul (untuk mendakwahkan):
‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thaghut.’” (QS. An-Nahl [16]: 36)
Allah Subhanahu wa Ta’ala
mewajibkan kepada seluruh hamba agar mengingkari thaghut dan mengimani Allah.
Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata:
الطَاغُوْتُ مَا تَجَاوَزَ بِهِ العَبْدُ حَدَّهُ مِنْ
مَعْبُوْدٍ، أَوْ مَتْبُوْعٍ، أَوْ مُطَاعٍ. وَالطَّوَاغِيْتُ كَثِيْرَةٌ،
وَرُؤُوْسُهُمْ خَمْسَةٌ: إِبْلِيْسُ لَعْنَهُ اللهُ، وَمَنْ عُبِدَ وَهُوَ رَاضٍ،
وَمَنْ دَعَا النَّاسَ إِلَى عِبَادَةِ نَفْسِهِ، وَمَنِ ادَّعَى شَيْئاً مِنْ
عِلْمِ الْغَيْبِ، وَمَنْ حَكَمَ بِغَيْرِ مَا أَنْزَلَ اللهُ
“Thaghut adalah setiap yang
disembah, diikuti, dan ditaati secara melampaui batas oleh hamba. Thaghut ada
banyak dan ketuanya ada lima: (1) Iblis –semoga laknat Allah
atasnya-, (2) seseorang yang ridha disembah, (3) seseorang yang mengajak
manusia agar menyembahnya, (4) seseorang yang mengaku
mengetahui ilmu ghaib, dan (5) seseorang yang berhukum dengan
selain hukum yang Allah turunkan.” (I’lamul Muwaqqi’in I/50)
Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala:
﴿لَا
إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ
بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى
لَا انْفِصَامَ لَهَا﴾
“Tidak
ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar dari jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada thaghut
dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang amat kuat.” (QS. Al-Baqarah [2]: 256)
Inilah makna لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
Dalam sebuah hadits Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam disebutkan:
«رَأْسُ
الْأَمْرِ الْإِسْلَامُ وَعَمُوْدُهُ الصَّلَاةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ
فِي سَبِيْلِ اللهِ»
“Pangkal
segala urusan adalah Islam, pondasinya adalah shalat, dan puncaknya adalah
jihad di jalan Allah.” (HR. Ahmad no. 22016)
Allahu
A’lam.
Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Muhammad, keluarganya, dan
shahabatnya.[]
***
***
ijin copy dan share via WA
BalasHapusIjin Download.
BalasHapusJazakallah khairan
Afwan ust, izin print dan di fotocopy biar bisa dikaji bareng keluarga ya
BalasHapusizin mendownload pdf nya
BalasHapusAssalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, ustadz, izin copy, save dan print untuk bacaan pribadi, Jazaakumullahu Khoiron wa baarakallahu fiikum
BalasHapusijin download ustadz. Jazakallahu khairan
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAssalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
BalasHapusAfwan kok pdf yang revisi ada tulisan "Syaikh Abdul Wahab" doang? Bukanya yang menulis kitab ini putranya Abdul Wahab yang bernama Muhammad ? Kenapa tidak ada tulisan "ibn" atau "ibnu" atau "bin" ? Nanti bisa dikira yang menulis bapaknya loh padahal kan yang menulis putranya yang bernama Muhammad